Setyardi Pratika Mulya, Setyardi Pratika
Departemen Ilmu Tanah Dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Jl. Meranti Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Adequacy Analysis of Green Open Space and its Development Direction as an Attributes of Green City in the Capital of Jember Regency, Indonesia Sitorus, Santun R.P.; Wardani, Imelda Kusuma; Mulya, Setyardi Pratika
Sumatra Journal of Disaster, Geography and Geography Education Vol 2 No 1 (2018): Sumatra Journal of Disaster, Geography and Geography Education Volume 2 Number 1
Publisher : Sumatra Journal of Disaster, Geography and Geography Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (978.458 KB) | DOI: 10.24036/sjdgge.v2i1.140

Abstract

The development of an urban area needs to pay attention to the environmental carrying capacity. One of the way to achieve sustainable urban development is to apply one of the attributes of green city namely green open space (GOS). The purpose of the research are to analyze the types of land use in the years of 2010 and 2017, to analysis land use changes from 2010 to 2017, predicting land use change, analyzing the adequacy of GOS by area acreage and population number, and to determine the direction of GOS development in the Jember City.The research was conducted in the Capital of Jember Regency, namely Jember City with the total area of 9,900 ha. Methods of data analysis are the spatial analysis, analysis of population growth with quadratic growth model, Cellular Automata-Markov, and synthesis of green open space (GOS) development direction based on potential land and the value of the land. The results showed that there are ten types of land use in the Jember City, those are forest, mixed gardens, dryland agriculture, open land, cemetery, plantation, settlements and buildings, paddy fields, shrubs and grasses, and river. A relatively large land use changed in the period of 2010-2017 were dryland agriculture and paddy fields into settlements and buildings. The results of land use prediction with Cellular Automata-Markov described the trend of land use change becomes settlements (buildings) and plantations. The adequacy of public GOS by area as well as population still lacking whereas the adequacy of private GOS has been exceeded. The GOS acreage based on number of population is lower than those GOS based on an area. The GOS development planning is required to fulfill the needs. The consideration used to draw up the directives is the existing land use, regional spatial plan (RTRW), prediction of land use in the year of 2024, distribution of GOS, and land values. Development plans of GOS consist of two stages namely stage 1 and stage 2 with three priorities, namely priority 1, priority 2, and priority 3 with the total area 1,052 ha and funding require approximately two trillion rupiahs. The acreage of potential land for development of GOS has already enough to fulfill the needs of GOS based on population, however, not yet sufficient to fulfill the needs of GOS based on regency area.
PEMETAAN RAWAN BENCANA GEMPA BUMI DI KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI Mulya, Setyardi Pratika; Suwarno, Yatin
GEOMATIKA Vol 19, No 2 (2013)
Publisher : Badan Informasi Geospasial in Partnership with MAPIN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24895/JIG.2013.19-2.203

Abstract

Kepulauan Mentawai termasuk dalam kawasan rawan bencana, diantaranya gempa bumi, tsunami, abrasi pantai dan tanah longsor. Daerah rawan bencana tersebut khususnya gempa bumi dapat dipetakan, sehingga dapat diketahui daerahdaerah mana yang memiliki kerawanan tinggi, sedang atau rendah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui daerah-daerah mana di Kabupaten Kepulauan Mentawai yang memiliki kerawanan bencana gempa bumi tinggi, sedang dan rendah. Teknologi GIS dapat digunakan dalam penelitian ini, yaitu dengan melakukan “superimpose” dari beberapa parameter atau sub faktor setelah dilakukan skoring dan pembobotan. Dari hasil pemetaan ini diketahui bahwa wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai yang terdiri dari Pulau Siberut, Pulau Sipora, dan Pulau Pagai Utara dan Selatan, sebagian besar merupakan wilayah dengan kerawanan sedang. Daerah dengan kerawanan rendah terdapat di wilayah pantai barat dan utara bagian barat Pulau Siberut. Adapun wilayah dengan kerawanan tinggi terdapat di sepanjang pantai timur Pulau Pagai Utara dan Selatan, sebagian kecil pantai timur bagian utara Pulau Sipora, dan sebagian kecil pantai timur bagian utara Pulau Siberut.Kata Kunci: pemetaan, rawan bencana, gempa bumi, Kepulauan MentawaiABSTRACTMentawai Archipelago is among the disaster-prone areas, either in the form of tectonic earthquakes, tsunamis, coastal erosion and landslides. The disaster-prone areas, especially earthquakes can be mapped to know the region with high, medium or low susceptibility level. The purpose of this study was to determine the level of susceptibility areas to earthquake in Mentawai Archipelago. GIS technology was used in this research by doing superimpose of some parameters or subfactors after scoring and weighting. The results of this mapping showed that the region of the Mentawai Archipelago which consists of Siberut Island, Sipora Island, and Pagai Island (North and South) were largely fall in medium class of susceptibility. Areas with low susceptibility were at the west coast and north western part of Siberut Island. The areas with high susceptibility were found along the east coast of Pagai Island (North and South), some part at the east coast of northern Sipora Island and a small part at the east coast of north Siberut Island.Keywords: mapping, disaster, earthquake, Mentawai Archipelago
PEMETAAN POTENSI EPIDEMI MUNTABER DI KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI, PROVINSI SUMATERA BARAT Mulya, Setyardi Pratika; Suwarno, Yatin
MAJALAH ILMIAH GLOBE Vol 17, No 2 (2015)
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (684.233 KB) | DOI: 10.24895/MIG.2015.17-2.225

Abstract

Bencana epidemi penyakit adalah suatu wabah penyakit tertentu atau kejadian luar biasa yang tiba-tiba meluas dan menyebabkan sakit pada manusia dalam jumlah yang banyak. Penyakit ini termasuk urutan ke empat dari sepuluh penyakit terbanyak yang mewabah di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahaya/rawan, hirarki dan potensi epidemi penyakit muntaber di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Analisis yang digunakan adalah skoring, pembobotan, skalogram, dan analisis spasial. Hasil penelitian ini adalah (1). wilayah kecamatan yang memiliki tingkat kerawanan penyebaran epidemi penyakit muntaber tertinggi berada di Kecamatan Siberut Utara dan beberapa lokasi di Kecamatan Sipora Selatan, sedangkan yang memiliki tingkat kerawanan yang rendah didominasi di sebagian kecil Pulau Siberut, Kecamatan Sikakap, dan Kecamatan Pagai Selatan, (2). Kecamatan Pagai Selatan memiliki hirarki 1, kecamatan yang berhirarki 2 adalah Kecamatan Sikakap dan Sipora Utara, dan kecamatan yang berhirarki 3 adalah Kecamatan Pagai Utara, Siberut Barat Daya, Siberut Barat, Siberut Selatan, Siberut Tengah, Siberut Utara, dan Sipora Selatan, (3). Potensi terbesar penyakit muntaber terjadi di wilayah Siberut Utara dan beberapa tempat di Sipora Selatan. Sementara itu, potensi terkecil terjadinya penyakit muntaber berada di Kecamatan Pagai Selatan.Kata Kunci: hirarki, Kepulauan Mentawai, muntaber, potensi, rawan.ABSTRACTEpidemic disease is an extraordinary event that suddenly spread and causes humans illness in large numbers. This disease ranks fourth (out of ten) endemic diseases in Mentawai Islands. This study aims to determine prone, hierarchy and the potential for epidemics of diarrhea in the Mentawai Islands. The analysis is scoring, weighting, schallogram, and spatial analysis. Results of this study are: (1). Sub district of which has a severe impact diarrheal disease epidemics highest are North Siberut sub district and South Sipora, (2). Sub district of South Pagai has a hierarchy 1, hierarchy 2 are Sikakap and Sipora sub district of North, and hierarchy 3 are sub district of North Pagai, Siberut Southwestern, Siberut West, South Siberut, Central Siberut, North Siberut, and South Sipora, (3). The biggest potential diarrheal diseases in the sub district of North Siberut and some places in South Sipora.Keywords: hierarchy, Mentawai Islands, diarrhea, potential, vulnerable
Keselarasan Penggunaan Lahan dengan Pola Ruang dan Arahan Pengembangan Ruang Terbuka Hijau di Kabupaten Bengkulu Selatan: Conformity of Land Use with Spatial Pattern and Direction of Green Open Space Development in South Bengkulu Regency Santun R.P. Sitorus; Engge Mustamei; Setyardi Pratika Mulya
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 21 No 1 (2019): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (467.277 KB) | DOI: 10.29244/jitl.21.1.21-29

Abstract

Kabupaten Bengkulu Selatan merupakan wilayah yang terus berkembang, terbukti dengan sedang dilakukannya pengajuan Manna sebagai ibukota Kabupaten menjadi sebuah kota. Pemanfaatan lahan harus selalu dievaluasi dengan berpedoman pada rencana tata ruang wilayah (RTRW). Sesuai UU Penataan Ruang No 26 Tahun 2007, salah satunya harus memenuhi kebutuhan minimal ruang terbuka hijau (RTH) (30%) yang terdiri dari RTH publik (20%) dan RTH privat (10%). Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi penggunaan lahan eksisting Kabupaten Bengkulu Selatan tahun 2018, mengevaluasi keselarasan penggunaan lahan dengan rencana pola ruang RTRW, mengetahui jenis dan luas penyebaran RTH di Kota Manna tahun 2018, dan menyusun arahan rencana pengembangan RTH. Metode yang digunakan adalah analisis sistem informasi geografi, matriks logis keselarasan dan deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan ada 3 penggunaan lahan eksisting terluas adalah hutan seluas 55,861.0 ha (47.91%), perkebunan 43,186.7 ha (37.04), dan sawah 7,257.8 ha (6.23%). Luas penggunaan lahan yang selaras dengan pola ruang RTRW adalah sebesar 84,823.7 ha (73%), transisi sebesar 27,115.0 ha (23%), dan tidak selaras sebesar 4.648.0 ha (4%). Penggunaan lahan yang selaras disarankan untuk dilanjutkan dan yang tidak selaras disarankan pengembangan lebih lanjut untuk dihentikan. Luas RTH publik eksisting Kota Manna masih kurang 23.2 ha berdasarkan luas wilayah, tetapi sudah melebihi kebutuhan berdasarkan jumlah penduduk 2,515.3 ha. Pengembangan ruang hijau publik dapat dilakukan pada lahan prioritas pertama dengan luas 38,6 ha karena cukup untuk kebutuhan RTH publik, arahan untuk pengendalian penggunaan ruang dilakukan dengan empat instrumen, yaitu peraturan zonasi harus segera dibuat untuk menetapkan zona alokasi ruang, perizinan harus lebih diperketat sesuai dengan arah alokasi ruang, melaksanakan kontrol pemberian insentif dan disinsentif dengan membuat pedoman operasional dalam implementasinya, dan menerapkan sanksi kepada setiap pelanggar untuk menyebabkan efek jera.
Dinamika Penggunaan/Tutupan Lahan dan Keselarasannya dengan Pola Ruang dan Daya Dukung Lahan; Studi Kasus di Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat: Dinamics of Land Use/Cover and Its Conformity with Spatial Plan, and Land Carrying Capacity; Case Study in Ciater Sub District, Subang Regency, West Java Province Setyardi Pratika Mulya; Deni Suherlan; Andrea Emma Pravitasari
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 21 No 2 (2019): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1801.154 KB) | DOI: 10.29244/jitl.21.2.87-100

Abstract

Kecamatan Ciater termasuk wilayah Kabupaten Subang bagian selatan yang memiliki fungsi strategis sebagai kawasan resapan air, yang didalamnya melingkupi cagar alam, taman wisata alam serta sebagian wilayahnya merupakan hutan produksi. Kondisi ini perlu dikendalikan pemanfaatannya secara tepat dan berkelanjutan. Pemanfaatan sumberdaya alam untuk kepentingan ekonomi terkadang mengabaikan faktor lingkungan. Oleh karena itu, perlu adanya keselarasan antara penggunaan lahan, kebijakan (pola ruang), dan daya dukung lahannya (kemampuan lahan), agar tidak terjadi kerusakan/bencana. Penelitian ini bertujuan mengetahui jenis-jenis tutupan/penggunaan lahan tahun 2006 dan 2019 serta perubahannya, mengevaluasi keselarasan penggunaan lahan 2019 dengan pola ruang RTRW Kabupaten Subang 2011-2031 dan daya dukung lahannya serta informasi zona nilai tanah pada setiap kombinasi keselarasan. Metode dasar yang digunakan antara lain sistem informasi geografi (deliniasi visual, overlay, query), dan matriks logis keselarasan serta analisis kemampuan lahan dengan pengumpulan data dari pengamatan lapang, Hasil penelitian menunjukkan tutupan/penggunaan lahan terluas di masing-masing tahun adalah hutan sekunder kerapatan sedang dengan persentase 22.72% pada tahun 2006 dan 18.85% pada tahun 2019. Perubahan penggunaan lahan yang paling luas adalah dari hutan sekunder kerapatan sedang pada tahun 2006 berubah menjadi kebun campuran pada tahun 2019 dengan persentase luas 25.25% (173.35 ha). Kelas kemampuan lahan II, III dan IV di Kecamatan Ciater persentase cakupan luasnya 79.89%, sedangkan kelas kemampuan lahan VI seluas 20.11%. Hasil analisis menunjukkan persentase keselarasan 57.25% selaras, 20.44% tidak selaras, dan 22.30% transisi. Dengan demikian, lahan di wilayah studi relatif masih baik dalam hal keselarasan antara daya dukung lahannya dengan kebijakan yang ada. Namun demikian, adanya bencana pada titik-titik lokasi tertentu perlu mendapatkan perhatian bagi seluruh pihak untuk dilakukan mitigasi. Hasil lainnya, menunjukkan keselarasan lahan tidak dipengaruhi oleh nilai tanah, karena terlihat pada lahan yang selaras (S) maupun tidak selaras (TS) sama-sama pada nilai lahan yang rendah. Dalam perencanaan lahan, aspek ekologi dan ekonomi merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan.
Perencanaan Areal Pariwisata Berdasarkan Isu dan Potensi Lokal di Desa Tanah Lemo, Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan: Tourism Area Planning Based on Issues and Local Potency in Tanah Lemo Village, Bontobahari District, Bulukumba Regency, South Sulawesi Province Setyardi Pratika Mulya; Andrea Emma Pravitasari; Nurkhusnul Inayah Jusman
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 22 No 2 (2020): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jitl.22.2.63-73

Abstract

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor utama di Kabupaten Bulukumba. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bulukumba tahun 2018-2038 Desa Tanah Lemo merupakan salah satu bagian dari rencana pengembangan destinasi pariwisata. Salah satu destinasi potensi pariwisata yang belum berkembang di Desa Tanah Lemo adalah Pantai Lemo-Lemo. Penelitian ini bertujuan identifikasi penggunaan lahan tahun 2019, menganalisis landrent setiap penggunaan lahan, menentukan prioritas lahan untuk pengembangan kawasan wisata, dan mengidentifikasi strategi pengembangan Kawasan Wisata Pantai Lemo-Lemo. Data yang digunakan adalah citra google earth, peta pola ruang, peta persil, bidang tanah, lahan kritis, arahan pertanian, kemiringan lereng dan lain sebagainya serta hasil wawancara responden. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu interpretasi visual dan klasifikasi tutupan lahan (SIG), analisis landrend, penentuan tingkat prioritas lahan untuk pengembangan kawasan wisata, dan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 11 jenis penggunaan lahan di lokasi penelitian yaitu badan air, empang, emplasmen, hutan berkerapatan tinggi, hutan berkerapatan rendah, kebun campuran, lahan terbuka, pemukiman kerapatan padat, pemukiman kerapatan sedang, semak belukar dan tegalan. Penggunaan lahan terluas adalah tegalan. Nilai landrent terbesar adalah permukiman penduduk padat sebesar Rp. 150.458/m2/tahun. Berdasarkan tingkat prioritas lahan untuk pengembangan kawasan wisata, prioritas I seluas 49 ha (1.7%), sedangkan yang paling luas adalah prioritas III (54%). Strategi pengembangan kawasan wisata Pantai Lemo-Lemo adalah dengan cara menggiatkan promosi wisata, diantaranya dengan menjadi tuan rumah kegiatan festival wisata lokal atau nasional, mengembangkan wisata mata air, taman hutan rakyat, situs budaya dan mengembangkan alternatif wisata buatan, misalnya taman bermain/outbound dan lain sebagainya. Desa Tanah Lemo memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata di masa mendatang.
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TINGKAT SATUAN PEMUKIMAN MENGGUNAKAN AUTOMATED LAND EVALUATION SYSTEM (ALES): STUDI KASUS RANTAU PANDAN SP-1, PROVINSI JAMBI Widiatmaka Widiatmaka; Setyardi Pratika Mulya; Marwan Hendrisman
Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Journal of Natural Resources and Environmental Management) Vol. 2 No. 1 (2012): Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (JPSL)
Publisher : Graduate School Bogor Agricultural University (SPs IPB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jpsl.2.1.46

Abstract

Landuse planning according to biophysical and economical land suitability as well as basic allocation for transmigration should be done in order to improve the well-being of transmigrants. Suitability should be analyzed for the selection of commodities which are the most appropriate biophysically and profitable economically. The study was done in the settlements unit of Rantau Pandan SP-1, Jambi Province. The study was conducted to determine the suitability of each part of land for cultivation of food crops, vegetables and perennial crops and to see the biophysical suitability and economical feasibility. The goal is to recommend the most appropriate type of cultivation. This study integrate the Arc-View GIS and Automated Land Evaluation System (ALES) in the analysis of land suitability. The results showed that four agricultural commodities were observed showing land suitability class domination of S3 (marginally suitable) with the most dominant limiting factors were erosion and nutrient retention. The results of the analysis have been used for the determination of land use recommendations in the transmigration sites, presented spatially. Recommendations given based on the results of the analysis were not always in line with the land use recomended by government on dry land transmigration. Nonetheless, these results was suggested to be applied, either by considerations of conservation land and the consideration of economic benefit and farmers welfare. Key words: Land evaluation, transmigration, dry land farming, geographic information system
Peran Pendampingan dalam Perencanaan dan Inventarisasi Sumber Daya Wisata untuk Mengembangkan Desa Wisata di Desa Sukawening, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor Esti Menur Sukanti; E.K.S. Harini; Setyardi Pratika Mulya
Jurnal Pusat Inovasi Masyarakat (PIM) Vol. 2 No. 2 (2020): April 2020
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (541.002 KB)

Abstract

Village tourism is the right concept in the development of a village and has a positive impact in improving the welfare of the local community. Sukawening Village has good potential in terms of cultural, agricultural and small and medium enterprise products. Cultural resources in this village are the activities of sarapala (archery), karinding musical instruments, pencak silat, and recitation. The natural resources are in the form of agricultural land such as rice, edamame, corn, and tubers, and there are also sheep, rabbits, and fish farming. The diversity of this potential can be used as a tourism resource to support the development of rural tourism, but the village community is still lacking of knowledge related to the initial steps to develop their village into a tourist village. This socialization activity was carried out aimed at providing knowledge to the community about the concepts and initial steps of village tourism planning and the importance of potential inventory in village spatial plans. The implementation of this activity is the existence of delivery of material and discussion forums with community leaders. The results of the implementation of the activity is that the people of Sukawening Village are expected to know the concepts and initial steps in developing their village into a tourist village. Keywords: Sukawening village, tourist village, village potential
Perencanaan dan Pengembangan Potensi Daerah melalui Sosialisasi Sistem Tumpangsari di Kelurahan Kali Baros Rifqie Mardiansyah Purmadi; Nadya Ramadhanty; Setyardi Pratika Mulya
Jurnal Pusat Inovasi Masyarakat (PIM) Vol. 2 No. 3 (2020): Juni 2020
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (399.886 KB)

Abstract

Intercropping is an agricultural intensification program initiative aimed at achieving optimum outcomes in development and preserving soil fertility. Intercropping is a farming method by simultaneously planting two or more plants in one field, arranged in tidy rows. This program is conducted to introduce intercropping cultivation techniques, in which 2 or more crop commodities are planted simultaneously and close to the Kali Baros community. This initiative aims to provide information about optimal land use and to increase the importance of land use. Intercropping cultivation is performed as it sees the potential of extensive agricultural land as well as farmers in Kalibaros Kelurahan who continue to plant monoculture. The PKK ladies who attended gave enthusiastic welcome to this socialization activity. Participants can receive the presented material and actively ask questions regarding the topic of agriculture. Key words: farming, Kali Baros Village, intercropping
Sosialisasi Pemanfaatan Limbah Tempe Sebagai Pupuk Organik Cair untuk Pengelolaan Berkelanjutan di Desa Kuripan Kertoharjo Pipin Supinah; Wahyu Fajar Setiawan; Setyardi Pratika Mulya
Jurnal Pusat Inovasi Masyarakat (PIM) Vol. 2 No. 4 (2020): Juni 2020
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (363.936 KB)

Abstract

Tempe is a fermented soybean product commonly consumed by people in Indonesia. The presence of tempe industry is often found, especially in the village of Kuripan Kertoharjo. In addition to being a pillar of the people's economy, it also creates its own problems. Processing soybeans into tempeh will produce a byproduct in the form of tempe liquid waste which has the potential to disrupt environmental harmony. The negative impact of tempe waste can be minimized by being used as liquid organic fertilizer. The purpose of this program is that the community can process tempe waste into liquid organic fertilizer so that it can reduce tempe waste that is discarded and is beneficial to the community. The method used before the program is by observing the number of tempe industries that will be used as samples. Tempe waste samples were used from five different tempe industrial sites. The method used in the program is socialization with lecture techniques and simple practices using tempe waste and EM4 as compost activators. The result of this program is the program is divided into two activities, namely socialization and practice, where the socialization consists of the delivery of material related to the environment, waste, and liquid organic fertilizer. Simple practice is done by practicing how to make liquid organic fertilizer in front of the community then followed by the community. Every activity of the program runs smoothly and it is hoped that the utilization of tempe waste can be carried out continuously to prevent environmental pollution. Keywords: EM4, liquid organic fertilizer, tempe industry, tempe waste