Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

PENERAPAN PROGRAM KEMITRAAN MASYARAKAT (PKM) PENGOLAH TERIPANG ASAP DI KELURAHAN MANADO TUA SATU KECAMATAN BUNAKEN KEPULAUAN KOTA MANADO PROVINSI SULAWESI UTARA Salindeho, Netty; Pandey, Engel Victor
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 9, No 2 (2021)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.9.2.2021.33958

Abstract

Pengolahan dan Pengasapan Teripang di Sulawesi Utara merupakan salah satu sumber penghasilan nelayan. Melihat potensi ketersediaan teripang yang melimpah di Sulawesi Utara perbaikan mutu yang menyangkut perbaikan pengolahan dan pemasaran teripang asap perlu di lakukan. Nelayan-nelayan di desa ini terdiri dari nelayan penangkap dan pengolah hasil tangkapan. Dari kelompok pengolah hasil tangkapan, ada beberapa  nelayan yang membentuk kelompok usaha kecil pengolah teripang asap. Untuk teripang asap diasap dan dijual ke Manado. Tujuan program ini yaitu meningkatkan produksi, pemasaran dan keuangan pada pengusaha kecil pengolah teripang asap di Kelurahan Manado Tua Satu,  target  agar trampil dan mandiri secara ekonomi.  Target khusus kegiatan ini menghasilkan produk teripang  asap yang unggul, sanitasi dan higiene, daya awet dan penggunaan bahan baku kayu asap yang ramah lingkungan serta memberikan kelangsungan usaha dan manajemen yang tangguh. Permasalahan yang di hadapi oleh pengolah teripang pada dasarnya adalah keterbatasan pengetahuan dan wawasan teknologi, menyebabkan produk teripang yang di produksi belum sesuai dengan standar mutu teripang asap (SNI). Pelaksanaan kegiatan Program Kemitraan Masyarakat (PKM) ini ditujukan untuk memberikan penyuluhan dan pelatihan yang melibatkan kelompok pengolah teripang (mitra) dengan melaksanakan kegiatan tersebut mitra mengikuti setiap metode pelaksanaan yang diterapkan pada program ini. Langkah-langkah yang ditetapkan bersama untuk mengatasi masalah yang dihadapi kelompok.
Fiber Content and Viscosity of Seaweed Extract Eucheuma spinosum using Subcritical Water Method Soda, Jenefer; Damongilala, Lena Jeane; Reo, Albert Royke; Montolalu, Roike Iwan; Wonggo, Djuhria; Pandey, Engel Victor
JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN TROPIS Vol. 12 No. 2 (2023): EDISI MEY-AGUSTUS 2023
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jpkt.v12i2.52645

Abstract

This study was conducted to analyze the fiber content and viscosity of the Eucheuma spinosum seaweed. Seaweed, used in dry form, is extracted using subcritical water at 115°C and 125°C with time of 15, 20, and 25 minutes respectively using Hirayama HVE-50. The results of analysis of E.spinosum's fiber content and extract viscosity were obtained in the treatment of each of the lowest crude fibre levels in the 15 minute treatment at 115°C at 1.175%, and the highest at the 25 minute treatment at 125°C at 2.1525%. The analysis of insoluble fiber levels is lowest at 20 minutes of treatment at 125°C at 9.4% and the highest 20 minutes of treatment at 115°C at 16.64%. The analysis of dissolved dietary fiber is lowest at 15 minutes of treatment at 115°C at 2.21% and 25 minutes of treatment at 115°C at 12.61%. Viscosity analysis is lowest at 20 minutes with a temperature of 115°C at 22.465 cP and the highest time treatment at 115°C at 91.455 cP. Keywords: Eucheuma spinosum, fiber content, viscosity, and subcritical water Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis nilai kadar serat dan viskositas yang  terdapat pada rumput laut Eucheuma spinosum. Rumput laut yang digunakan dalam bentuk kering, diekstraksi menggunakan air subkritis pada suhu 115°C dan 125°C dengan waktu masing-masing selama 15, 20, dan 25 menit menggunakan autoclave tipe Hirayama HVE-50. Hasil analisis kadar serat dan viskositas ekstrak rumput laut E.spinosum diperoleh masing-masing pada perlakuan yaitu kadar serat kasar terendah terdapat pada perlakuan waktu 15 menit dengan suhu115°C sebesar 1,175%, dan tertinggi pada perlakuan waktu 25 menit dengan suhu 125°C sebesar 2,1525%. Analisis kadar serat pangan tak larut terendah pada perlakuan waktu 20 menit dengan suhu 125°C sebesar 9,4% dan tertinggi perlakuan waktu 20 menit dengan suhu 115°C sebesar 16,64%. Analisis serat pangan terlarut terendah pada perlakuan waktu 15 menit dengan suhu 115°C sebesar 2,21% dan tertinggi perlakuan waktu 25 menit dengan suhu 115°C sebesar 12,61%. Analisisviskositasterendah pada perlakuan 20 menitdengansuhu 115°C sebesar 22,465 cP dan tertinggi perlakuan waktu 25 menit dengan suhu 115°C sebesar 91,455cP. Kata Kunci: Eucheuma spinosum, kadar serat, viskositas, dan air subkritis
Microbiological and Organoleptic Quality of Dried Anchovies (Stolephorus sp) in Tuntung Village Pontoh, Syahrin; Pandey, Engel Victor; Palenewen, Joyce C. V.
JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN TROPIS Vol. 12 No. 2 (2023): EDISI MEY-AGUSTUS 2023
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jpkt.v12i2.53020

Abstract

Anchovy (Stolephorus sp) is a type of fish that has important economic value, besides that anchovies are widely used in various kinds of processed fishery products. The process of making dried anchovies is a product that is processed traditionally, namely by the drying process. Dried anchovies that have been processed need to be carefully packaged and stored to avoid contamination. This research aimed to identify the microbiological and organoleptic quality of dried anchovies produced in Tuntung Village, Pinogaluman District, North Bolaang Mongondow Regency. The research method used is a descriptive method with total plate number (ALT) test parameters, water content, total mold, and organoleptic (appearance, smell, taste, texture). The ALT value of dried anchovies increased during storage. The increase in ALT value was due to the processors' lack of handling of the dried anchovy products. The lowest ALT value in dried anchovies was in the 2nd processor with a storage period of 1 week of 7.9 a x 106. The highest water content was in processor 1 during the 4th week of storage with an average of 11.16% and the lowest water content was in processor A during the 1st week of storage with an average of 9.60%. The organoleptic results showed that the dried anchovy samples processed 1,2,3 met the standards up to the 2nd week of storage. The mold values showed an increase during the storage period. The highest mold value was found in the 2nd week 4 processor of 4.3 x 103 and the lowest mold value was found in the 1st week of storage of 2.0 x 103. Keywords: Anchovies, ALT, Total Mold Abstrak Ikan teri (Stolephorus sp) merupakan jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis penting, selain itu ikan teri banyak dimanfaatkan dalam berbagai macam produk olahan perikanan. Proses pembuatan ikan teri kering merupakan salah satu produk yang diolah secara tradisioanal yaitu dengan proses pengeringan, ikan teri kering yang sudah diolah perlu dijaga pengemasan dan penyimpanan agar terhindar dari kontaminasi. Tujuan penelitian ini untuk mengindentifikasi mutu mikrobiologi dan organoleptik ikan teri kering yang di produksi di Desa Tuntung Kecamatan Pinogaluman Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan parameter uji angka lempeng total (ALT), kadar air, total kapang dan organoleptik (kenampakan, bau, rasa, tekstur). Nilai ALT ikan teri kering mengalami peningkatan selama peyimpanan, terjadinya peningkatan nilai ALT disebabkan kurangnya penanganan para pengolah pada produk ikan teri kering. Nilai ALT terendah pada ikan teri kering ada pada pengolah ke 2 dengan lama penyimpanan minggu ke 1 sebesar 7,9 x 106. Kadar air ikan teri kering pada ke tiga pengolah mengalami peningkatan selama penyimpan, peningkatan kadar air pada produk disebabkan terserapnya uap air yang ada disekitar. Kadar air tertinggi ada pada pengolah 1 pada lama penyimpanan minggu ke 4 dengan rata-rata sebesar 11,16% dan kadar air terendah pada pengolah A pada lama penyimpanan minggu ke 1 dengan rata- rata sebesar 9,60%. Hasil organoleptik menunjukan sampel ikan teri kering pengolah 1,2,3 memenuhi standar sampai pada penyimpanan minggu ke 2. Nilai kapang menunjukan adanya peningkatan selama masa penyimpanan. Nilai kapang tertinggi terdapat pada pengolah 2 minggu ke 4 sebesar 4,3 x 103 dan nilai kapang terendah terdapat pada penyimpan minggu ke 1 sebesar 2,0 x 103. Kata Kunci : Ikan teri, ALT, Total Kapang
Mold On Cakalang Fish (Katsuwonus pelamis L) Smoke With Various Packaging In The Supermarket Sikola, Prisilia; Lohoo, Helen; Mewengkang, Hanny W.; Kaparang, Josefa Tety; Damongilala, Lena Jeane; Pandey, Engel Victor
JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN TROPIS Vol. 12 No. 3 (2023): EDISI ESPTEMBER-DESEMBER 2023
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jpkt.v12i3.54106

Abstract

This research aims to obtain total mold and identify the types of mold found in smoked skipjack tuna (Katsuwonus pelamis L) which is marketed in supermarkets with various packaging. The method used in this research is the descriptive method. The sample used was smoked skipjack tuna (Katsuwonus pelamis L) packaged in styrofoam, plastic, and wrapping. The parameters used are mold, water content, and pH. The results showed that the lowest total mold was found in samples of smoked skipjack tuna (Katsuwonus pelamis L) with plastic packaging. The water content of the three samples of smoked skipjack tuna (Katsuwonus pelamis L) in various packaging at supermarkets still met SNI 2725:2013 standards. The pH of smoked skipjack tuna (Katsuwonus pelamis L) in plastic packaging at the first collection did not meet the quality requirements. Keywords: smoked skipjack tuna, packaging, mold Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan total kapang dan mengidentifikasikan jenis-jenis kapang yang terdapat pada ikan cakalang (Katsuwonus pelamis L) asap yang dipasarkan di pasar swalayan dengan berbagai pengemasan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Sampel yang digunakan adalah ikan cakalang (Katsuwonus pelamis L) asap dengan pengemasan styrofoam, plastik dan wrapping. Parameter yang digunakan adalah kapang, kadar air dan pH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total kapang terendah terdapat pada sampel ikan cakalang (Katsuwonus pelamis L) asap  dengan kemasan plastik. Kadar air ketiga sampel ikan cakalang (Katsuwonus pelamis L) asap dengan berbagai pengemasan di Pasar Swalayan masih memenuhi standar SNI 2725:2013. pH ikan cakalang (Katsuwonus pelamis L) asap dengan kemasan plastik pada pengambilan pertama tidak memenuhi syarat mutu.perebusan 58.9% – 62.3% dan pada produk akhir ikan kayu 16.9 – 18.3%. ALT ikan segar 5.1 x 104 koloni/g – 6.5 x 104 koloni/g, setelah mengalami proses perebusan 3.0 x 103 koloni/g – 1.0 x 104 koloni/g dan pada produk akhir ikan kayu 2.5 x 102 koloni/g – 4.0 x 102 koloni/g. Total kapang pada ikan kayu hasilnya negatif. Kata kunci: cakalang asap, pengemasan, kapang