Herta Masthalina, Herta
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Medan

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

POLA KONSUMSI (FAKTOR INHIBITOR DAN ENHANCER FE) TERHADAP STATUS ANEMIA REMAJA PUTRI Masthalina, Herta
Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 11, No 1 (2015): JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (KEMAS) JULI 2015
Publisher : Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/kemas.v11i1.3516

Abstract

Laporan kegiatan Dinas Kesehatan Lombok Barat 2012 terhadap pemeriksaan kadar Hb remaja puteri diperoleh sebesar 83,16 % remaja puteri di Gunungsari  yang menderita anemia.Penelitian bertujuan mengetahui hubungan pola konsumsi (faktor inhibitor dan enhancerfe) dengan status anemia siswi. Penelitian dilakukan pada tahun 2014 bersifat observasional analitik, dari segi waktunya cross-sectional. Subjek penelitian adalah siswi Madrasah Aliyah Al-Aziziyah sebanyak 67 siswi yang diperoleh secara random sampling. Data yang dikumpulkan meliputi nama, umur, kelas, status anemia dan pola konsumsi faktor inhibitor dan enhancer. Remaja yang anemia, sebanyak 10 orang (47,6%) termasuk kategori biasa mengkonsumsi makanan sumber inhibitor Fe dan sebagian besar (76,2%) kadang-kadang mengkonsumsi makanan sumber enhancer Fe. Ada hubungan pola konsumsi faktor inhibitor Fe dengan status anemia siswi, dan tidak ada hubungan pola konsumsi faktor enhancer Fe dengan status anemia siswi. Health Department Activity Report 2012 West Lombok The level of Hb girls of 83.16% girls in Gunungsari suffered from anemia . The research aims to determine the relationship patterns of consumption ( inhibitors factors and enhancers fe ) with anemia status schoolgirl. The study was conducted in 2014 with observational analytic study, in terms of time to cross-sectional. Subjects were students of Madrasah Aliyah Al-Aziziyah were 67 students who obtained random sampling..Data collected includes name, age, grade, status of anemia and consumption patterns factor inhibitors and enhancers. Teens are anemic, as many as 10 people (47.6%) including category inhibitor used to consume food sources Fe and most (76.2%) sometimes consume food sources enhancer Fe . There is a relationship consumption patterns inhibitor factor with anemia status Fe students, and there is no relationship enhancer factor Fe consumption pattern with anemia status of students.
HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU BALITA DENGAN POLA PEMBERIAN MP-ASI PADA ANAK USIA 6-24 BULAN DI KELURAHAN KARANG BARU SELAPARANG, MATARAM, NUSA TENGGARA BARAT ., Taufiqurrahman; Masthalina, Herta; Wulandari, Reni Gatri
GIZI INDONESIA Vol 35, No 1 (2012): Maret 2012
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (311.388 KB)

Abstract

Pemberian MP-ASI yang tidak tepat waktu dan type nya akan beresiko meningkatkan kematian pada balita. Tujuan dari studi ini adalah mengetahui hubungan antara pendidikan dan pengetahuan ibu balita tentang MP-ASI  dengan  pola  pemberian  MP-ASI  pada  anak  usia  6-24  bulan.  Jenis  penelitian  ini  adalah  crosssectional dengan subyek anak usia 6-24 bulan sebanyak 144 orang di Kelurahan Karang Baru, Kecamatan Selaparang,  Kota  Mataram.  Data  yang  dikumpulkan  meliputi  karakteristik  sampel  dan  karakteristik  ibu balita meliputi umur, pendidikan, dan pekerjaan, serta pengetahuan ibu tentang pola pemberian MP-ASI. Penilaian  pola  pemberian  MP-ASI  berdasarkan  3  indikator  yaitu  pertama  kali  memberikan,  jenis  dan frekuensi  pemberian  MP-ASI.  Data  diolah  menggunakan  analisis  bivariat  dengan  uji  chi  square.  Hasil menunjukkan bahwa Ibu balita sebagian besar berumur 20-35 tahun (83,3%) dengan pendidikan sekolah dasar (48,6%). Sebagian besar ibu tidak bekerja (74,3%), dengan tingkat pengetahuan ibu balita sebagian besar berkategori sedang (69,4%). Pola pemberian MP-ASI berdasarkan waktu pertama pemberian MP-ASI sebagian  besar  (56,9%)  tidak  sesuai  karena  pemberian  MP-ASI  yang  terlalu  dini,  namun  jika  dilihat berdasarkan jenis pemberian MP-ASI, persentase yang tidak sesuai banyak ditemukan pada usia 6-8 bulan (63,6%) dan persentase yang sesuai banyak ditemukan pada bayi usia 12 -24 bulan (70,4%), sedangkan dari  indikator  frekuensi  pemberian  MP-ASI,  pada  usia  12-24  bulan  100%  balita  tidak  mendapat  MP-ASI yang sesuai anjuran (3-5 kali/hari). Berdasarkan tiga indikator tersebut sebagian besar tidak sesuai pola pemberian  MP-ASI  (54,9%).  Analisis  bivariat  menunjukkan  ada  hubungan  yang  signifikan  antara pendidikan dengan pola pemberian MP-ASI (p<0,000), demikian juga pada variabel pengetahuan ibu balita (p<0.000). Kata kunci: pendidikan ibu, pengetahuan ibu, dan pola pemberian MP-ASI
POLA KONSUMSI (FAKTOR INHIBITOR DAN ENHANCER FE) TERHADAP STATUS ANEMIA REMAJA PUTRI Masthalina, Herta
KEMAS: Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 11, No 1 (2015)
Publisher : Department of Public Health, Faculty of Sport Science, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/kemas.v11i1.3516

Abstract

Laporan kegiatan Dinas Kesehatan Lombok Barat 2012 terhadap pemeriksaan kadar Hb remaja puteri diperoleh sebesar 83,16 % remaja puteri di Gunungsari  yang menderita anemia.Penelitian bertujuan mengetahui hubungan pola konsumsi (faktor inhibitor dan enhancerfe) dengan status anemia siswi. Penelitian dilakukan pada tahun 2014 bersifat observasional analitik, dari segi waktunya cross-sectional. Subjek penelitian adalah siswi Madrasah Aliyah Al-Aziziyah sebanyak 67 siswi yang diperoleh secara random sampling. Data yang dikumpulkan meliputi nama, umur, kelas, status anemia dan pola konsumsi faktor inhibitor dan enhancer. Remaja yang anemia, sebanyak 10 orang (47,6%) termasuk kategori biasa mengkonsumsi makanan sumber inhibitor Fe dan sebagian besar (76,2%) kadang-kadang mengkonsumsi makanan sumber enhancer Fe. Ada hubungan pola konsumsi faktor inhibitor Fe dengan status anemia siswi, dan tidak ada hubungan pola konsumsi faktor enhancer Fe dengan status anemia siswi. Health Department Activity Report 2012 West Lombok The level of Hb girls of 83.16% girls in Gunungsari suffered from anemia . The research aims to determine the relationship patterns of consumption ( inhibitors factors and enhancers fe ) with anemia status schoolgirl. The study was conducted in 2014 with observational analytic study, in terms of time to cross-sectional. Subjects were students of Madrasah Aliyah Al-Aziziyah were 67 students who obtained random sampling..Data collected includes name, age, grade, status of anemia and consumption patterns factor inhibitors and enhancers. Teens are anemic, as many as 10 people (47.6%) including category inhibitor used to consume food sources Fe and most (76.2%) sometimes consume food sources enhancer Fe . There is a relationship consumption patterns inhibitor factor with anemia status Fe students, and there is no relationship enhancer factor Fe consumption pattern with anemia status of students.
PEMBERDAYAAN PELAKU POSITIVE DEVIANCE DALAM MEMANFAATKAN DAUN KELOR SEBAGAI JAJANAN SEHAT REMAJA PUTRI Masthalina, Herta
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Pusat Unggulan Iptek Penanggulangan Stunting Berbasis Kesehatan Ibu dan Anak Vol 3 No 2 (2024): JPKM PUSTINGKIA JULI 2024
Publisher : Poltekkes Kemenkes Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33088/jpustingkia.v3i1.711

Abstract

The prevalence of anemia among adolescent girls is 23%, assessed by hemoglobin levels below 12 g/dl. Moringa leaves, containing 28.2 mg of iron, offer a potential solution. This community service activity aimed to increase mothers' knowledge about anemia in adolescent girls and process healthy snacks using moringa leaves. Using a positive deviance approach, the project targeted 20 mothers of adolescent girls, providing education and training on making moringa-based snacks. Three positive deviance practitioners were identified and invited to share their successful experiences in using moringa leaves to combat anemia. They demonstrated four healthy snack recipes: moringa leaf kembang goyang, nuggets, gabus sticks, and rempeyek. Participants then created their own moringa-based snacks at home, including nuggets, sticks, omelettes, and moss pudding. Initially unfamiliar with moringa's benefits and processing methods, participants gained understanding and skills in utilizing moringa leaves as healthy snacks for teenage girls to prevent anemia by the end of the training. This approach effectively combined local wisdom with nutritional education to address adolescent anemia through accessible, home-prepared snacks.
Effect of Nutrition Counseling Knowledge and Attitude Toward Mother breastfeeding and Baby Growth in Sub Lubuk Pakam Masthalina, Herta; Agustina, Zein
Kesmas Vol. 12, No. 3
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Untuk dapat menjalankan program ASI eksklusif, ibu menyusui harus memiliki pengetahuan yang baik. Salah satu cara dalam menambah pengetahuan yaitu dengan memberikan konseling gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konseling gizi tentang ASI eksklusif dan status gizi terhadap pengetahuan dan sikap ibu menyusui di wilayah Puskesmas Kecamatan Lubuk Pakam. Jenis penelitian ini adalah quasi experimental non-equivalent control group design. Sampel sejumlah 60 ibu dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu 30 ibu yang diberikan konseling gizi intensif pada kelompok intervensi di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Pakam dan 30 ibu pada kelompok kontrol di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa. Kelompok perlakuan diberikan intervensi konseling gizi selama tiga bulan yang diberikan sebanyak tiga sesi. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Agustus 2016. Hasil penelitian menunjukkan sebelum dilakukan intervensi pengetahuan dan sikap pada kedua kelompok tidak berbeda secara berturut-turut dengan p=0.290 dan p=0.658, sedangkan setelah intervensi baik pengetahuan maupun perilaku berbeda secara signifikan dengan nilai p=0.000. Rata rata kenaikan berat badan bayi pada bulan pertama pada kelompok perlakuan sebesar 1,25 kg, kelompok kontrol sebesar 1,19 kg dan bulan kedua pada kelompok intervensi sebesar 1,44 dan kelompok kontrol 1 kg. Paired test yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh konseling gizi terhadap pengetahuan dan sikap pada kelompok intervensi. To implement exclusive breastfeeding program, breastfeeding mothers should have a good knowledge. One way to gain knowledge is by providing nutritional counseling. This study aimed to determine the effect of nutrition counseling toward exclusive breastfeeding and nutritional status toward the knowledge and attitude of breastfeeding mothers in Lubuk Pakam Subdistrict Primary Health Care. This study was a quasi experimental with non-equivalent control group design. Samples of 60 mothers were divided into two groups that were 30 mothers who received intensive nutrition counseling at the intervention group in Lubuk Pakam Primary Health Care work area and 30 mothers at control group in Tanjung Morawa Primary Health Care work area. The intervention group was given nutrition counseling intervention for three months provided in three sessions. The study was conducted in March-August 2016. The statistical analysis used t-test. The results showed that before intervention, knowledge and attitude in both groups did not differ consecutively with p value = 0.290 and p value = 0.658, after intervention both knowledge and behavior were significantly different p value = 0.000. While the average weight gain in infants in the first month was 1.25 kg in intervention group, 1.19 kg in control group , and in the second month was 1,44 kg in intervention group and 1 kg in control group. Paired tests show that there is effect of nutritional counseling toward knowledge and attitude in the intervention group.
Effect of Nutrition Counseling Knowledge and Attitude Toward Mother breastfeeding and Baby Growth in Sub Lubuk Pakam Masthalina, Herta; Agustina, Zein
Kesmas Vol. 12, No. 3
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Untuk dapat menjalankan program ASI eksklusif, ibu menyusui harus memiliki pengetahuan yang baik. Salah satu cara dalam menambah pengetahuan yaitu dengan memberikan konseling gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konseling gizi tentang ASI eksklusif dan status gizi terhadap pengetahuan dan sikap ibu menyusui di wilayah Puskesmas Kecamatan Lubuk Pakam. Jenis penelitian ini adalah quasi experimental non-equivalent control group design. Sampel sejumlah 60 ibu dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu 30 ibu yang diberikan konseling gizi intensif pada kelompok intervensi di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Pakam dan 30 ibu pada kelompok kontrol di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa. Kelompok perlakuan diberikan intervensi konseling gizi selama tiga bulan yang diberikan sebanyak tiga sesi. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Agustus 2016. Hasil penelitian menunjukkan sebelum dilakukan intervensi pengetahuan dan sikap pada kedua kelompok tidak berbeda secara berturut-turut dengan p=0.290 dan p=0.658, sedangkan setelah intervensi baik pengetahuan maupun perilaku berbeda secara signifikan dengan nilai p=0.000. Rata rata kenaikan berat badan bayi pada bulan pertama pada kelompok perlakuan sebesar 1,25 kg, kelompok kontrol sebesar 1,19 kg dan bulan kedua pada kelompok intervensi sebesar 1,44 dan kelompok kontrol 1 kg. Paired test yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh konseling gizi terhadap pengetahuan dan sikap pada kelompok intervensi. To implement exclusive breastfeeding program, breastfeeding mothers should have a good knowledge. One way to gain knowledge is by providing nutritional counseling. This study aimed to determine the effect of nutrition counseling toward exclusive breastfeeding and nutritional status toward the knowledge and attitude of breastfeeding mothers in Lubuk Pakam Subdistrict Primary Health Care. This study was a quasi experimental with non-equivalent control group design. Samples of 60 mothers were divided into two groups that were 30 mothers who received intensive nutrition counseling at the intervention group in Lubuk Pakam Primary Health Care work area and 30 mothers at control group in Tanjung Morawa Primary Health Care work area. The intervention group was given nutrition counseling intervention for three months provided in three sessions. The study was conducted in March-August 2016. The statistical analysis used t-test. The results showed that before intervention, knowledge and attitude in both groups did not differ consecutively with p value = 0.290 and p value = 0.658, after intervention both knowledge and behavior were significantly different p value = 0.000. While the average weight gain in infants in the first month was 1.25 kg in intervention group, 1.19 kg in control group , and in the second month was 1,44 kg in intervention group and 1 kg in control group. Paired tests show that there is effect of nutritional counseling toward knowledge and attitude in the intervention group.
Pola Konsumsi dengan Terjadinya Sindrom Metabolik Suhaema, Suhaema; Masthalina, Herta
Kesmas Vol. 9, No. 4
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Terjadinya sindrom metabolik diduga berhubungan dengan pergeseran gaya hidup masyarakat yang berubah menuju masyarakat modern, dari mengonsumsi makanan tradisional beralih ke makanan instan dan kebaratbaratan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi sindrom metabolik dan determinannya dari pola konsumsi, meliputi konsumsi sayur dan buah serta pola makan makanan manis, asin, berlemak, lauk hewani berpengawet, dan penggunaan penyedap. Penelitian ini merupakan bagian dari analisis lanjut data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 dengan desain potong lintang. Jumlah sampel setelah pembobotan adalah 1.878.578 orang dengan kriteria berusia 18 tahun ke atas. Pengumpulan data pola konsumsi, antropometri, klinis, dan biomedis telah dilakukan. Analisis data menggunakan kai kuadrat dan regresi logistik biner. Prevalensi sindrom metabolik di Indonesia sebesar 23%, pada perempuan 26,6% dan pada laki-laki 18,3%. Konsumsi makanan manis lebih dari satu kali per hari sebanyak 43,5% dan kurang dari satu kali per hari 10,5% dengan peluang mengalami sindrom metabolik sebesar 6,567 kali. Konsumsi makanan asin yang termasuk dalam kategori sering memiliki proporsi sindrom metabolik sebesar 100% dengan risiko mengalami sindrom metabolik sebanyak 6,363 kali. Terdapat hubungan yang signifikan (nilai p < 0,05) antara pola konsumsi sayur dan buah, frekuensi konsumsi makanan manis, asin, berlemak, lauk hewani yang diawetkan, penggunaan penyedap, dan mi instan dengan kejadian sindrom metabolik pada usia produktif. Occurrence of metabolic syndrome is assumedly related to the changing of people’s lifestyle into modern society, from consuming traditional food to instant food and be westernized. This study aimed to determine metabolic syndrome prevalence and its determinants from consumption patterns including vegetable and fruit consumption as well as consumption patterns of sweet, salty, fatty food, preserved animal side dishes and use of seasonings. This study was a part of advanced 2013 Basic Health Research data analysis by cross sectional design. A total of sample after weighting was 1,878,578 people on aged 18 years old and older. Collecting consumption pattern, anthropometry, clinic and biomedic data had been conducted. Data analysis used chi square and binary logistic regression. Metabolic syndrome prevalence in Indonesia is 23%, 26.6% on women and 18.3% on men. Consuming sweet food more than once a day was 43.5% and less than once a day was 10.5% with opportunity of suffering metabolic syndrome was 6.567 times. Salty food consumption included into often category had metabolic syndrome proportion worth 100% with 6.363 times risk of suffering metabolic syndrome. There was a significant relation (p value < 0.05) between the pattern of vegetable and fruit consumption, frequency of sweet, salty, fatty food, preserved animal side dishes, the seasoning use and instant noodle with metabolic syndrome occurrence in productive age.