Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

PENGARUH LATIHAN CORE STRENGTHENING MENGGUNAKAN SWISS BALL MENURUNKAN INTENSITAS NYERI DAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL NYERI PUNGGUNG BAWAH NONSPESIFIK KRONIK Kodir, Emilia; Angliadi, L S; Lolombulan, Julius H.
JKK (Jurnal Kedokteran Klinik) Vol 2, No 1 (2018): JURNAL KEDOKTERAN KLINIK
Publisher : FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACTThe purpose of this research is to analyze if core-strengthening using a swiss ball will decrease pain and improve functional capabilities in chronic nonspecific low back pain. Experimental design with  pretest – posttest group design was applied in this research. There were 19 subjects that meet the inclusion criterias.  The subjects was trained to performed core strengthening exercise using a ball for 12 sessions 3 times per week. Pain intensity was evaluated with Pain numeric rating scale (pain-NRS) and functional capabilities was evaluated with Oswestry Disability Index (ODI). Results: Of all 19 subjects which complete 12 sessions of exercise, there are significant increased of pain-NRS (p<0.0001) and ODI (p<0.0001). Conclusion: Core-strengthening exercise using a ball decrease pain intensity and improve functional capabilities in nonspecific chronic low back pain.Keyword: Low Back Pain, Core-Strengthening Exercise, Swiss Ball, Pain Numeric Rating Scale, Functional Capabilities ABSTRAKTujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis sejauh mana latihan core strengthening menurunkan intensitas nyeri dan meningkatkan kemampuan fungsional pada pasien nyeri punggung bawah nonspesifik kronik. Desain penelitian adalah penelitian eksperimental dengan pretest–posttest group design. Subjek penelitian adalah 19 orang dengan nyeri punggung bawah (NPB) nonspesifik kronik yang memenuhi kriteria inklusi. Perlakuan yang dilakukan adalah latihan core strengthening menggunakan swiss ball yang dilakukan 3x seminggu sebanyak 12 kali. Penilaian intensitas nyeri menggunakan Pain Numeric Rating Scale (pain-NRS) dan kemampuan fungsional diukur dengan Oswestry Disability Index (ODI). Hasil: dari 19 subjek penelitian, setelah dilakukan latihan core strengthening menggunakan swiss ball sebanyak 12 kali didapatkan peningkatan yang signifikan pada peningkatan pain-NRS (p<0,0001) dan ODI (p<0,0001). Simpulan: Latihan core-strengthening dengan menggunakan swiss ball dapat menurunkan intensitas nyeri dan memperbaiki kemampuan fungsional pasien NPB nonspesifik kronik.Kata kunci: Nyeri Punggung Bawah, Latihan Core Strengthening, Swiss Ball, Nyeri, dan Kemampuan Fungsional
PENGARUH LATIHAN AEROBIK TWO-STEP STOOL TERHADAP FUNGSI PARU PADA REMAJA DENGAN AKTIVITAS FISIK KURANG Ismail, Frans F D; Sengkey, Lidwina S.; Lolombulan, Julius H
JKK (Jurnal Kedokteran Klinik) Vol 2, No 1 (2018): JURNAL KEDOKTERAN KLINIK
Publisher : FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACTObjective: To analyze the extent of two-step stool (TSS) aerobic exercise in improving lung function in adolescents who are less physicaly activity. Method: The study design was an experimental study with one group pretest-posttest design. The subjects were 11 students of class 10th Catholic High School St. Thomas Aquino Manado who met the inclusion criteria and willing to participate in research. All subjects performed an initial evaluation. The treatments were performed TSS aerobic exercise which uses a speed of 60, 70, 80, and 90 steps / minute. Each speed step exercises performed 3x per week. Each week pace increased. Exercise for 4 weeks. Results: Lung Function Test with Spirometry obtained an increase in FVC (p<0.05) and FEV1 (p<0.05) were significant. Conclusion: Two-Step Stool Aerobic exercise improve lung function in adolescents who are less physicaly activity.Keywords: Two-step stool aerobic exercise, lung function, Forced Vital Capacity (FVC), Forced Expired Volume in one second (FEV1). ABSTRAKTujuan: Menganalisis sejauh mana latihan aerobik two-step stool (TSS) meningkatkan fungsi paru pada remaja yang beraktivitas fisik kurang. Metode: Desain penelitian adalah penelitian eksperimental dengan one group pretest–posttest design. Subjek penelitian adalah 11 siswa siswi kelas X Sekolah Menengah Atas Katolik St. Thomas Aquino Manado yang memenuhi kriteria inklusi dan bersedia mengikuti penelitian. Semua subjek dilakukan evaluasi awal. Perlakuan yang dilakukan adalah latihan aerobik TSS yang menggunakan kecepatan 60, 70, 80, dan 90 langkah/menit. Tiap kecepatan langkah dilakukan latihan 3x perminggu. Tiap minggu kecepatan langkah dinaikkan. Latihan dilakukan selama 4 minggu. Hasil: Pada Uji Fungsi Paru dengan Spirometri didapatkan peningkatan FVC (p<0,05) dan FEV1 (p<0,05) yang bermakna. Kesimpulan: Latihan aerobik TSS meningkatkan fungsi paru pada remaja yang beraktivitas fisik kurang.Kata kunci: Latihan aerobik two-step stool, fungsi paru, Forced Vital Capacity (FVC), Forced Expired Volume in one second (FEV1).
PENGARUH LATIHAN ISOTONIK TERHADAP KEMAMPUAN FUNGSIONAL DAN KEKUATAN OTOT ABDUKTOR, ADDUKTOR PANGGUL DAN KUADRISEP FEMORIS PADA OSTEOARTRITIS LUTUT Santoso, Yuliati; Gesal, Joudy; Lolombulan, Julius H
JKK (Jurnal Kedokteran Klinik) Vol 2, No 1 (2018): JURNAL KEDOKTERAN KLINIK
Publisher : FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACTObjective: Analyze the effect of isotonic exercise on functional abilities and abductor, adductor muscle strength of  hip  and quadriceps femoris on knee osteoarthritis.  Method: The research design is an experimental study with one group  pretest-posttest  design.  The subjects were 20 people with knee osteoarthritis who met the inclusion criteria and were willing to follow the study.  Treatment is isotonic exercise 3 times per week for 4 weeks. The functional ability assessment using the WOMAC questionnaire and muscle strength was measured by Hand Held Dynamometer. Result:  After complete 12 sessions of isotonic exercise there are significant increased of functional abilities (p<0,0001) and muscle strength of abductor, adductor hip and quadriceps femoris  (p<0,0001). Conclusion: Isotonic exercise enhances the functional ability and strength muscle of abductor, adductor  muscles  hip and quadriceps femoris in knee osteoarthritisKey word: Knee osteoartritis,  isotonic exercise, functional ability, muscle strength of abductor, adductor hip dan quadriceps femoris. ABSTRAKTujuan:   Menganalisis pengaruh latihan isotonik  terhadap kemampuan fungsional dan kekuatan otot abduktor,  adduktor panggul dan kuadrisep femoris pada osteoartiris lutut Metode:  Penelitian ini merupakan  penelitian eksperimental dengan  pretest-posttest  design.   Subjek  sebanyak 20 orang  dengan  osteoartritis lutut yang memenuhi kriteria inklusi  dan bersedia mengikuti penelitian ini.  Perlakuan yang dilakukan adalah latihan isotonik 3 kali per minggu selama 4 minggu. Kemampuan fungsional dinilai menggunakan WOMAC  dan kekuatan otot diukur dengan Hand Held Dynamometer. Hasil:  Setelah latihan isotonik sebayak 12 kali didapatkan peningkatkan yang signifikan pada kemampuan fungsional (p<0,0001) dan kekuatan otot abduktor, adduktor  panggul  dan kuadrisep femoris (p<0,0001).  Kesimpulan: Latihan isotonik meningkatkan kemampuan fungsional dan kekuatan otot  abduktor, adduktor  panggul dan kuadrisep femoris pada  osteoartritis lututKata kunci:  Osteoartritis lutut,  latihan isotonik, kemampuan fungsional, kekuatan otot  abduktor, adduktor panggul dan kuadrisep femoris.
PENGARUH LATIHAN TREADMILL TERHADAP FUNGSI PARU DINAMIK DAN KAPASITAS FUNGSIONAL PADA ANAK OBESITAS Sukmonowati, Kurnia; Angliadi, L S; Lolombulan, Julius H
JKK (Jurnal Kedokteran Klinik) Vol 2, No 1 (2018): JURNAL KEDOKTERAN KLINIK
Publisher : FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstractPurpose: To evaluate the effect of treadmill exercise in improving dynamic pulmonary function and Functional Capacity among obes child Subjects. Method: This study was an experimental study with one group pretest - posttest design. The subject of research are 8 junior high school students in Manado who met the inclusion criteria. A total of 21 subjects followed by a treadmill exercise program. Exercise done 12 times for 4 weeks. Dynamic lung function and functional capacity of subjects was measured before and 4 weeks after treatment Results : Treadmill exercises for 4 weeks can improve lung function dynamic (there are very significant differences in FEV1 before and after treatment (p = 0.001)) and functional capacity (there are very significant difference in 6MWT before and after treatment (p <0.0001)). Conclusion: Treadmill exercise  improves dynamic pulmonary function and functional capacity in obese subjects.Keyword: Treadmill, exercise, obese, dynamic pulmonary function, functional capacity. AbstrakTujuan: Mengetahui pengaruh  latihan treadmill terhadap fungsi paru dinamik dan kapasitas fungsional pada anak obesitas. Metode: Penelitian ini  merupakan penelitian eksperimental dengan one group pretest – posttest design. Subjek penelitian merupakan siswa SLTP N 8 Manado yang memenuhi kriteria inklusi.  Sebanyak 21 subjek mengikuti program latihan dengan treadmill. Latihan dilakukan 3 kali seminggu  sebanyak 12 kali selama 4 minggu. Fungsi paru dinamik dan kapasitas fungsional subjek diukur sebelum dan 4 minggu sesudah perlakuan Hasil: Latihan treadmill selama 4 minggu dapat meningkatkan fungsi paru dinamik  (terdapat perbedaan sangat bermakna FEV1 sebelum dan sesudah perlakuan (p=0,001))  dan kapasitas fungsional (terdapat perbedaan yang sangat bermakna 6MWT sebelum dan sesudah perlakuan (p<0,0001)). Kesimpulan: Latihan treadmill efektif meningkatkan fungsi paru dinamik dan kapasitas fungsional pada anak obesitas.Kata Kunci : Latihan Treadmill , Obesitas, Fungsi paru dinamik, Kapasitas fungsional
Skor prediksi sindrom disfungsi multi-organ pada pasien multitrauma Rendy, Leo; Sapan, Heber B.; Kalesaran, Laurens T. B.; Lolombulan, Julius H.
JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 8, No 2 (2016): JURNAL BIOMEDIK : JBM
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.8.2.2016.12669

Abstract

Abstract: Multiple organ dysfunction syndrome (MODS) in patients with major trauma remains to be frequent and devastating complication during clinical course in emergency department and intensive care unit (ICU). The ability to easily and accurately identify patients at risk for MODS postinjury especially in multitrauma cases would be very valuable. This study aimed to construct an instrument for prediction of the development of MODS in adult multitrauma patients using clinical and laboratory data available in the first day at prahospital and emergency department (hospital) setting. This was a prospective study. Samples were adult multitrauma patients with Injury Severity Score (ISS) ≥16, aged 16-65 years old, admitted to 4 academic Level-I trauma center from September 2014 to September 2015. Sequential organ failure assessment (SOFA) score was used to determine MODS during hospitalization. A risk score created from the final regression model consisted of significant variables as MODS predictor. The results showed that there were 98 multitrauma patients as samples. The mean age was 35.2 years old; mostly male (85.71%); the mean of ISS was 23.6; mostly (76.53%) were caused by blunt injury mechanism. MODS was encountered in 43 patients (43.87%). The prediction risk score consists of Revised Trauma Score (RTS) (<7.25) and serum lactate level ≥2 mmol/L. This study also verified several independent risk factors for post multitrauma MODS, such as ISS >25, presence of SIRS, shock grade 2 or more, and white blood cell count >12,000/mm3. Conclusion: We derived a novel, simple, and applicable instrument to predict MODS in adult following multitrauma. The use of this scoring system may allow early identification of multitrauma patients who are at risk for MODS and result in more aggressive targeted resuscitation and better referral allocation based on regional trauma system.Keywords: MODS, multitrauma, emergency department, MODS prediction scoreAbstrak: Sindrom disfungsi multi-organ (MODS) merupakan komplikasi buruk yang sering terjadi sepanjang perjalanan klinis pasien trauma mayor di Unit Gawat Darurat (UGD) maupun di ruang perawatan intensif. Suatu nilai patokan yang dapat memprediksi MODS pascatrauma secara akurat sejak dini tentunya sangat berharga bagi tatalaksana pasien terutama pada kasus multitrauma. Penelitian ini bertujuan untuk membuat suatu instrumen yang dapat memrediksi perkembangan MODS pada pasien dewasa multitrauma dengan menggunakan data klinis dan laboratorium yang tersedia pada 24 jam pertama pasca trauma pada seting fase prahospital maupun di fase hospital sejak di UGD. Jenis penelitian ini prospektif, mengumpulkan pasien multitrauma dengan Injury Severity Score (ISS) ≥16, rentang usia 16-65 tahun, di 4 pusat trauma level-1 rumah sakit pendidikan selama 1 tahun (September 2014-2015). Dilakukan pencatatan data klinis dan laboratorium sesuai perkembangan pasien. Skor sequential organ failure assessment (SOFA) digunakan untuk menentukan adanya MODS selama perawatan. Skor prediksi dibuat dengan membangun model regresi logistik yang signifikan untuk memrediksi terjadinya MODS pasca multitrauma. Hasil penelitian mendapatkan 98 sampel multitrauma yang memenuhi kriteria inklusi dengan rerata usia 35,2 tahun, sebagian besar laki-laki (85,71%) dengan rerata ISS 23,6, dan disebabkan oleh trauma tumpul (76,53%). MODS terjadi pada 43 pasien (43,87%). Skor prediksi terdiri dari RTS dengan (cut off point 7,25) dan kadar laktat serum (cut off point 3,44 mmol/mL). Penelitian ini juga memverifikasi beberapa faktor risiko individual terjadinya MODS pasca multitrauma yaitu ISS>25, adanya SIRS, syok derajat 2 atau lebih, dan leukositosis >12.000. Simpulan: Kami melaporkan instrumen baru yang praktis untuk memrediksi MODS pada pasien multitrauma dewasa. Skor ini memungkinkan identifikasi dini pasien trauma yang berisiko akan mengalami MODS sehingga dapat menjadi tanda alarm dilakukannya resusitasi yang lebih agresif dan tepat serta alokasi rujukan pasien yang lebih efisien berdasarkan sistem trauma regional.Kata kunci: MODS, multitrauma, UGD, skor prediksi MODS
Pengaruh latihan core-strengthening terhadap stabilitas trunkus dan keseimbangan pasien pasca stroke Wowiling, Paulina E.; Sengkey, Lidwina S.; Lolombulan, Julius H.
JURNAL BIOMEDIK : JBM Vol 8, No 1 (2016): JURNAL BIOMEDIK : JBM
Publisher : UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35790/jbm.8.1.2016.12334

Abstract

Abstract: This study aimed to analyze whether core-strengthening exercise could correct trunk stability and increase balance in post stroke patients. This was an experimental study with a pretest – posttest group design. Subjects were trained to perform the core strengthening exercise for 12 sessions. The trunk stability was evaluated with trunk impairment scale (TIS) and the balance was evaluated with Berg balance scale (BBS) and timed up and go test (TUG). Data were analyzed with the paired T-test and the Wilcoxon test. The results showed that there were 23 subjects that met the inclusion criteria. Of the 23 subjects, only 19 subjects completed the 12 sessions of exercise. The statistical analysis showed that there were significant increases of TIS (P <0.0001), BBS (P <0.0001), and TUG (P <0.0001) after the whole exercise. Conclusion: Core-strengthening exercise improved trunk stability as wel as static and dynamic balance in post stroke patients.Keywords: core-strengthening exercise, trunk stability, static and dynamic balanceAbstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana latihan core-strengthening memperbaiki stabilitas trunkus dan meningkatkan keseimbangan pada pasien pascastroke. Jenis penelitian ini ialah eksperimental dengan pretest–posttest group design. Subjek penelitian ialah 23 pasien pasca stroke yang memenuhi kriteria inklusi. Perlakuan yang diberikan ialah latihan core-strengthening sebanyak12 sesi. Penilaian stabilitas trunkus menggunakan trunk impairment scale (TIS) sedangkan keseimbangan diukur dengan Berg balance scale (BBS) dan timed up and go test (TUG). Data dianalisis menggunakan uji T berpasangan dan uji Wilcoxon. Hasil penelitian memperlihatkan dari 23 subjek penelitian hanya 19 yang menyelesaian 12 sesi latihan, Analisis statistik menunjukkan bahwa setelah dilakukan latihan penguatan trunkus sebanyak 12 sesi didapatkan peningkatan bermakna dari TIS (P <0,0001), BBS (P <0,0001), dan TUG (P <0,0001). Simpulan: Latihan core-strengthening dapat memperbaiki stabilitas trunkus serta keseimbangan statik dan dinamik pada pasien pasca stroke.Kata kunci: Latihan core-strengthening, stabilitas trunkus, keseimbangan statik dan dinamik
ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKANSOAL CERITA PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (STUDI KASUS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 REMBOKEN) Lumintang, Seila; Lolombulan, Julius H.; Damai, I Wayan
JSME (Jurnal Sains, Matematika & Edukasi) Vol 5, No 2 (2017): Jurusan Matematika
Publisher : Universitas Negeri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui letak kesalahan dan penyebab siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal cerita pada materi SPLDV. Dilakukan tes dalam bentuk soal cerita untuk mengetahui letak kesalahan siswa, dan dilakukan wawancara untuk mengetahui penyebab kesalahan siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: a. Letak kesalahan, sebanyak 83,3% siswa melakukan kesalahan pada tahap pemahaman soal, sebanyak 75% siswa pada tahap pembuatan model matematika, sebanyak 66,67% pada tahap komputasi, dan sebanyak 83,3% pada tahap penarikan kesimpulan b. Penyebab kesalahan yang paling banyak ditemui adalah sebanyak 17,02% kesalahan terjadi karena siswa tidak tau cara untuk menuliskan hal-hal yang diketahui dan ditanyakan, sebanyak 17,02% terjadi karena siswa tegesa-gesa, lupa, dan kurang teliti dalam menjawab, sebanyak 17,02% terjadi karena siswa kurang paham cara menulis model matematika dengan terstruktur dan sebanyak 14,89% terjadi karena siswa tidak tau cara membuat kesimpulan. Kata Kunci: Kesalahan Siswa, Soal Cerita, SPLDV
PENGARUH KEMAMPUAN AWAL DAN KARAKTER SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA Senduk, Meifira M.; Lolombulan, Julius H.; Repi, Johanis C. F.
JSME (Jurnal Sains, Matematika & Edukasi) Vol 5, No 3 (2017): Jurusan Matematika
Publisher : Universitas Negeri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kemampuan awal dan karakter siswa terhadap hasil belajar matematika. Penelitian ini menggunakan penelitian survei dengan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Kristen 1 Tomohon Tahun ajaran 2015/2016, dengan sampel sejumlah 60 siswa. Metode pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Metode pengumpulan data menggunakan arsip dokumen nilai akhir matematika SMP untuk kemampuan awal, angket karakter siswa, dan dokumentasi hasil ujian tengah semester genap tahun ajaran 2015/2016. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis regresi sederhana dan berganda yang dilanjutkan dengan analisis korelasi untuk mendapatkan koefisien determinasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif kemampuan awal terhadap hasil belajar matematika dengan kontribusi sebesar 51,8% secara signifikan, terdapat pengaruh positif karakter siswa terhadap hasil belajar matematika dengan kontribusi sebesar 30,7% secara signifikan, terdapat pengaruh positif faktor interaksi kemampuan awal dan karakter siswa terhadap hasil belajar matematika dengan kontribusi sebesar 1,4% secara signifikan, dan tidak terdapat pengaruh positif kemampuan awal, karakter siswa dan faktor interaksi secara bersamaan terhadap hasil belajar matematika. Kata Kunci: Kemampuan Awal, Karakter Siswa, Hasil Belajar Matematika
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI MATRIKS Bawala, Arter; Lolombulan, Julius H.; Kumesan, Selfie L.
JSME (Jurnal Sains, Matematika & Edukasi) Vol 5, No 1 (2017): Jurusan Matematika
Publisher : Universitas Negeri Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS pada materi matriks. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Pre-Experimental Design dengan model One-shot Case Study. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK N 1 Tondano tahun ajaran 2015/2016 semester genap, kelas Jasa Boga dengan siswa 21 orang. Data yang diperoleh adalah hasil posttest siswa kelas eksperimen dengan rata-rata yaitu 79 dan simpangan baku = 9,98. Uji normalitas data terpenuhi di mana data tersebut berdistribusi normal. Hasil analisis data dengan taraf nyata 0,05 diperoleh 5.507 1.725 sehingga menolak dan menerima . Disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada materi matriks yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS melebihi kriteria ketuntasan minimal (66,67) yang telah ditentukan oleh sekolah. Kata Kunci: Model pembelajaran kooperatif tipe TPS, hasil belajar, matriks.
Melatonin level and sleep disorders in adolescents Andre Inigo; Hesti Lestari; Nurhayati Masloman; Julius Lolombulan
Paediatrica Indonesiana Vol 55 No 4 (2015): July 2015
Publisher : Indonesian Pediatric Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (236.981 KB) | DOI: 10.14238/pi55.4.2015.215-8

Abstract

Background Sleep disorder is defined as a disturbance in the quality and time of sleep. Decreased melatonin levels have been noted in people with sleep disorders. Melatonin is a neurohormone, produced mainly by the pineal gland, as well as a small part of the retina. Its function is to maintain normal circadian rhythms and it is related to sleep regulation in humans.Objective To assess for a relationship between melatonin levels and sleep disorders in adolescents.Methods We conducted a cross-sectional study on students of two secondary schools in Tuminting, Manado, North Sulawesi, from May to June 2013. Subjects were obtained by consecutive sampling for a total of 44 adolescents aged 12-15 years. Subjects filled questionnaires, underwent wrist actigraphy, and provided blood specimens for examination of melatonin levels. We used descriptive and logistic regression analyses to assess for relationships between variables.Results Thirty (68.2%) subjects experienced sleep disorders. There was a significant association between decreased melatonin levels and the higher incidence of sleep disturbances (P = 0.02).Conclusion There is a correlation between melatonin levels in adolescents with sleep disorders. Decreased melatonin levels are associated with sleep disorders.