I Ketut Laba Sumarjiana, I Ketut Laba
Universitas Mahasaraswati Denpasar

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

IDEOLOGI DIBALIK DOKTRIN DWIFUNGSI ABRI Suryawan, I Putu Nopa; Sumarjiana, I Ketut Laba
Jurnal Santiaji Pendidikan (JSP) Vol 10 No 2 (2020): Jurnal Santiaji Pendidikan (JSP)
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/jsp.v10i2.1092

Abstract

Orde Baru merupakan salah satu rezim dimana ABRI mempunyai peran ganda atau sering juga disebut dengan Dwifungsi ABRI. Dwifungsi ABRI adalah doktrin di lingkungan militer Indonesia yang menyebutkan bahwa ABRI memiliki dua tugas yaitu menjaga keamanan dan ketertiban Negara serta memegang kekuasaan dan mengatur Negara. Dengan peran ganda ini, militer diizinkan untuk memegang posisi strategis di dalam pemerintahan. Permasalahan yang timbul dalam penelitian ini yaitu (1). Apa tugas utama ABRI bagiB angsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (2). Mengapa ABRI berperan penting pada masa Orde Baru. Penelitian ini dilandasi oleh berbagai konsep teori yaitu :Ideologi, Kekuasaan, Dwifungsi ABRI, dan Orde Baru. Teknik pengumpulan data dengan cara observasi dan wawancara. Metode yang digunakan yaitu metode penelitian kualitatif dengan analisis data deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Dwifungsi ABRI dijadikan sebagai alat kekuasaan oleh Presiden Soeharto untuk melanggengkan kekuasannya karena kerakteristik militer yang tunduk terhadap atasan (Doktrinasi). Dengan adanya Dwifungsi ABRI, kegiatan politik masyarakat khususnya yang tidak sejalan dengan apa yang digariskan oleh pemerintah berada di bawah kekangan. Namun demikian, terjadi sebuah stabilitas politik yang mampu menjadi pendorong bagi keberhasilan program-program yang dicanangkan oleh pemerintah. Ideologi dibalik Dwifungsi ABRI adalah ideology kekuasaan. Hal ini terbukti selama 32 tahun Presiden Soeharto berhasil mempertahankan kekuasaannya.
OPERASI TRIKORA SEBAGAI UPAYA MENGEMBALIKAN IRIAN BARAT KE WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA Bupu, Theresia Ngilan; Sumarjiana, I Ketut Laba
Jurnal Santiaji Pendidikan (JSP) Vol 11 No 1 (2021): Jurnal Santiaji Pendidikan (JSP)
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui bagaimana proses operasi Trikora dilakukan sebagai upaya mengembalikan Irian Barat ke wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (2) mengetahui apakah upaya-upaya yang dilakukan Bangsa Indonesia untuk mengembalikan Irian Barat ke wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah yaitu: (1) pengumpulan sumber/heuristic (studi dokumen, teknik wawancara, teknik observasi; (2) kritik sumber (kritik intern dan kritik ekstern); (3) interpretasi; dan (4) penulisan sejarah/historiografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan dilaksanakan Operasi Trikora sebagai upaya mengembalikan Irian Barat ke wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang ditempuh melalui berbagai upaya yaitu: upaya diplomasi politik, ekonomi, konfrontasi dan pergerakan militer. Pada tahun 1969 diselenggarakan Penentuan Pendapat Rakyat, yang merupakan bagian dari persetujuan New York Indonesia. Hasil dari Penentuan Pendapat Rakyat memutuskan secara bulat bahwa Irian Barat tetap menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia
PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DI KELAS X-AP4 SMK PGRI 4 DENPASAR I Ketut Laba Sumarjiana; Lydia Lisa; Ida Bagus Nyoman Wartha
Jurnal Santiaji Pendidikan (JSP) Vol. 11 No. 3 (2021): Jurnal Santiaji Pendidikan (JSP)
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah melalui penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan media gambar dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar sejarah siswa kelas X-AP4 SMK PGRI 4 Denpasar. Instrumen penelitian dalam tulisan ini meliputi data observasi, dokumentasi, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan tes. Jenis penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/ evaluasi, dan refleksi. Subjek Penelitian ini adalah sebanyak 33 siswa di kelas X-AP4 SMK PGRI 4 Denpasar tahun pelajaran 2019/2020. Metode yang digunakan, yaitu model Problem Based Learning (PBL). Penelitian ini menunjukan hasil belajar siswa sebagai berikut: (1) pada tes awal peningkatan pembelajaran sejarah memperoleh nilai rata-rata 60,30 yang dikelompokan dalam kategori kurang; (2) pada siklus I menunjukkan peningkatan pembelajaran sejarah memperoleh nilai yang dikelompokan dalam kategori baik, yaitu 70; (3) Pada siklus II peningkatan pembelajaran sejarah memperoleh nilai rata-rata yang dikelompokan dalam kategori meningkat, yaitu 85.
PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PERJUANGAN KAPTEN MUDITA UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA Ruli Anto; I Putu Ade Andre Payadnya; I Ketut Laba Sumarjiana
Jurnal Santiaji Pendidikan (JSP) Vol. 11 No. 3 (2021): Jurnal Santiaji Pendidikan (JSP)
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data yang pasti tentang model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together (NHT) berbasis perjuangan kapten Mudita dan menemukan cara yang tepat untuk penerapan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together (NHT) dalam meningkatkan berpikir kritis dan hasil belajar sejarah siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri 6 Denpasar tahun pelajaran 2019/2020. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Adapun hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan proses pembelajaran sejarah dengan model pembelajaran kooperatif tipe (NHT) berbasis audio visual perjuangan kapten Mudita dapat diterapkan pada siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri 6 Denpasar. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together (NHT) berbasis audio visual perjuangan kapten Mudita terbukti dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis yang ditunjukkan pada siklus I dengan total skor 2756 dan pada siklus II dengan total skor 3.039. Hasil belajar siswa dengan rerata 72,43, daya serap 72,43%, dan ketuntasan belajar 43,33% pada siklus I, kemudian pada siklus II mengalami peningkatan menjadi rerata 81,6, daya serap 81,6%, dan ketuntasan belajar mencapai 100%. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together (NHT) dapat diterapkan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran sejarah di sekolah, karena dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa.
SEJARAH PENDIDIKAN INDONESIA AWAL KEMERDEKAAN TAHUN 1945-1950 Ardiana Sari Dangu; I Ketut Laba Sumarjiana; Ruli Anto
Jurnal Inovasi Penelitian Vol 3 No 2: Juli 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Pariwisata Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47492/jip.v3i2.1733

Abstract

Pendidikan Indonesia pada masa awal kemerdekaan tahun 1945-1950 masih dalam keadaan yang sulit. Bangsa Indonesia pada awal kemerdekaan banyak mengalami kesulitan dimana banyak terjadi perubahan-perubahan, yang tidak hanya terjadi dalam bidang pemerintahan saja tetapi juga dalam bidang pendidikan. Pendidikan nasional bertujuan untuk menciptakan warga negara yang sosial, demokratis, dan bertanggung jawab dan siap sedia menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk negara. Praktek pendidikan selepas penjajahan menekankan pengembangan jiwa patriotisme. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk melatih kemampuan berpikir ilmiah dengan mengintergrasikan berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan penelitian yang berjudul sejarah pendidikan indonsesia awal kemerdekaan tahun 1945-1945. Secara khusus penelitian ini bertujuan menngetahui pendidikan di Indonesia awal kemerdekaan dan pembaca dapat memahami sejarah pendidikan di Indonesia awal kemerdekaan. Adapun metode penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan. Penelitian ini menemukan gambaran mengenai sejarah pendidikan Indonesia awal kemerdekaan tahun1945-1950. Hasil penelitian ini berimplikasi bahwa perlunya mengkaji sejarah Pendidikan Indonesia untuk memahami nilai-nilai sejarah Pendidikan Indonesia pada masa awal kemerdekaan Indonesia.
INTEGRASI NILAI GURU WISESA DALAM AJARAN CATUR GURU PADA MATA KULIAH KEWARGANEGARAAN SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BANGSA Lianda Dewi Sartika; I Ketut Laba Sumarjiana; Rulianto; Sri Datuti
Jurnal Santiaji Pendidikan (JSP) Vol. 13 No. 1 (2023): Jurnal Santiaji Pendidikan (JSP)
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/jsp.v13i1.6050

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memperkuat jati diri bangsa pada diri mahasiswa melalui integrasi nilai Guru Wisesa yang ada dalam ajaran Catur Guru pada mata kuliah Kewarganegaraan. Metodologi peneitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif. Memperkuat jati diri bangsa sangatlah penting untuk ditanamkan dalam diri mahasiswa sebagai kaum intelektual muda yang akan menjadi tonggak estafet pembangunan bangsa Indonesia di masa depan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternyata terdapat relevansi antara nilai Guru Wisesa dalam ajaran Catur Guru dengan mata kuliah Kewarganegaraan sebagai penguat jati diri bangsa. Selanjutnya, integrasi nilai kearifan lokal, khususnya nilai Guru Wisesa ke dalam pembelajaran Kewarganegaraan terbukti efektif dalam memperkuat karakter jati diri bangsa pada diri mahasiswa. Nilai Guru Wisesa yang dipegang teguh oleh masyarakat Bali apabila ditarik dalam konteks berbangsa dan bernegara terbukti dapat dimanfaatkan untuk menguatkan jati diri bangsa. Oleh sebab itu antara mata kuliah Kewarganegaraan dan nilai Guru Wisesa memiliki tujuan yang sama, yaitu dapat dipergunakan untuk memperkuat jati diri bangsa.
Makna Ngelebur dalam Upacara Ngaben pada Masyarakat Bali Aga di Desa Penglipuran, Bangli Yanti, Kadek Suma; Yanti, Ni Wayan Oka; Saputra, I Putu Adi; Anto, Ruli; Sumarjiana, I Ketut Laba; Sartika, Lianda Dewi
Jurnal Penelitian Inovatif Vol 4 No 3 (2024): JUPIN Agustus 2024
Publisher : CV Firmos

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54082/jupin.353

Abstract

Upacara Ngaben atau disebut juga upacara Pelebon merupakan salah satu upacara keagamaan yang dilaksanakan oleh masyarakat Hindu yang memiliki arti melebur, yaitu kembalinya raga (stula sarira) kepada Panca Maha Bhuta (lima unsur dasar yang menyusun mikrokosmos/manusia). Pelaksanaan upacara Ngaben pada masyarakat Hindu, khususnya di Bali memiliki keunikan tersendiri, sebab masing-masing masyarakat adat memiliki perbedaan dalam memaknai Ngaben, termasuk masyarakat desa adat Penglipuran yang memiliki perspektif tersendiri. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Terdapat tiga tahapan dalam penelitian ini, yaitu melalui tahap observasi, wawancara, dan studi dokumen. Adapun objek penelitian ini terletak di desa Penglipuran, Bangli. Fokus dari penelitian ini adalah mengenai fenomena upacara Ngaben yang dilaksanakan oleh masyarakat adat Penglipuran yang termasuk dalam suku Bali Aga yang dipercaya merupakan suku asli Bali yang mendiami wilayah Bali sebelum kedatangan suku Bali Majapahit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi pelaksanaan upacara Ngaben pada masyarakat Bali Majapahit dilakukan melalui tradisi pembakaran jenazah. Sedangkan pada masyarakat Bali Aga, khususnya di desa Penglipuran tidak selalu dilakukan dengan mengadakan prosesi pembakaran jenazah, melainkan dengan melakukan prosesi penguburan mayat. Hal ini berkaitan dengan kepercayaan masyarakat adat Penglipuran bahwa melebur atau penduduk lokal menyebutnya dengan istilah ‘ngelebur’ memiliki esensi bahwa melalui prosesi penguburan jenazah, pada akhirnya tetap akan mengembalikan raga kepada Panca Maha Bhuta.