Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Mempelajari Wilayah Perbatasan Sebagai Ruang Bersama Kartikasari, Wahyuni
Jurnal Hubungan Internasional Vol 1, No 2 (2012): Oktober
Publisher : Jurnal Hubungan Internasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/hi.2012.0016.149-159

Abstract

Border problems are often originated from a very complex issue. Problems that arise are because of there is no uncertainty about the border, and disparity of boundary zone development between the country and neighboring countries. The latter problem often encourages the orientation and mobility of border communities who tend to prefer to more rapid development area. Problems can arise from the differences perception and outlook between the government and society about the meaning of border, as well.This paper proposed the concept of shared space as a strategic move to overcome that perceptual difference on the border. A space that is managed together both in planning and implementation, will be able to minimize the number of conflicts and tensions that often arise in the border region.
Mempelajari Wilayah Perbatasan Sebagai Ruang Bersama Wahyuni Kartikasari
Jurnal Hubungan Internasional Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/hi.2012.0016.149-159

Abstract

Border problems are often originated from a very complex issue. Problems that arise are because of there is no uncertainty about the border, and disparity of boundary zone development between the country and neighboring countries. The latter problem often encourages the orientation and mobility of border communities who tend to prefer to more rapid development area. Problems can arise from the differences perception and outlook between the government and society about the meaning of border, as well.This paper proposed the concept of shared space as a strategic move to overcome that perceptual difference on the border. A space that is managed together both in planning and implementation, will be able to minimize the number of conflicts and tensions that often arise in the border region.
KESETARAAN GENDER DALAM KELUARGA UNTUK MENINGKATKAN TARAF HIDUP MASYARAKAT  DUSUN SEMPU, WONOKERTO, KABUPATEN SLEMAN Dian Azmawati; Wahyuni Kartikasari
Prosiding Seminar Nasional Program Pengabdian Masyarakat 2020: 4. Pemberdayaan Kapasitas Perempuan
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (749.474 KB) | DOI: 10.18196/ppm.34.303

Abstract

Dusun Sempu berada di kaki gunung Merapi, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebagai salah satu dari 13 dukuh di Desa wonokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah istimewa Yogyakart, mayoritas warga dusun bermata pencaharian sebagai petani, khususnya salak. Sempu memiliki 330 kk, dengan jumlah penduduk 1136, terdiri dari laki-laki 574 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 562 jiwa. Dusun ini sudah cukup maju, tampak dari kondisi ekonomi sebagian besar warganya dan fasilitas pendidikan serta kesehatan yang baik. Dalam aspek sosial kemasyarakatan, warga dusun sudah cukup maju dengan aktifnya organisasi, seperti organisasi kepemudaan yaitu Kelompok Karang Taruna dan arisan, serta keagamaan seperti TPA. Kegiatan musyawarah sering dilakukan oleh masyarakat Dukuh Sempu dalam rangka mencari sebuah solusi, dalam pertemuan arisan antar RT, rapat ibu-ibu PKK, Pertemuan bapak-bapak atau pada perkumpulan yang diadakan di Dukuh Sempu. Namun pengambilan keputusan masih sering dilakukan hanya dengan mendengarkan keputusan dari kaum laki-laki, sehingga peran perempuan dalam musyawarah dan pengambilan keputusan masih rendah. Kultur sosial budaya yang ada menempatkan perempuan pada kelas kedua. Hegemoni budaya patriarkhi menempatkan laki-laki sebagai pemimpin dalam keluarga, organisasi, maupun politik, sehingga partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan masih relatif rendah, sehingga perempuan lebih memilih bersikap pasif. Kondisi tersebut mendorong kami untuk meningkatkan keterlibatan perempuan dalam pemberdayaan masyarakat agar pembangunan dusun Sempu dapat berjalan dengan lebih baik. Melalui kegiatan pengabdian dengan tema “Kesetaraan Gender”, diharapkan dengan keterlibatan perempuan, pembangunan yang berjalan menjadi sensitif terhadap kebutuhan berbagai elemen dalam masyarakat, salah satunya adalah perempuan.
PENDAMPINGAN PEMANFAATAN MEDSOS UNTUK PROMOSI RUMAH MAKAN DAN WISATA EDUKASI BUMDES Dian Azmawati; Wahyuni Kartikasari
Prosiding Seminar Nasional Program Pengabdian Masyarakat 2021: 4. Kapasitas Daya Saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan Badan Usaha Milik Desa( BU
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (530.157 KB) | DOI: 10.18196/ppm.44.576

Abstract

Kondisi ekonomi masyarakat yang menurun sejak dilanda pandemi Covid 19 menggerakkan BUMDES Bangun Kamulyan di desa Bangunjiwo untuk mencari jalan keluar bagi masyarakat. Pilihan yang diambil adalah membangun usaha rumah makan dengan konsep “warung makan edukatif”. Warung makan edukatif ini dinamai Kopi Sawah Kajigelem, melibatkan 4 dusun di desa Bangunjiwo Bantul, yaitu dusun Kasongan, Jipangan, Gendeng, dan Lemahadi (Kajigelem). Konsep warung makan edukatif atau wisata kuliner edukatif ini merupakan konsep yang menarik dengan memanfaatkan potensi alam, kuliner, dan sentra kerajinan yang telah menjadi keahlian sebagian masyarakat Bangunjiwo. Tim pengabdian membantu dalam inisisasi rumah makan dan promosi melalui Medsos bersama dengan mahasiswa KKN UMY. Kegiatan yang dilakukan berupa pendampingan langsung dalam inisiasi rumah makan, dan usaha promosi melalui medsos dengan mengadakan lomba foto selfie di lingkungan rumah makan. Melaui kegiatan pengabdian ini antusiasme masyarakat untuk menjalankan usaha bersama di bawah BUMDES diharapkan tumbuh dan usaha ini mulai dikenal oleh masyarakat luas.
Rintisan Usaha pada UMKM Sekarwangi Bangunsari melalui Pelatihan Inovasi Produk Olahan Lele Sugeng Riyanto; Wahyuni Kartikasari
Prosiding Seminar Nasional Program Pengabdian Masyarakat 2022: 4. Kapasitas Daya Saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan Badan Usaha Milik Desa (BU
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/ppm.54.936

Abstract

Dusun Bangunsari, Bangunkerto, Turi, Sleman, semula dikenal sebagai salah satu dusun sentra penghasil Salak Pondoh. Seiring dengan laju pengembangan pertanian di Indonesia, harga Salak Pondoh kian merosot dan tidak lagi dapat diandalkan sebagai penghasil utama penduduk. Di samping memerlukan diversifikasi dalam pengolahan hasil produksi Salah Pondoh, perlu juga dikembangkan potensi produk lain dalam upaya pengembangan kewirausahaan. Dusun Bangunsari mempunyai kekayaan air yang melimpah dan banyak dimanfaatkan sebagai sumberdaya peternakan ikan, dalam hal ini adalah ikan Lele. Banyaknya produksi ikan Lele menjadi pendorong untuk melakukan diversifikasi olahan Lele agar mempu menaikkan nilai jual ikan Lele. Pengabdian ini bertujuan melakukan inovasi pengolahan produk ikan Lele dalam bentuk Abon Lele dengan peserta anggota UMKM Sekarwangi yang ada di dusun tersebut. Metode pengabdian dilakukan melalui tiga tahap. Pertama adalah sosialisasi inovasi kewirausahaan, kedua dengan melakukan praktik. Dalam praktik ini didatangkan seorang pelatih pembuat Abon Lele yang diikuti oleh anggota UMKM Sekarwangi. Ketiga adalah dengan melakukan pendampingan marketing yang dilakukan oleh mahasiswa KKN. Pengabdian ini telah berhasil melatih anggota UMKM Sekarwangi hingga mampu membuat olahan abon Lele secara mandiri dan sekaligus packing serta praktik cara-cara pemasaran.
Pelatihan Inovasi Promosi Desa Wisata Kelor Pemanfaatan Media Digital Sugeng Riyanto; Wahyuni Kartikasari; Zain Munfarih Muktaf
Prosiding Seminar Nasional Program Pengabdian Masyarakat 2022: 4. Kapasitas Daya Saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan Badan Usaha Milik Desa (BU
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/ppm.54.948

Abstract

Desa Wisata Kelor merupakan salah satu usaha dari masyarakat di Padukuhan Kelor Kalurahan Bangunkerto, Turi, Sleman, yang telah dirintis sejak 2007. Situs yang ditawarkan oleh desa wisata ini adalah kampung salak, kampung sejarah, aneka tempat outbound dan penginapan. Dalam perkembangannya muncul berbagai kompetitor desa wisata sejenis di Kecamatan Turi seperti, Gadung, Pulesari, Pancoh, Kaliaji dll. Desa wisata sempat mengalami kemandegan oleh sebab pandemi covid-19. Setelah destinasi pariwisata diizinkan kembali beroperasi, desa wisata kelor masih sepi dari pengunjung. Abdimas ini bertujuan untuk memberikan pelatihan promosi wisata menggunakan media sosial agar pengunjung menjadi ramai. Abdimas ini dilakukan dengan metode diskusi problematika desa wisata dan pelatihan tentang media digital sebagai media promosi melalui pengembangan website, youtube dan tiktok. Pengabdian ini berhasil mendiskusikan akar permasalahan desa wisata kelor serta solusi promosi berupa pemanfaatan media digital. Media digital menjadi alternatif promosi wisata yang efektif untuk menarik wisatawan yang mengunjungi desa wisata kelor.
Diplomasi Panda menjadi Tali Hubungan ChinaAustralia dalam Upaya Perlindungan Koala Kurniawati, Rhisma; Kartikasari, Wahyuni
Padjadjaran Journal of International Relations Vol 6, No 2 (2024)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/padjir.v6i2.48769

Abstract

Penelitian ini membahas mengenai kajian diplomasi hewan dalam hubungan internasional. Dengan fokus penelitian pada diplomasi panda milik China dan diplomasi koala milik Austalia. China telah menerapkan diplomasi Panda terlebih dahulu yang kemudian disusul oleh Australia yang juga menerapkan diplomasi Koala. Keduanya sama-sama memiliki ancaman yang sama yaitu mengenai kepunahan satwa ikonik mereka. Yang cukup menarik perhatian mengenai China yang juga menjadi salah satu tujuan dari diplomasi koala. Melihat dari masalah tersebut muncul pertanyaan Mengapa China yang harus dipilih oleh Australia? Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui lebih jauh mengenai alasan China yang seharusnya menjadi mitra Australia kaitannya dalam upaya perlindungan Koala. Untuk menjawab pertanyaan tersebut peneliti menggunakan teori Konstruktivisme dan didukung dengan metode kualitatif dari data yang berasal dari data sekunder. Dari data yang telah dikumpulkan terdapat penemuan mengenai keberhasilan China dalam berdiplomasi dan mempertahankan panda. Di sisi lain, China juga menjadi habitat kedua bagi Koala. Sehingga Australia harus menjalin hubungan kerja sama dengan China sebagai upaya pencegahan kepunahan koala.This study discusses the study of animal diplomacy in international relations. With a focus on China's panda diplomacy and Australia's koala diplomacy. China has implemented Panda diplomacy first, followed by Australia, which also implements Koala diplomacy. Both have the same threat, namely the extinction of their iconic animals. What is quite interesting is that China is also one of the goals of koala diplomacy. Looking at these problems, the question arises: Why should China be chosen by Australia? This paper aims to find out more about the reasons why China should be Australia's partner in relation to Koala protection efforts. To answer this question, the researcher uses the theory of Constructivism and is supported by a qualitative method from data derived from secondary data. From the data that has been collected, there are findings about China's success in diplomacy and defending pandas. On the other hand, China is also a second habitat for koalas. So Australia must establish a cooperative relationship with China as an effort to prevent koala extinction.
“Wolf Warior Diplomacy” Bentuk Desakan China Bagi Korea Selatan Kurniawati, Rhisma; Kartikasari, Wahyuni
Kajian Hubungan Internasional Vol. 2 No. 2 (2023)
Publisher : Faculty of Social and Political Sciences - Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/khi.2023.2.2.10197

Abstract

Dalam penelitian kali ini akan membahas mengenai kajian diplomasi publik China yang sering kali disebut sebagai “Wolf Warior Diplomacy”. Diplomasi ini membangun citra China yang tegas dan mengancam yang ditujukan dan digunakan untuk melindungi kepentingan nasional China. Dalam hal ini hubungan China dan Korea Selatan akhir – akhir ini terlihat kurang baik karena kedekatan Korea Selatan dan Amerika Serikat yang terlihat semakin menunjukan kemesraannya. China juga mulai menunjukan penggunaan Wolf Warior Diplomacy terhadap Korea Selatan. Dengan latar belakang tersebut muncul pertanyaan mengapa China menggunakan Wolf Warior Diplomacy terhadap Korea Selatan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, riset ini menggunakan metode kualitatif yang didukung dengan data sekunder. Dari hasil data yang diperoleh terdapat dua pembahasan yaitu mengenai alasan dibalik penggunaan Wolf Warior Diplomacy oleh China, dan juga respon yang dikeluarkan oleh Korea Selatan atas Wolf Warior Diplomacy China. Dari Pembahasan tersebut bisa diperoleh kesimpulan bahwa melalui Wolf Warior Diplomasi, China berhasil menyatakan ketegasannya terhadap Korea Selatan sehingga dengan kasus yang baru ini memungkinkan bagi China untuk kembali mewujudkan ketegasannya jika Korea Selatan semakin jauh dari China dan mengancam kepentingan nasional China dengan kedekataannya terhadap Amerika Serikat. Dengan penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman lebih mengenai Wolf Warrior Diplomacy dan juga hubungan antara China, Korea Selatan dan Amerika Serikat.
Diplomasi Publik Butet Manurung dalam Rangka Penguatan Ketahanan Masyarakat Adat (Studi pada Masyarakat Adat di Jambi) Kartikasari, Wahyuni
Jurnal Ketahanan Nasional Vol 30, No 3 (2024)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkn.100057

Abstract

Based on research on the role of Butet Manurung with Sokola Rimba, this article examines her activities in developing the potential of indigenous communities with Sokola Rimba aims to reveal efforts to strengthen the potential of indigenous communities in Indonesia in order to increase the resilience of indigenous communities and culture, thereby relating to the issue of Indonesian national resilience. A further aim is to see this connection with the study of public diplomacy where the international awards received from his activities with Sokola Rimba made Butet Manurung play the role of being an Indonesian public diplomacy actor in the international arena. The research was conducted using qualitative methods and secondary data from news references and qualitative research on Butet Manurung and theoretical explanations, concepts and case studies about social, cultural and community resilience, public diplomacy and cultural diplomacy. Because indigenous communities play a crucial role in preserving ecosystem balance and enhancing resilience of both life and communities, research on Butet Manurung and Sokola Rimba demonstrates the need of studying indigenous communities resilience. The collective rights of indigenous peoples, including the right to use natural resources, enable them to determine their own lives, self-regulate, be independent and no longer marginalized. They have the right to participate in determining planning, development and sustainable use of their customary territories in accordance with local wisdom. Furthermore, Butet Manurung's existence in the international arena makes him an actor in Indonesian public diplomacy in carrying important messages such as survival and human rights, environmental and ecosystem maintenance and life values and will ultimately strengthen the study of P to P diplomacy as an alternative from G to G diplomacy.