Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Ruang Publik dan Intelektual Organik Maulana, Syarif
Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 12, No 1 (2015)
Publisher : Prodi Ilmu Komunikasi, FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (382.786 KB)

Abstract

Penelitian ini membahas ruang publik di Bandung dan pengembangan keberadaan intelektual organik menurut Antonio Gramsci. Berdasarkan penelitian terhadap Garasi10 dan ECF Unpar, diketahui bahwa tempat-tempat tersebut merupakan bentuk ruang publik dalam defi nisinya yang baru, yaitu ruang tempat terjadinya kegiatan non-formal, ruang berbayar demi kepentingan pelaksanaan kegiatan itu sendiri, ruang ideologis yang berisi sikap kritis terhadap kegiatan institusi yang lebih besar, ruang yang kedatangan publiknya ditentukan oleh minat dan kebutuhan, dan ruang yang keterbukaan aksesnya ditentukan oleh konteksnya. Ruang publik dapat memfasilitasi intelektual organik dengan membatasi konteks dalam ruang publik itu sendiri dari segi tema, suasana, dan bahasa.
Ruang Publik dan Intelektual Organik Maulana, Syarif
Jurnal ILMU KOMUNIKASI Vol 12, No 1 (2015)
Publisher : FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (382.786 KB) | DOI: 10.24002/jik.v12i1.447

Abstract

Penelitian ini membahas ruang publik di Bandung dan pengembangan keberadaan intelektual organik menurut Antonio Gramsci. Berdasarkan penelitian terhadap Garasi10 dan ECF Unpar, diketahui bahwa tempat-tempat tersebut merupakan bentuk ruang publik dalam defi nisinya yang baru, yaitu ruang tempat terjadinya kegiatan non-formal, ruang berbayar demi kepentingan pelaksanaan kegiatan itu sendiri, ruang ideologis yang berisi sikap kritis terhadap kegiatan institusi yang lebih besar, ruang yang kedatangan publiknya ditentukan oleh minat dan kebutuhan, dan ruang yang keterbukaan aksesnya ditentukan oleh konteksnya. Ruang publik dapat memfasilitasi intelektual organik dengan membatasi konteks dalam ruang publik itu sendiri dari segi tema, suasana, dan bahasa.
A MOVIE WITH DISTANCE: (FILM ANALYSIS OFBANDE A PARTWITH BERTOLT BRECHT EPIC THEATER THEORY APPROACH) Maulana, Syarif
Jurnal Budaya Nusantara Vol 3 No 1 (2019): NUSANTARA & MEDIA
Publisher : LPPM Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36456/b.nusantara.vol3.no1.a2115

Abstract

T ujuan dari penelitian ini untuk memberikan pemahaman bahwa, tidak semua film mendapatkanrespon emosional penonton secara instan clan memiliki orientasi tunggal memperoleh keuntunganfinansial tertinggi. Beberapa film memiliki orientasi seni clan mampu dianalisis dengan teoritertentu clan mengandung beberapa estetika sebagai aspek filosofis yang layak menjadi sumberpengetahuan yang dapat dipercaya. Paradigma penelitian ini adalah konstruktivisme denganpendekatan kualitatif dengan observasi clan tinjauan pustaka sebagai instrumennya. Pengamatandilakukan dengan menonton film secara berulang kali diikuti dengan analisis menggunakan TeoriTeater Epic Bertolt Brecht. Analisis-analisis tersebut dilakukan menurut unsur yang diketahuioleh Bande; yaitu keberadaan narator, korelasi adegan, stabilitas setiap karakter clan perkembangancerita, yang berkembang secara linear atau berputar-putar. Hasil analisis menunjukkan bahwaBandea part oleh Jean Luc Godard memiliki narator dari luar film untuk menggambarkanbeberapa adegan yang tidak terkait dengan adegan berikutnyadan sebelumnya sampai adanyaperubahan genre dari film kriminal, romansa, sindiran, aksi hingga menjadi komedi. Denganperubahan jenis clan genre film, karakter di dalam film juga perlu disesuaikan. Perubahan tersebutmenciptakan efek yang disebut Verfremdungs effektor Distancing Effect dalam terminologiBrecht. The Distancing Effect memberi antisipasi kepada penonton untuk tidak terlibat, melayangatau mengalami ilusi dramatis dengan film. Dengan Distancing Effect, Godard ingin agarpenonton tidak terlibat secara emosional dengan film clan ingin penonton menjadi penontonyang santai. Menjadi penonton yang santai memungkinkan mereka untuk menjadi lebih kritis,konstruktif, clan memiliki visi yang lebih rinci tentang film ini.
Kritik Pemikiran Theodor Adorno tentang Status Heteronom Musik Jazz Maulana, Syarif
MELINTAS An International Journal of Philosophy and Religion (MIJPR) Vol. 39 No. 3 (2023)
Publisher : Faculty of Philosophy, Parahyangan Catholic University, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26593/mel.v39i3.7825

Abstract

Theodor W. Adorno, a prominent thinker in the Frankfurt School, articulated his views on jazz music. He considered jazz music to be ‘functional’ music (Gebrauchsmusik) serving the bourgeois class in the post-war period. Furthermore, Adorno observed that the spontaneity in jazz music was a myth as it originated from the 32-bar song patterns akin to Broadway tunes. Through improvisation, jazz music created an illusion of uniqueness in its ‘products’ by emphasizing a distinctive style of performance. However, Adorno argued that improvisation, inadvertently, was constructed within similar constraints across various musical compositions. Additionally, in another accusation, Adorno regarded blue notes in jazz music performance as an error that one attempts to correct within their own auditory perception. Conversely, Adorno extolled music containing Arnold Schoenberg’s twelve-tone technique as autonomous art capable of social critique through internal logic within the music itself. This article seeks to pinpoint Adorno’s fallacies in his critique of jazz music, based on his failure to formulate the ontological aspects of jazz music which rigidly adhere to canonical forms, his inability to situate the potential of jazz music within autonomous art, and the distortions stemming from stereotypes about jazz music prevalent in his time.
Peran Dukungan Sosial dan Kontrol Diri terhadap Penerimaan Diri pada Remaja Keluarga Bercerai Maulana, Syarif; Noviekayati, IGAA; Rina, Amherstia Pacra
JIWA: Jurnal Psikologi Indonesia Vol. 3 No. 02 (2025): Juni
Publisher : Faculty of Psychology Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30996/jiwa.v3i02.12733

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara dukungan sosial dan kontrol diri dengan penerimaan diri pada remaja dari keluarga bercerai. Data diperoleh dari 127 responden yang memenuhi kriteria penelitian, dan dianalisis menggunakan metode korelasi Spearman’s rho karena data tidak terdistribusi normal. Hasil penelitian menunjukan bahwa dukungan sosial memiliki hubungan positif dan signifikan dengan penerimaan diri (p > 0,05), sedangkan kontrol diri tidak menunjukan hubungan signifikan dengan penerimaan diri (p < 0,05). Dukungan sosial memberikan kontribusi dominan terhadap penerimaan diri, mencerminkan peran penting lingkungan sosial dalam membangun rasa penghargaan dan enerimaan individu terhadap dirinya sendiri. Sebaliknya kontrol diri yang lebih berfokus pada regulasi perilaku dan impuls tidak memiliki hubungan langsung dengan penerimaan diri. Temuan ini menyoroti pentingannya penguatan dukngan sosial dalam intervensi yang bertujuan menigkatkan penerimaan diri pada remaja keluarga bercerai.
Analisis Pengaruh Pengetahuan Produk, Reputasi, Dan Pelayanan Terhadap Keputusan Mahasiswa Menjadi Nasabah Bank Syariah Maulana, Syarif; Farhani, Najib
Journal of Economics and Business Research (JUEBIR) Vol. 3 No. 1 (2024): June 2024
Publisher : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Raden Mas Said Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22515/juebir.v3i1.8273

Abstract

Minat mahasiswa untuk menjadi nasabah bank syariah saat ini masi sangat kecil karena tidak setiap instasi mempelajari tentang literasi keuangan syariah. Reputasi bank syariah juga belum terlalu popular karena rata-rata mahasiswa masih memilih menggunakan bank konvensional untuk proses transaksi sehari hari. Dari mulai membeli produk online shop dan kegiatan transaksi lainnya. Pelayanan bank syariah juga belum dilakukan secara maksimal. Contohnya pada menu mobile bank masi terkesan rumit dan banyak tambahan tampilan yang tidak perlu. Penelitian berikut dilaksanakan dalam rangka melakukan analisis pengaruh pengetahuan produk, reputasi, dan pelayanan terhadap keputusan mahasiswa untuk mendaftar sebagai nasabah Bank Syariah. Penelitian berikut dilaksanakan dengan metode kuantitatif. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Sampel dikumpulkan dengan teknik random sampling dengan jumlah 124 orang. Data terkumpul kemudian dianalisis menggunakan regresi linier berganda, uji asumsi klasik, serta uji t dan uji F untuk membuktikan hipotesis. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pengetahuan produk tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan mahasiswa menjadi nasabah bank syariah dengan nilai signifikasi 0,804 > 0,05, reputasi dan pelayanan berpengaruh signifikan terhadap keputusan mahasiswa menjadi nasabah bank syariah dengan nilai signifikasi 0,000 < 0,05. Sedangkan pengetahuan produk, reputasi, dan pelayanan secara simultan memiliki pengaruh yang singnifikan terhadap keputusan mahasiswa untuk mendaftar sebagai nasabah Bank Syariah dengan skor yang didapatkan 0.000.
Kritik Pemikiran Theodor Adorno tentang Status Heteronom Musik Jazz Maulana, Syarif
MELINTAS An International Journal of Philosophy and Religion (MIJPR) Vol. 39 No. 3 (2023)
Publisher : Faculty of Philosophy, Parahyangan Catholic University, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26593/mel.v39i3.7825

Abstract

Theodor W. Adorno, a prominent thinker in the Frankfurt School, articulated his views on jazz music. He considered jazz music to be ‘functional’ music (Gebrauchsmusik) serving the bourgeois class in the post-war period. Furthermore, Adorno observed that the spontaneity in jazz music was a myth as it originated from the 32-bar song patterns akin to Broadway tunes. Through improvisation, jazz music created an illusion of uniqueness in its ‘products’ by emphasizing a distinctive style of performance. However, Adorno argued that improvisation, inadvertently, was constructed within similar constraints across various musical compositions. Additionally, in another accusation, Adorno regarded blue notes in jazz music performance as an error that one attempts to correct within their own auditory perception. Conversely, Adorno extolled music containing Arnold Schoenberg’s twelve-tone technique as autonomous art capable of social critique through internal logic within the music itself. This article seeks to pinpoint Adorno’s fallacies in his critique of jazz music, based on his failure to formulate the ontological aspects of jazz music which rigidly adhere to canonical forms, his inability to situate the potential of jazz music within autonomous art, and the distortions stemming from stereotypes about jazz music prevalent in his time.