Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : agriTECH

Akseptabilitas dan Sifat Daging Itik Afkir yang Dilakukan Curing Menggunakan Ekstrak Kurkumin Kunyit untuk Menghambat Oksidasi Lemak selama Penyimpanan Sri Hartati Candra Dewi; Niken Astuti
agriTECH Vol 34, No 4 (2014)
Publisher : Faculty of Agricultural Technology, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (152.863 KB) | DOI: 10.22146/agritech.9436

Abstract

Rejected-duck meat was obtained from old laying duck that unproductive aged 24-26 months. The purpose of this study was to determine the oxidation potential of curcumin extract and its potential in curing rejects the acceptability of duck meat and meat properties during frozen storage. The material used was 36 female rejected-duck the age range 24-26 months. The experimental design used was completely randomized design with 3x4 factorial variation. This factor of 0.0 %; 0.1 % ; 0.2 % and 0.3 % curcumin extract and the curing time 5, 10 and 20 minutes. The parameters examined included the acceptability of duck meat cured was determined by the method of Hedonic Test, moisture content , fat content, fatty acids and peroxide value of frozen storage for 8 weeks. The results showed that duck meatwas acceptable salvage most of duck meat with curing using 0.3 % turmeric extract with a curing time for 10 minutes. The addition of curcumin turmeric extract the meat of rejected-ducks could inhibit fatty acid peroxidation approximately 39.55 m.eq in frozen storage for five weeks. Water content and fat showed no real difference. However, free fatty acids increased significantly up to 5 weeks. Peroxide value increased until the fifth week of 39.55 %, and then decreased. From this study it can be concluded that the best use extract acceptability of curcumin 0.3 % with long curing 10 minutes, the frozen storagefor8weeks.ABSTRAKDaging itik afkir diperoleh dari itik petelur yang sudah tidak produktif yang berumur 24-26 bulan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi oksidasi dari ekstrak kurkumin dan potensinya dalam curing daging itik afkir terhadap akseptabilitas dan sifat daging selama penyimpanan beku.Materi yang digunakan 36 ekor itik betina afkir dengan kisaran umur 24-26 bulan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap pola faktorial 3x4 dengan faktor variasi ekstrak kurkumin 0,0%; 0,1%; 0,2% dan 0,3% dan lama curing 5, 10 dan 20 menit. Parameter yang diteliti meliputi akseptabilitas daging itik curing ditentukan dengan metode Hedonic Test, kadar air, kadar lemak, asam lemak dan angka peroksida penyimpanan beku selama 8 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daging itik afkir yang paling akseptabel adalah daging itik dengan curing menggunakan 0,3% ekstrak kunyit dengan lama curing selama 10 menit. Penambahan ekstrak kurkumin kunyit pada daging itik afkir mampu menghambat peroksidasi asam lemak sekitar 39,55% pada penyimpanan beku selama lima minggu. Kadar air dan lemak menunjukkan perbedaan yang tidak nyata. Namun asam lemak bebas mengalami kenaikan yang signifikan sampai minggu ke 5. Angka peroksida meningkat sampai minggu kelima sebesar 39,55 m.eq, kemudian menurun. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa akseptabilitas terbaik menggunakan ekstrak kurkumin 0,3% dengan lama curing 10 menit, pada penyimpanan beku selama 8 minggu.
Pengaruh Berbagai Kecambah Kacang-Kacangan Lokal sebagai Bahan Dasar Meat Analog terhadap Sifat Fisik (Tekstur), Kesukaan dan Rasio Arginin/Lisin Bayu Kanetro; Sri Hartati Candra Dewi
agriTECH Vol 33, No 1 (2013)
Publisher : Faculty of Agricultural Technology, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (322.16 KB) | DOI: 10.22146/agritech.9560

Abstract

The aims of this research were to determine the best of local legume sprout as raw material of meat analog, based on its texture, sensory (preference properties), and the ratio of arginine/lysine, compared to meat analog from soybean. Meat analogs were made of protein of local legumes sprout, which were velvet beans, cowpeas, and winged beans that had been germinated for 48, 36 and 24 hr respectively. The protein of velvet beans, cowpeas, and winged beans sprout for meat analog production were extracted at pH 9 and precipitated at pH 4, 5, and 5 respectively. Hence their products were analyzed the texture, the sensory properties (the hedonic scales of color, texture, odor, taste, and overall), and the ratio of arginine/lysine. The characteristics of meat analog from the legumes sprout were compared to meat analog from soybean for determination of the best legume sprout as raw material of meat analog. The result of this research showed the properties of meat analog from winged bean and cowpeas sprouts were better than velvet beans sprout. The meat analog from soybean was still better than meat analog from the local legumes sprout, especially its texture. The arginine content, that was known as hypocholesterolemic and hypoglycemic component,  of meat analog from cowpeas sprout was lower than meat analog from soybean, but its ratio of arginie/lysine was not signifi cantly different. While the ratio of arginine/lysine of meat analog from the other legumes sprout were lower than meat analog from soybean. Therefore the meat analog from cowpeas sprout was chosen as the best product and was potential as functional food especially for reducing blood cholesterol.ABSTRAKTujuan penelitian ini adalah untuk menentukan jenis kecambah kacang-kacangan lokal terbaik sebagai bahan baku kedelai berdasarkan tekstur, sifat sensoris, dan rasio arginin/lisin dibandingkan meat analog dari biji kedelai. Meat analog dibuat dari protein berbagai kecambah kacang-kacangan lokal, yaitu kacang kara benguk, tunggak, dan kecipir yang dikecambahkan berturut-turut selama 48, 36 dan 24 jam. Protein kecambah kacang kara benguk, tunggak dan kecipir untuk memproduksi meat analog diekstraksi pada pH 9, selanjutnya dipresipitasi berturut-turut pada pH 4, 5, dan 4. Produk-poduk yang diperoleh dianalisis tekstur, sifat sensoris (tingkat kesukaan terhadap warna, tekstur, bau, rasa dan keseluruhan), dan rasio arginin/lisin. Karakteristik meat analog dari berbagai kecambah kacang-kacangan lokal tersebut dibandingkan dengan meat analog dari biji kedelai untuk menentukan jenis kecambah terbaik sebagai bahan dasar meat analog. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik meat analog kecambah kacang tunggak dan kecipir lebih baik dibandingkan meat analog dari kecambah kara benguk. Meat analog dari biji kedelai masih lebih baik daripada meat analog dari kecambah kacang-kacangan, khususnya teksturnya. Kandungan arginin yang diketahui sebagai komponen hipokolesterolemik dan hipoglisemik pada meat analog kecambah kacang tunggak ternyata lebih rendah daripada meat analog kedelai, tetapi rasio arginin/lisinnya tidak berbeda nyata. Sedangkan rasio arginin/lisin meat analog dari kecambah kacang-kacangan lainnya lebih rendah daripada meat analog dari biji kedelai. Oleh karena itu meat analog dari kecambah kacang tunggak dipilih sebagai produk terbaik dan berpotensi sebagai pangan fungsional utamanya untuk menurunkan kolesterol darah.
Penggunaan Pengawet dan Pemanis Buatan pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) di Wilayah Kabupaten Kulon Progo-DIY Chatarina Wariyah; Sri Hartati Candra Dewi
agriTECH Vol 33, No 2 (2013)
Publisher : Faculty of Agricultural Technology, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1656.812 KB) | DOI: 10.22146/agritech.9807

Abstract

School-food (SF) is processed-foods sold by vendor in the elementary school. Recently, many SF has been found to contain excessive food additives and used hazardous substances those are prohibited i.e. formalin, boric acid and rhodamin. The prebious survey showed that the considerations for buying food of most people in Kulon Progo District of DIY province were price, taste, appearance, and were not of the quality and nutrition. The purpose of this research was to determine the SF profile in Kulon Progo District, especially those used excessive food additive (preservative and artificial sweetener), SF with hazardous substances, and the relation between SF condition and the education level of the vendor. The sampling method used Proportionate Random Sampling consists of two stages, namely: 1) sampling to determine the sub-district samples and 2) sampling to determine the amount of the elementary-school of each sub-district for SF sampling. The data were collected by direct observation, interview and experimental method. Analysis of sodium benzoat and sorbic acid, saccharin, sodium cyclamate, and unrecommended/hazardous substances were conducted in BBPOM Laboratory and BLK of Yoyakarta. The data were statistically analyzed by statistic-descriptive and processed with microsoft excell and SPSS for window version 13 for Spearman correlative test.The research showed that SF at the elementary school in Kulon Progo District indicated to contain excessive food additives and hazardous substances. There were 4% samples containing excessive sodium benzoat, sorbic acid and 8% samples containing excessive artificial sweetener of sodium cyclamate. SF with boric acid was 3% samples (cilok, sosis, kerupuk rambak) and with formalin was 1% samples (burjo,cimol). There was a significant correlation between the education level of the SF vendor with knowledge about formalin, boric acid and artificial sweetener.ABSTRAKPangan jajanan anak sekolah (PJAS) merupakan pangan olahan yang biasa dijual di Sekolah Dasar. Saat ini diketahui banyak PJAS mengandung Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang tidak memenuhi persyaratan (TMS) dan menggunakan bahan berbahaya (formalin, rhodamin, boraks). Survei menunjukkan bahwa masyarakat di Kabupaten Kulon Progo-DIY dalam membeli produk pangan lebih mengutamakan pertimbangan harga murah, rasa, dan penampilan daripada mutu dan gizi. Tujuan penelitian adalah menentukan profil PJAS yang beredar di Kabupaten Kulon Progo. Secara khusus tujuan penelitian adalah mengidentifikasi PJAS dengan BTP (pengawet dan pemanis) TMS, penggunaan bahan berbahaya pada PJAS dan mengevaluasi korelasi antara pendidikan pedagang PJAS dengan pengetahuan tentang bahan tambahan. Sampling dilakukan dengan metode Proportionate Random Sampling, terdiri dua strata yaitu: strata I sampling untuk menentukan kecamatan terpilih dan strata II sampling untuk menentukan jumlah SD tiap kecamatan tempat mengambil sampel PJAS. Teknik pengumpulan data melalui observasi atau pengamatan langsung, interview dan metode eksperimen untuk menentukan pengawet dan pemanis TMS dan bahan berbahaya. Analisis pengawet Na benzoat dan asam sorbat, pemanis sakarin dan Na-siklamat, bahan berbahaya boraks dan formalin dilakukan di laboratorium BBPOM dan BLK Yogyakarta. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik deskriptif dan diolah menggunakan program microsoft excell dan SPSS for window version 13 untuk menguji korelasi Spearmen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PJAS yang beredar di Sekolah Dasar di kabupaten Kulon Progo terindikasi mengandung bahan tambahan pangan dengan dosis TMS dan bahan berbahaya yang dilarang. Terdapat 4% sampel PJAS dengan pengawet sodium benzoat dan asam sorbat TMS dan pemanis sodium siklamat 8% sampel. PJAS mengandung boraks ada 3% sampel (cilok, sosis, kerupuk rambak) dan formalin 1% sampel pada burjo dan cimol. Ada korelasi antara tingkat pendidikan pedagang dengan pengetahuan tentang bahan berbahaya seperti formalin dan boraks serta pemanis buatan.