Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Goncangan Iklim Mengancam Ketahanan Pangan Nasional Istiqlal Amien; Eleonora Runtunuwu; Erni Susanti; Elza Surmaini
JURNAL PANGAN Vol. 20 No. 2 (2011): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v20i2.30

Abstract

Kebutuhan pangan meningkat pesat dengan bertambahnya penduduk dan perbaikan ekonomi. Penduduk juga telah lebih banyak menempati perkotaan yang sebagian besar di hilir sehingga mengurangi ketersediaan air bagi pertanian. Sementara produksi pangan yang telah terkendala oleh alih fungsi lahan pertanian yang dipercepat kebijakan transportasi dan tajamnya kompetisi penggunaan air yang diperparah oleh keragaman dan perubahan iklim. Peran Jawa sebagai pemasok utama beras nasional sudah semakin melemah, sehingga perlu dicari pusat pertumbuhan pangan baru. Mengantisipasi tantangan ini perlu dikaji dan dikembangkan potensi pangan tradisional yang kurang dimanfaatkan maupun yang telah terlupakan. Riset perlu terus dipacu untuk meningkatkan manfaat sumberdaya maritim yang lebih luas dari daratan untuk produksi pangan dan pengembangan varietas baru yang lebih efisien menggunakan air dan karbon. Teknologi pangan dari hulu ke hilir perlu cepat didiseminasikan dengan memanfaatkan teknologi informasi yang telah berkembang pesat untuk meningkatkan ketahanan pangan.Rapid rise of food requirement has been driven by not only increasing population but also improving welfare. More people now live in urban areas located mostly in the downstream areas that reduce the water supplies for agricultural production. Meanwhile, food production is already constrained by agricultural lands conversion, by inappropriate transportation policy and by tighter water competition that is exacerbated by climate anomaly and climate change. The decreasing role of Java as the national rice supplier requires the development of new food production centers in outer islands. To anticipate the challenge, traditional food crops which are either underutilized or neglected must be assessed and more developed. Researches on potential utilization of maritime resources, that are larger than the terrestrial ones for food production, can be developed to become more efficient by using water and carbon. Food technology, from the up-streams to downstreams, has to be rapidly disseminated by using more appropriately state-of-the-art information technology to enhance food security. 
Tinjauan Waktu Tanam Tanaman Pangan Di Wilayah Timur Indonesia (Review of Food Crop Planting Time In Eastern Indonesia) Eleonora Runtunuwu; Haris Syahbuddin; Fadhlullah Ramadhani; Yayan Apriyana; Kharmila Sari; Wahyu Tri Nugroho
JURNAL PANGAN Vol. 22 No. 1 (2013): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v22i1.75

Abstract

Waktu awal tanam padi merupakan salah satu aspek pertanian yang menggambarkan waktu mulai menanam padi yang diduga bervariasi antar tempat. Penelitian bertujuan untuk mengkaji variasi waktu tanam tanaman pangan di wilayah timur Indonesia. Awal waktu tanam tanaman pangan yang dilakukan petani pada Musim Tanam I (MH) ditentukan apabila 8 persen dari luas baku kecamatan yang bersangkutan telah ditanami, awal tanam Musim Tanam II (MK I) ditentukan pada saat 6 persen dari luas baku sawah telah ditanami. Analisis dilakukan dengan menggunakan data luas baku dan luas tanam bulanan untuk tanaman padi sawah, padi ladang, dan jagung. Data yang dikumpulkan adalah data per kecamatan untuk periode tahun 2000 sampai dengan tahun 2009 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS). Penelitian menunjukkan awal waktu tanam yang hampir sama untuk semua komoditas yaitu pada pertengahan sampai dengan akhir Oktober (Okt ll/lll) untuk MH. Untuk MK I, petani melakukan penanaman padi ladang dan jagung terlebih dahulu mulai akhir Januari sampai dengan awal Februari (Jan lll/Feb I)dan juga pertengahan sampai akhir Februari (Feb ll/lll) untuk padi sawah. Realisasi waktu tanam petani ini sangat ditentukan oleh awal musim hujan yang terjadi di wilayah timur Indonesia, sehingga hanya beberapa tempat yang bisa melakukan penanaman padi pada MK I, dan umumnya diganti dengan tanaman palawija. Apabila informasi awal waktu tanam ini dipetakan secara nasional, maka usaha pemenuhan kebutuhan tanaman pangan dapat difokuskan dengan memperhatikan tempat dan waktu kegiatan budidaya tanaman pangan.Planting time of food crop by farmers is expected to be varied among regions. The study aimed to examine the planting time variation of food crops in eastern Indonesia. Commencing planting time of planting season I (MH) is determined when 8 percent of the total food crop area have been planted, while commencing planting of planting season II (MK I) determined when 6 percent of the area have been planted. Analyses were performed using the food croparea and monthly planted area forirrigation paddy, rainfed paddy and maize. The collected data are distributed in each sub-district between 2000 and 2009 and obtained from the Central Statistics Agency (BPS). Research result showed commencing planting time forrainy season (MH) is almost similar forall food crops in the midto late of October(Oct II / III). For dry season (MK I), farmers plants rainfed paddy and maize crops in advance from late January to early February (Jan HI / Feb I) as wellas midto late February (Feb II / III) forirrigated paddy. Actual planting time is largely influenced bymonsoon in eastern Indonesia, therefore only a fewplaces that cultivate rice inMKI, butgenerally they plant secondarycrops. When the commence of planting time information is mapped nationally, efforts to fulfill the food crops requirement could be planned appropriately considering the local time of food crops cultivation.
Delinasi Kalender Tanam Tanaman Padi Sawah Untuk Antisipasi Anomali Iklim Mendukung Program Peningkatan Produksi Beras Nasional Eleonora Runtunuwu; Haris Syahbuddin; Wahyu Tri Nugroho
JURNAL PANGAN Vol. 20 No. 4 (2011): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v20i4.179

Abstract

Perubahan iklim global yang berimbas terhadap pola hujan menjadi kendala bagiProgram Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Salah satu implikasi dariperubahan iklim adalah pergeseran awal dan akhir musim tanam yang berdampak negatif terhadap pola tanam dan produktifitas tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun atlas kalender tanam Pulau Sumatera dengan skala 1:250.000, yang dapat dijadikan sebagai panduan untuk menentukan potensi pola tanam dan waktu tanam pada tanaman semusim (terutama padi) sampai tingkat kecamatan berdasarkan potensi dan dinamika sumber daya iklim dan air. Atlas kalender tanam ini disusun melalui beberapa tahapan yaitu (i) pengumpulan data dan wawancara dengan petani; (ii) analisis waktu tanam; (iii) verifikasi lapang; dan (iv) penyusunan atlas. Selain memetakan kebiasaan waktu tanam yang diterapkan petani saat ini, atlas kalender tanam ini juga dilengkapi dengan kalender tanam berdasarkan tiga kondisi iklim, yaitu pada saat curah hujan tinggi (tahun basah), pada saat curah hujan rendah (tahun kering), dan pada saat curah hujan normal (tahun normal). Atlas kalender tanam dapat menjadi panduan bagi penyuluh pertanian maupun petani dalam menjalankan usahataninya secara berkelanjutan. Beberapa manfaat atlas kalender tanam adalah untuk menentukan waktu tanam tingkat kecamatan, menentukan rotasi tanaman berdasarkan potensi sumberdaya iklim dan air, mendukung perencanaan tanam tanaman pangan semusim, dan mengurangi dampak buruk pergeseran musim tanam terhadap kerugian petani. Global climate change causes change in the rainfall pattern and becomes a constraint to the national program on rice. The change implies both the shifting of the cropping time and the change in cropping pattern of annual crops that eventually decrease crop productivity. The aim of this research is to provide the cropping calendar map of Sumatera island at 1:250.000 scale that can be applied as reference in determining time of planting and cropping pattern for each sub district that suit to the dynamic of climate and water resources. This cropping calendar is arranged through several steps: (i) climate data collection and farmer’s interview; (ii) analysis of planting time; (iii) field verification; and (iv) mapping process by delineating of cropping pattern. This map is prepared for the farmer’s condition in different climate anomaly scenarios such as La-Nina, El-Nino, or normal. This cropping calendar map can be used as a reference for farmers and extension workers in planning a sustainable farming.Cropping calendar map serves several function, i.e. providing spatial and tabular cropping pattern for crop land at the sub-district level, determining cropping rotation in each sub district based on the existing climate and water resources, supporting the planning of cropping season and pattern, especially for seasonal food crops, and reducing the negative impact of climate anomaly and risk of farmer’s losses. 
Dinamika Kalender Tanam Padi di Sulawesi The Dynamics of Paddy Planting Time in Sulawesi Eleonora Runtunuwu; Haris Syahbuddin; Fadhlullah Ramadhani; Wahyu Tri Nugroho
JURNAL PANGAN Vol. 21 No. 2 (2012): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v21i2.309

Abstract

Dalam menetapkan waktu tanam tanaman padi petani kebanyakan mengandalkan kebiasaan turun temurun, padahal kondisi iklim telah berubah akibat pemanasan global. Akibatnya petani sering menghadapi masalah sumberdaya air, terutama pada saat intensitas curah hujan tinggi dengan kurun waktu pendek atau kondisi kering yang berlangsung lama. Untuk menghindari kekeliruan dalam menentukan waktu tanam, perlu dilakukan analisis mengenai waktutanam pada beberapa kondisi ikiim yang berbeda, yang diduga bervariasi antar tempat. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari variasi waktu tanam tanaman padi di Sulawesi, baik waktu tanam yang dominan dilakukan petani maupunberdasarkan kondisi iklim. Awal waktu tanam petani pada musim tanam pertama dianalisis dengan menggunakan data luas tanam level kecamatan periode tahun 2000-2007, sedangkan estimasi waktutanam pada saat curah hujan di bawah normal, normal, maupun di atas normal menggunakan data curah hujan harian runut waktu periode tahun 1980-2007. Awal waktu tanam pada musim tanam pertama yang dilakukan petani di Sulawesi umumnya terjadi pada dasarian pertama dan kedua September (September l/ll) setiap tahunnya; yang sama dengan hasil estimasi pada kondisi basah dan normal walau dengan intensitas yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa awal waktu tanam di Sulawesi relatif tetap. Tetapi pada kondisi kering petani ebaiknya menanam agak lambat yaitu dasarian III September sampai dengan dasarian pertama Oktober (September Ill/Oktober I) dan secara bertahap dapat dilakukan sampai dengan dasarian pertama dan kedua Januari (Januari l/ll). manfaat informasi estimasiawalwaktu tanam yang tersedia untuk setiap ecamatandiharapkan dapat membantu petani menentukan awal waktu tanam sebelum tiba musim tanam. In determining planting time ofpaddy crop farmers usually use onventional traditions although climatic conditions havechangesdue toglobal warming. As a result, farmers often face water resources problem, especially during a high intensity rainfall in a short period or aprolonged dry period. To avoid inaccuracy in determining planting time, there should bea study ofplanting time on some ofthe different climatic conditions, which are suspected varied among farming sites. This research aims to study the variation in food crops planting times especially in Sulawesi Island, based on both farmer's activities andclimate condition, i.e. wet, normal, anddry years. The existing planting time is determined byusingplanting area data of each sub-district during the period of 2000 to 2007 obtained from Statistics Indonesia. Planting time is considered commencing when 8 percent ofpaddy fields in a sub district have been planted. Planting time estimation on wet, normal, or dry years uses the ten-day rainfall data during the period of 1980 to 2007. The results show that farmer in Sulawesi generally plant rice starting on September in the first and second ten-days (September l/ll) every year. This issimilar to the estimation results on wet and normal years, but with higher intensity. This circumstance shows that early time plant in Sulawesi is relatively constant. Nevertheless in dry condition, farmers have to plant gradually on September Ill/October Iup to Jan l/ll. Information ofinitial planting time ofall sub-districts of Sulawesi is available on cropping calendar map. This information is expected to become the base information in determining planting time of each sub-district to avoid crop failures. 
UTILIZING CROPPING CALENDAR IN COPING WITH CLIMATE CHANGE Eleonora Runtunuwu; Irsal Las; Istiqlal Amien; Haris Syahbuddin
Jurnal Ecolab Vol 5, No 1 (2011): Jurnal Ecolab
Publisher : Pusat Standardisasi Instrumen Kualitas Lingkungan Hidup Laboratorium Lingkungan (P3KLL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jklh.2011.5.1.1-14

Abstract

Salah satu implikasi dari perubahan iklim adalah pergeseran waktu tanam yang tentunya mempengaruhi pola tanam dan produktifitas, terutama tanaman pangan. Untuk memandu petani menyesuaikan pola dan waktu tanam, maka analisis kalender tanam sangat diperlukan. Tujuan study ini adalah untuk mengembangka n peta kalender tanam tanaman padi di Jawa berdasarkan keragaman iklim (tahun basah, tahun normal dan tahun kering). Peta kalender tanam dikembangkan beberapa tahap, yaitu: (a) analisis waktu tanam eksisting, (b) analisis waktu tanam potensial, and (c) pembuatan peta kalender tanam. Analisis dilakukan dengan menggunakan data curah hujan harian dari tahun 1983 sampai dengan 2006, dan data realisasi tanam padi bulanan dari tahun 2003 sampai dengan 2005 untuk seluruh pulau Jawa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan waktu tanam pada kondisi basah, normal dan kering. Waktu tanam tertinggi untuk musim tanam pertama (MT I) pada tahun basah hampir sama dengan kondisi normal yaitu pada Okt 2/Okt 3, sedangkan pada tahun kering terjadi pada Des 2/Des 3. Intensitas tanam juga bervariasi antar provinsi. Kondisi ini mengakibatkan distribusi input pertanian seperti benih dan pupuk harus dijadwalkan sesuai kondisi setempat. Agar perencanaan waktu tanam dapat dilakukan dengan mudah, informasi peta kalender tanam telah dipetakan dalam skala 1:250.000 pada skala kecamatan. Peta kalender tanam selanjutnya dikompilasi menjadi satu atlas yang dapat digunakan sebagai pedoman bagi penyuluh dan petani di dalam penentuan kalender tanam