Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

ORGANISASI POETRA SOERABAJA “POESOERA”: SEJARAH ORGANISASI DAN PERJUANGANNYA Dewi Sartika, Lianda
Avatara Vol 6, No 1 (2018): Vol 6 Nomer 1 (Maret 2018)
Publisher : Jur. Pendidikan Sejarah FIS UNESA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Organisasi Poesoera di resmikan oleh kesembilan tokoh penggagas Poesoera, yaitu K.H Mas Mansur, H. Nawawi Amin, H. Hoesein, H. Manan Edris, Koesnan Efendi, dr. Soetomo, , dr. Yahya, dr. Soewandi, dan dr. Samsi pada 26 September 1936. Dalam kurun waktu sebelum kemerdekaan Indonesia, yaitu tahun 1936 (semenjak Organisasi Poesoera berdiri) hingga tahun 1945, Organisasi Poesoera kokoh berdiri dan telah melalui masa-masa kolonialisme serta pendudukan bangsa asing, yaitu kolonialisme Belanda (1936-1942) dan pendudukan Jepang (1942-1945). Lebih lanjut lagi, setelah Indonesia berhasil meraih kemerdekaan, Organisasi Poesoera masih bertahan dan mempunyai eksistensi di Kota Surabaya. Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini, antara lain (1) mengenai sejarah berdirinya Organisasi Poetra Soerabaja “Poesoera” di Surabaya; dan (2) perjuangan Organisasi Poetra Soerabaja “Poesoera” pada masa sebelum dan sesudah kemerdekaan tahun 1936-1957. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui sejarah berdirinya Organisasi Poetra Soerabaja “Poesoera” dan mengetahui perjuangan Organisasi Poetra Soerabaja Poesoera” tahun 1936-1957. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian adalah menggunakan metode penulisan sejarah, yaitu pertama heuristik, merupakan tahapan untuk mengumpulkan sumber; kedua kritik, yaitu menggunakan kritik interen dengan melakukan kritik terhadap isi sumber; ketiga intepretasi, yaitu melakukan perangkaian terhadap fakta yang ada berdasarkan intepretasi dalam memahami data sejarah yang telah melalui proses kritik sebelumnya; keempat historiografi, setelah melalui tahap-tahap sebelumnya, pada tahap ini peneliti melakukan penulisan terhadap sejarah. Penelitian mengenai sejarah berdirinya Organisasi Poesoera, bahwa Organisasi Poesoera ini didirikan oleh para tokoh elit politik, cendekiawan, dan ulama di Surabaya. Bersatunya kesembilan tokoh penggagas Poesoera tersebut  telah melalui proses yang panjang dan keterkaitan antar tokoh yang kompleks. Berbekal visi, misi, dan tujuan yang sama diantara tokoh-tokoh berpengaruh diatas, akhirnya disepakatilah bahwa organisasi ini akan diberikan nama Poetra Soerabaja atau yang disingkat dengan nama Poesoera. Poesoera tumbuh dan berkembang menjadi organisasi sosial kemasyarakatan. Sebagai organisasi sosial kemasyarakatan, maka terdapat berbagai macam program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh Organisasi Poesoera yang mencakup pada berbagai bidang, diantaranya bidang agama, sosial, ekonomi, pendidikan, politik dan pemerintahan, serta budaya dan olahraga. Pada masa kolonialisme Belanda perjuangan Poesoera adalah  menumbuhkan jiwa kebangsaan dan nasionalisme, serta mensejahterakan masyarakat Kota Surabaya. Kemudian pada masa pendudukan Jepang, Poesoera seakan vakum dari segala aktivitasnya karena kebijakan Dai Nippon (Pemerintah Militer Jepang) yang sangat ketat dan disusul para penggagas Poesoera yang sibuk berjuang dengan kepentingannya masing-masing. Pasca kemerdekaan, Poesoera diaktifkan kembali oleh Doel Arnowo yang pada saat itu menjabat sebagai ketua Poesoera sekaligus walikota Surabaya pada tahun 1950. Setelah kembali aktif, Poesoera tetap melanjutkan tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat kota Surabaya. Kata Kunci : Organisasi Kemasyarakatan, Organisasi Poetra Soerabaja, Perjuangan.  
Model Pendidikan Perdamaian Berbasis Kearifan Lokal Pela Gandong Pada Pembelajaran IPS Pasca Rekonsiliasi Konflik Ambon Anju Nofarof Hasudungan; Lianda Dewi Sartika
Indonesian Journal of Social Science Education (IJSSE) Vol 2, No 1 (2020): JANUARI
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29300/ijsse.v2i1.2658

Abstract

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) atau yang dikenal dengan Studi Sosial memiliki tujuan akhir untuk membekali individu dengan pengetahuan dan pemahaman untuk hubungan dan kehidupan yang damai. Seperti yang dilakukan SMPN 9 Kota Ambon dengan 99% perserta didiknya beragama Kristen/ Katolik dan SMPN 4 Salahutu Liang Maluku Tengah dengan peserta didik beragama 100% Islam yang telah menerapkan nilai pendidikan perdamaian berbasis kearifan lokal pela gandong pada pembelajaran IPS. Tujuan penelitian untuk melihat penerapan model pendidikan perdamaian berbasis kearifan lokal pela gandong pada pembelajaran IPS. Penelitian dilakukan pada November 2019 dengan metode penelitian kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui metode studi kepustakaan, wawancara, dan observasi-partisipatoris. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pendidikan perdamaian berbasis kearifan lokal pela gandong pada pembelajaran IPS dapat mencapai tujuan pendidikan perdamaian dan IPS.
TRANSFORMASI KEARIFAN LOKAL PELA GANDONG DARI RESOLUSI KONFLIK HINGGA PENDIDIKAN PERDAMAIAN DI MALUKU Anju Nofarof Hasudungan; Sariyatun Sariyatun; Hermanu Joebagio; Lianda Dewi Sartika
Fikri : Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya Vol 5 No 1 (2020): Fikri : Jurnal Kajian Agama, Sosial dan Budaya
Publisher : Institut Agama Islam Ma'arif NU (IAIMNU) Metro Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25217/jf.v5i1.784

Abstract

Abstrack Pela gandong local wisdom has succeeded in becoming a media for conflict resolution that is unique and different from the conflict resolution of international institutions. So that the reconciliation of the Ambon conflict can be achieved through the Malino II Agreement on 12 February 2002. However, Ambon's condition is still volatile and there is segregation. The condition of peace vulnerabilities is caused by fullfiling the peace gaps. Therefore, the peace gap must be addressed immediately with peace education. The purpose of this paper are, (1) Describe how the transformation of pela gandong from conflict resolution into peace education (2) And to find out what impact the transformation will have on peace in Ambon City, Maluku Province today. This paper uses descriptive qualitative research methods with case studies. The research sites were at SMPN 4 Salahutu Liang Central Maluku and SMPN 9 Ambon City in January 2018 and continued in November 2019. Data collection through literature study, interview, and participatory observation methods. The results of the study revealed that pela gandong succeeded in the second time transforming from conflict resolution to peace education. So, being able to fill the peace gap and overcome segregation among students of different Islamic and Christian religions, at the same time has bequeathed the value of peace to the Ambonese younger generation of Maluku. Keywords: Transformation, Local Wisdom, Pela Gandong, Conflict Resolution, Peace Education Abstrak Kearifan lokal pela gandong telah berhasil menjadi media resolusi konflik yang khas dan berbeda dari resolusi konflik lembaga internasional. Sehingga rekonsiliasi konflik Ambon dapat tercapai melalui Perjanjian Malino II pada 12 Februari 2002. Akan tetapi, kondisi Ambon masih tetap bergejolak dan terdapatnya segregasi. Kondisi perdamaian yang masih rentan itu (peace vulnerabilities) disebabkan oleh masih adanya kesenjangan perdamaian (fullfiling the peace gaps). Oleh karena itu, kesenjangan perdamaian harus segera diatasi dengan pendidikan perdamaian (peace education). Tujuan dari penulisan ini yakni, (1) Mendeskripsikan bagaimana transformasi pela gandong dari resolusi konflik menjadi pendidikan perdamaian (2) Dan untuk mengetahui apa dampak yang dihasilkan dari transformasi tersebut bagi perdamaian di Kota Ambon Maluku saat ini. Tulisan ini mengunakan metodelogi penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Lokasi penelitian di SMPN 4 Salahutu Liang Maluku Tengah dan SMPN 9 Kota Ambon pada Januari 2018 dan dilanjutkan pada November 2019. Pengumpulan data melalui metode studi kepustakaan, wawancara, dan observasi-partisipatoris. Hasil penelitian mengungkapkan pela gandong berhasil untuk ke dua kalinya bertransformasi dari resolusi konflik menjadi pendidikan perdamaian. Sehingga, mampu mengisi kesenjangan perdamaian dan mengatasi segregasi dikalangan siswa yang berbeda agama Islam dan Kristen, disaat bersamaan telah mewariskan nilai perdamaian kepada generasi muda Ambon Maluku. Kata Kunci: Transformasi, Kearifan Lokal, Pela Gandong, Resolusi Konflik, Pendidikan Perdamaian
THE IMPLEMENTATION OF DEEP DIALOGUE LEARNING MODEL BASED ON THE STRUGGLE OF ANAK AGUNG GDE ANOM MUDITA TO INCREASE CRITICAL THINKING AND HISTORY LEARNING OUTCOME A. A Gek Indah Ani; Ruli Anto; Ida Bagus Brata; Lianda Dewi Sartika
International Journal of Applied Science and Sustainable Development (IJASSD) Vol. 4 No. 1 (2022): International Journal of Applied Science and Sustainable Development (IJASSD)
Publisher : Unmas Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (166.095 KB)

Abstract

The aims of this study are to 1) find out the benefits of the deep dialogue learning model in improving students' critical thinking skills 2) find out the benefits of the deep dialogue learning model in improving student learning outcomes 3) find out the benefits of the deep dialogue learning model based on local historical actor Anak Agung Gde Anom Mudita in improving critical thinking ability and the learning outcomes. The research subjects were students of class X IPS 1 SMA Negeri 6 Denpasar totaling 36 students. The object of this research is the students' historical learning outcomes and critical thinking skills. Data collection techniques are conducted by tests and non-tests. The research instrument used in this research is a questionnaire, observation, interviews and test questions. The results showed: that the first cycle of learning outcomes was 61.7 and the second cycle increased to 75.55. The achievement of KKM has increased from the initial condition of 58.33% to 80.55%. The improvement of critical thinking ability resulted from the questionnaire score increased from the initial condition of 1714 to 2830 in the final condition. The conclusion of this study is that the deep dialogue learning model based on local historical actor Anak Agung Gde Anom Mudita can improve learning outcomes and critical thinking abilities of students in class X IPS 1 SMA Negeri 6 Denpasar.
Integrasi Nilai-Nilai Dharma Gita sebagai Strategi Menciptakan Harmoni Sosial dalam Pembelajaran Sejarah *I Putu Adi Saputra; Lianda Dewi Sartika; Ida Bagus Nyoman Wartha
JIM: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah Vol 7, No 1 (2022): Februari, Ilmu Sejarah dan Media Pembelajaran
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jimps.v7i1.19868

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara mendalam tentang nilai-nilai dalam dharma gita yang dapat digunakan sebagai strategi untuk menciptakan harmoni sosial di kalangan pelajar, khususnya siswa SMA. Keberagaman ras, suku, etnis,  agama, dan kebudayaan menjadikan Indonesia memiliki ciri khas yang membedakannya dengan bangsa lain. Local genius atau yang sebagian besar oleh para ahli disebut juga dengan kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia pada setiap daerah merupakan akar dari sejarah nasional. Masyarakat Bali memiliki dharma gita sebagai salah satu kearifan lokalnya. Dharma gita adalah seni sastra masyarakat Bali dalam menyampaikan cerita dengan menyanyikannya melalui olah vokal (kidung atau kekawin) yang berisi berbagai nilai kehidupan melalui tokoh-tokoh dan dialog-dialognya. Dharma gita dalam perkembangannya di masyarakat Bali dikenal dengan nama mebebasan. Dharma gita melalui tradisi mebebasan menawarkan upaya menciptakan harmoni sosial untuk para generasi penerus bangsa. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kepustakaan. Adapun pengumpulan data diperoleh dari referensi dan literatur terkait yang relevan dengan pokok bahasan yang dikaji. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa menciptakan harmoni sosial merupakan sesuatu hal yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Bali, melihat corak masyarakatnya yang beragam. Begitupun prakteknya dalam interaksi para siswa di sekolah, guru harus menjadikan pembelajaran sejarah sebagai resolusi dalam meminimalisir konflik yang disebabkan oleh keberagaman. Jadi dapat disimpulkan bahwa integrasi nilai-nilai dharma gita dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran sejarah mampu menciptakan harmoni sosial dalam setiap interaksi siswa di SMA.
Integrasi Nilai-Nilai Dharma Gita sebagai Strategi Menciptakan Harmoni Sosial dalam Pembelajaran Sejarah Saputra, *I Putu Adi; Sartika, Lianda Dewi; Nyoman Wartha, Ida Bagus
JIM: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah Vol 7, No 1 (2022): Februari, Ilmu Sejarah dan Media Pembelajaran
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24815/jimps.v7i1.19868

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara mendalam tentang nilai-nilai dalam dharma gita yang dapat digunakan sebagai strategi untuk menciptakan harmoni sosial di kalangan pelajar, khususnya siswa SMA. Keberagaman ras, suku, etnis,  agama, dan kebudayaan menjadikan Indonesia memiliki ciri khas yang membedakannya dengan bangsa lain. Local genius atau yang sebagian besar oleh para ahli disebut juga dengan kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia pada setiap daerah merupakan akar dari sejarah nasional. Masyarakat Bali memiliki dharma gita sebagai salah satu kearifan lokalnya. Dharma gita adalah seni sastra masyarakat Bali dalam menyampaikan cerita dengan menyanyikannya melalui olah vokal (kidung atau kekawin) yang berisi berbagai nilai kehidupan melalui tokoh-tokoh dan dialog-dialognya. Dharma gita dalam perkembangannya di masyarakat Bali dikenal dengan nama mebebasan. Dharma gita melalui tradisi mebebasan menawarkan upaya menciptakan harmoni sosial untuk para generasi penerus bangsa. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kepustakaan. Adapun pengumpulan data diperoleh dari referensi dan literatur terkait yang relevan dengan pokok bahasan yang dikaji. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa menciptakan harmoni sosial merupakan sesuatu hal yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Bali, melihat corak masyarakatnya yang beragam. Begitupun prakteknya dalam interaksi para siswa di sekolah, guru harus menjadikan pembelajaran sejarah sebagai resolusi dalam meminimalisir konflik yang disebabkan oleh keberagaman. Jadi dapat disimpulkan bahwa integrasi nilai-nilai dharma gita dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran sejarah mampu menciptakan harmoni sosial dalam setiap interaksi siswa di SMA.
TER-TERAN (PERANG API) DALAM UPACARA USABA MUMU DI DESA ADAT JASRI, KARANGASEM, BALI Kusuma, I Gede Artha Surya; Brata, Ida Bagus; Sartika, Lianda Dewi; Legawa, I Made
JEJAK : Jurnal Pendidikan Sejarah & Sejarah Vol. 2 No. 1 (2022): Kajian Pendidikan Sejarah dan Keilmuan Sejarah
Publisher : Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (319.254 KB) | DOI: 10.22437/jejak.v2i1.20153

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menggali unsur-unsur yang berkaitan dengan asal usul sejarah munculnya ter-teran dalam rangkaian Usaba Mumu serta untuk mengetahui fungsi dan maknanya dalam rangkaian prosesi Usaba Mumu di Desa Adat Jasri. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Kemudian pengumpulan data dilakukan melalui  observasi, wawancara, dan beberapa dokumentasi kepustakaan yang ada relevansinya dengan masalah yang diteliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ter-teran merupakan suatu keharusan dalam rangkaian Ngusaba Mumu atau Ngusaba Dalem Nganggih berfungsi sebagai pelengkap pemuput Wali (upacara) pada saat Usaba Mumu yang dilaksanakan di pempatan (catuspata) dengan menggunakan sundih (bobok) yang saling dilemparkan. Upacara ini mengandung makna untuk mempertebal keyakinan dan ketaatan dalam diri setiap individu masyarakat Desa Adat Jasri sehingga tetap melaksanakan ajarannya dan mencegah hal-hal negatif yang dianggap dapat mengganggu hubungan harmonis, sehingga kesejahteraan kehidupan masyarakat Desa Adat Jasri dapat terwujud. 
Pemanfaatan Media Diorama untuk Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran Sejarah di SMA Negeri 11 Medan Wulandari, Silfi; Sartika, Lianda Dewi
Education & Learning Vol. 4 No. 1 (2024)
Publisher : Medan Resource Center

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57251/el.v4i1.1241

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya penggunaan media pembelajaran yang berdampak pada kemampuan berpikir kritis siswa dalam kegiatan belajar mengajar, khususnya pada pelajaran sejarah. Tujuan dari penelitian inia dalah untuk (1) mengetahui validitas media diorama pada pelajaran sejarah, (2) mengetahui kelayakan media diorama pada pelajaran sejarah, dan (3) mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas SMA N 11 Medan dengan menggunakan media diorama. Penelitian ini dilakukan di SMA N 11 Medan dengan subjek penelitian yaitu 5 siswa kelas X. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, dimana alat pengumpulan data berupa metode observasi, wawancara, tes dan dokumentasi.
Penerapan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw Berbasis Media Gambar Pahlawan Untuk Meningkatkan Karakter Dan Hasil Belajar IPS (Sejarah) Siswa Kelas VIII-C SMP Negeri 2 Denpasar Anto, Ruli; Sartika, Lianda Dewi; Sumasari, Ni Luh Putu
Education & Learning Vol. 4 No. 2 (2024)
Publisher : Medan Resource Center

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57251/el.v4i2.1563

Abstract

This study aims to examine the effectiveness of implementing the Jigsaw cooperative learning model using hero image media to improve the character and learning outcomes in Social Studies (History) among Grade VIII-C students of SMP Negeri 2 Denpasar in the 2023/2024 academic year. The research focuses on enhancing students' character and academic achievement. The study employs a Classroom Action Research (CAR) method based on Arikunto's model, which includes planning, action, observation, and reflection. The subjects of this study were 15 Grade VIII-C students. The results revealed improvements from Cycle I to Cycle II, with the number of students categorized as having "high" character increasing from 5 to 14, and students achieving the minimum passing grade (KKM) increasing from 11 to 14, with the average score rising from 78 to 82.6. The conclusion of this study is that the Jigsaw learning model based on hero image media significantly enhances students' character and learning outcomes in Social Studies (History).
Dongeng dan Seni Peran untuk Menumbuhkan Kemampuan 4C Bagi Siswa SD Negeri 2 Beringkit Belayu Sartika, Lianda Dewi; Denafri, Bram
Education & Learning Vol. 4 No. 2 (2024)
Publisher : Medan Resource Center

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57251/el.v4i2.1565

Abstract

Storytelling and role-playing are learning methods capable of creating an enjoyable learning atmosphere while fostering students' skills. This study aims to analyze the implementation of storytelling and role-playing in enhancing critical, creative, communicative, and collaborative (4C) thinking skills among students at SDN 2 Beringkit Belayu. The study focuses on the effectiveness of these methods in building 4C competencies. A qualitative approach with a descriptive method was used, involving observations, interviews, and documentation of the learning process. The results indicate that storytelling facilitates imaginative conceptual understanding, while role-playing enhances students' active engagement and teamwork abilities. This study concludes that combining these two methods creates enjoyable, meaningful, and effective learning experiences in developing 4C skills. Further support is required to optimize this implementation through teacher training and adequate time allocation.