Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Development of Belawan's "Marsihaholongan" Batak Toba Dance / Script in the Context of a Plural Community in North Sumatra Tampubolon, Flansius; Pollatu, Maurits Junard
ABDIMAS TALENTA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 4 No. 2 (2019): ABDIMAS TALENTA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Talenta Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (291.987 KB) | DOI: 10.32734/abdimastalenta.v4i2.4216

Abstract

North Sumatra is one of the provinces in Indonesia which is quite rich in culture including dance. Dance studio is one part of cultural elements that have educational value in the form of function and role in the midst of plural society. Some people of North Sumatra compile and manage dance studios to preserve traditional arts. One of the existing dance studios is the Toba Batak Dance / Aksara "Marsihaholongan". This dance studio is one of the studios in the Bagan Deli area, Belawan. This dance studio began to be made in 2008 with the aim of a place or facility used by the community or a group of people to conduct training activities, namely activities that focus more on the dance field, both traditional and modern dance. This dance studio was created also as a vehicle for the application of harmony among religious believers, not only based on the field of art, but also based on improving culture in plural societies.
Meaning of Ornaments in Pakpak Traditional House: Semiotic Study Tampubolon, Flansius; Sinulingga, Jekmen
Budapest International Research and Critics Institute (BIRCI-Journal): Humanities and Social Sciences Vol 3, No 3 (2020): Budapest International Research and Critics Institute August
Publisher : Budapest International Research and Critics University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33258/birci.v3i3.1179

Abstract

This study aims to explore the meaning of the Pakpak traditional house ornament. This study reveals the meaning that symbolically represents cultural values in the Pakpak community. This study uses a semiotic approach with qualitative descriptive research methods. The ornaments in the Pakpak traditional house imitate the shapes associated with human limbs, in the form of animals, in the form of plants and resembling the cosmos or nature. Each form of ornament has a meaning which is the cultural values that the Pakpak community believes in.
The Meaning and Symbols of the Batak Karo Ethnic Ritual Ceremony: Study of Semiotics Jekmen Sinulingga; Flansius Tampubolon
Budapest International Research and Critics Institute (BIRCI-Journal): Humanities and Social Sciences Vol 3, No 3 (2020): Budapest International Research and Critics Institute August
Publisher : Budapest International Research and Critics University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33258/birci.v3i3.1182

Abstract

This study aims to describe the meaning and symbol of the Cawir metua ritual ceremony, namely the death ceremony for the Karo community in Seberaya village, Karo district, North Sumatra Province. The method used in this research is a qualitative descriptive method which is done by collecting data by observation and interviews; descriptions that are bold and deep in nature, working with key informants. The theoretical framework used is the Social Semiotics approach, which is to interpret language in the sociocultural context in which culture is interpreted in semiotic terms as an information system. Based on the research that has been done, the authors obtained the results of the research, namely the symbolic meaning of the Cawir metua ceremony is the existence of symbols that have philosophical meanings in the Cawir metua ceremony.are still poor and need to be improved.
KEARIFAN LOKAL RITUAL MARARI SABTU PADA KEPERCAYAAN PARMALIM DI DESA KAMPUNG MUDIK KECAMATAN BARUS KABUPATEN TAPANULI TENGAH Elena Simatupang; Flansius Tampubolon
Jurnal Basataka (JBT) Vol. 5 No. 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Balikpapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (498.285 KB) | DOI: 10.36277/basataka.v5i1.140

Abstract

Penelitian ini berjudul Kearifan Lokal Ritual  Marari Sabtu  Pada Kepercayaan Parmalim di Desa Kampung Mudik Kecamatan  Barus Tapanuli Tengah. Metode  yang digunakan ialah  metode observasi, metode wawancara dan metode kepustakaan. Metode untuk analisi  data digunakan imetode ipeneIitian deskriptif iyang ibersifat ikuaIitatif. Lokasi pengambilan data penelitian terletak di  desa Kampung Mudik, Kecamatan Baru, Kabupaten Tapanuli Tengah. Tujuan dalam penelitian ini untuk  menguraikan bagaimana tahap-tahap ritual marari sabtu,fungsi ritual  marari sabtu  dan kearifan lokal yang terdapat dalam ritual  marari sabtu. Teori yang digunakan dalam penelitian ini ialah Kearifan Lokal Sibarani (2014). Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu ugamo malim di wajibkan untuk berkumpul setiap hari sabtu di  bale parsantian. Dengan persembahan berupa timpul ni daupa  dan  pangurason  sebagai ucapan terima kasih ruas kepada Debata MuIajadi Nabolon, Debata Natolu, Siboru Deak Parujar, Naga Padohaniajji, Boru Saniangnaga, Patuan Raja Uti, Tuhan SiarimbuIubosi, Raja NaopatpuIuopat, Raja Sisingamangaraja, Raja Nasiak bagi yang di wariskan secara turun temurun. Adapun jumIah isi patik yaitu dua puIuh tiga (23) patik dan terbagi Lima bagian poda hamalimon. Ada 5 macam fungsi bahasa daIam rituaI marari sabtu yaitu: (1) fungsi informatif, (2) fungsi eksresif, (3) fungsi direktif, (4) fungsi estetik, (5) fungsi fatis. Adapun jenis-jenis kearifan iokai yang terdapat rituai upacara marari sabtu pada masyarakat parmaiim di desa kampung mudik, yaitu: (1) kesopansantunan, (2) kejujuran, (3) kesetiakawanan sosial kerukukan, (4) dan penyeiesaian konfiik (5) komitmen, (6) rasa syukur, (7) kerja keras, (8) disiplin, (9) pendidikan, (10) pelestarian dan kreativitas budaya.
ANALISIS TRADISI PANGURASON PADA MASYARAKAT BATAK TOBA: KAJIAN SEMIOTIK Indah Agita Saragih; Flansius Tampubolon
Jurnal Basataka (JBT) Vol. 5 No. 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Balikpapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (343.289 KB) | DOI: 10.36277/basataka.v5i1.154

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk, fungsi dan makna tradisi pangurason. Tradisi pangurason adalah tradisi melestarikan alam, menjaga dan hidup bersahabat dengan alam serta menjauhkan dari bencana. Adapun simbol yang terdapat dalam tradisi pangurason ada 9 yaitu saoan, air suci, jeruk purut,daun sisakil, daun beringin, daun silanjuang, kain berwarna merah, kain berwarna putih dan kain berwarna hitam. Teori yang digunakan untuk menganalisis adalah teori semiotika yang dikemukakan oleh Charles Sanders Pierce.Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode kualitatif dengan observasi wawancara terstruktur.Adapun hasil yng ditemukan dalam penelitian ini adalah tentang tradisi Pangurason pada etnik Batak Toba. Dalam etnik Toba tradisi pangurason ialah tradisi melestarikan alam, menjaga alam dan hidup bersahabat dengan alam serta menjauhkan dari bencana.Tradisi ini melibatkan laki-laki dan perempuan, ada juga orangtua yang langsung memainkan, dan punya peran penting dalam ritual pangurason ini, terutama dalam membersihkan desa dari mara bahaya dan bencana alam. Pangurason adalah sebuah tradisi yang memiliki arti untuk melestarikan alam, menjaga, dan hidup bersahabat dengan alam serta menjauhkan dari bencana dan memiliki arti menguras atau membersihkan wilayah.
Marhata Sinamot at Toba Ethnic Wedding Ceremony: Antropolinguistics Study Ma Samuel Rt Simanjuntak; Flansius Tampubolon; Jamorlan Siahaan
Konfrontasi: Jurnal Kultural, Ekonomi dan Perubahan Sosial Vol 8 No 4 (2021): Konfrontasi, December
Publisher : Budapest International Research and Critics University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33258/konfrontasi2.v8i4.172

Abstract

The scientific title is "Marhata Sinamot at the Toba Ethnic Wedding Ceremony: Anthropology Studies". This study aims to describe the performance, indexicality and participation of Marhata Sinamot at the Toba Ethnic Wedding Ceremony. The theory used to analyze the research data is the anthropolinguistic theory proposed by Duranti. By using descriptive method. The results obtained from this study are the performance in the Marhata Sinamot traditional ceremony in the Toba Ethnic community in general, namely Marhata Sinamot. In the Toba Batak community there are signs that are used as indexicality in the Marhata Sinamot traditional ceremony, namely, (1) traditional clothes, (2) ulos. And participants in the Marhata Sinamot ceremony have Dalihan Na Tolu, namely (1) Hula-hula, (2) Bone paranak, (3) Bone parboru, (4) Boru, (5) Dongan tubu, (6) Bere paranak, (7) Bere perboru and (8) Dongan Sahuta.
Pemertahanan Bahasa Batak Toba di Desa Narumonda Vii Kecamatan Siantar Narumonda Kabupaten Toba David Kristopani Marpaung; Flansius Tampubolon
Journal of Language Development and Linguistics Vol. 1 No. 1 (2022): February 2022
Publisher : PT FORMOSA CENDEKIA GLOBAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55927/jldl.v1i1.729

Abstract

This study discusses the preservation of the Toba Batak language in Narumonda VII Village, Siantar Narumonda District, Toba Regency. The problem studied is the preservation of the Toba Batak language in Narumonda VII Village based on its bilingual pattern and the attitude of the Toba ethnic community in maintaining their language. The background of this research is to see the role of the use of the Toba Batak language as a regional language and Indonesian as the national language in an area where the majority of the population is Toba Batak ethnicity.The method used in collecting data is the conversational method to-face and followed by the note-taking technique. Data was obtained by distributing questionnaires to respondents. This research data assessment method uses quantitative methods. The data were analyzed using sociolinguistic theory. From the results of the study, it can be concluded that the pattern of using the Toba Batak language at the age of over 20 years (adults) is still high compared to the use of the Toba Batak language at the age of under 20 years. At the age of 20 years and over, Toba Batak language users showed positive language attitudes (85%), while those under 20 years old showed negative language attitudes (10.5%).
TAROMBO MARGA SIHOMBING SI OPAT AMA, DI DESA TIPANG KECAMATAN BAKTI RAJA, KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN: KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK Krista Dayanti Hutasoit; Flansius Tampubolon
Kompetensi : Jurnal Pendidikan dan Humaniora Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNIBA Vol 14 No 2 (2021): Kompetensi
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Balikpapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (187.732 KB) | DOI: 10.36277/kompetensi.v14i2.52

Abstract

Tarombo merupakan silsilah garis keturunan secara patrineal dalam budaya Batak yang sudah menjadi adat atau tradisi untuk mengetahui sistem kekerabatan atau dalam menjalin hubungan, Namun adat ini sudah mulai hilang dari masyarakat Batak di karenakan banyak yang tidak menggunakan Marga di belakang nama mereka. Hal tersebut menjadikan Tarombo kehilangan daya Tariknya untuk mengetahui tarombo sesama mereka. Skripsi ini berjudul Tarombo Marga Sihombing si Opat ama Di Desa Tipang Kecamatan Bakti Raja,Kabupaten Humbang Hasundutan: Kajian Antropolinguistik. Dalam penelitian ini penulis membahas tentang Tarombo Marga Sihombing si Opat ama. di Desa Tipang Kecamatan Bakti Raja, Kabupaten Humbang Hasundutan: Kajian Antropolinguistik. Dengan memiliki Rumusan Masalah Marga apa saja yang termasuk dalam tarombo Marga Sihombing Si opat ama, apa saja hubungan marga Sihombing si opat ama, apa saja nilai dan fungsi dalam tarombo marga Sihombing si opat ama. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Tarombo Marga Sihombing si opat ama. Metode yang di gunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Dan landasan teori yang di gunakan untuk menganalisis adalah teori antropolinguistik.
Simbol Pengobatan Tradisional Etnik Batak Toba Judika Panggabean; Flansius Tampubolon
Kompetensi : Jurnal Pendidikan dan Humaniora Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNIBA Vol 15 No 2 (2022): Kompetensi
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Balikpapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (321.234 KB) | DOI: 10.36277/kompetensi.v15i2.88

Abstract

Artikel ini membahas tentang simbol pengobatan tradisional etnik Batak Toba. Etnik Batak Toba memiliki pengetahuan berupa pengobatan tradisional, seseorang yang dipercayai dapat menyembuhkan berbagai penyakit dengan cara tradisional disebut Parubat huta. Dalam proses pengobatan ini sebagian besar dilakukan dengan cara memanggil roh nenek moyang dan melakukan ritual. Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan  bentuk  simbol, fungsi dan makna dalam pengobatan tradisional etnik Batak Toba. Dalam menyelesaikan artikel ini penulis menggunakan teori semiotik dengan metode deskriptif kualitatif dan untuk menunjang hasil dari artikel ini penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan cara (1) wawancara dengan informan, (2) Observasi dan (3) Dokumentasi simbol yang terkait. Lokasi penelitian artikel ini di Kecamatan Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan, penulis meneliti simbol yang terdapat pada pengobatan tradisional etnik Batak Toba . Adapun hasil yang ditemukan oleh penulis dalam simbol pengobatan tradisional etnik Batak Toba yang difokuskan pada 3 penyakit yakni kanker payudara (andorabion), terkilir (taralit), penyakit kulit (gadam) terdapat  18 bentuk, fungsi dan makna simbol yang meliputi simbol peralatan, simbol ramuan (pulungan), simbol mantra (tabas). Kanker payudara (andorabion) memiliki 2 jenis simbol peralatan antara lain : pinggan pasu (piring keramik besar), imbuluni manuk (bulu ayam). 4 jenis simbol ramuan (pulungan) antara lain : sira risi (garam kasar), baoran ni aek (air mengalir), jarum, salimbatu (jeringau). Terkilir (taralit) memiliki 3 jenis simbol peralatan antara lain : napuran tiar (ucapan terimakasih), haminjon (kemenyan), sigaret (rokok). 2 jenis simbol ramuan antara lain : gambiri (kemiri), tumba (liter). 1 jenis simbol mantra yaitu tabas tawar mulajadi. Gadam (penyakit kulit) memiliki 3 jenis simbol peralatan antara lain : losung batu (lesung batu), pinggan na bontar (cawan warna putih), pandais (pengoles). 2 jenis simbol ramuan (pulungan) antara lain : pining (pinang), gambiri (kemiri). 1 jenis simbol mantra (tabas) yaitu tabas tawar bisa. Dengan adanya artikel ini penulis mengharapkan generasi muda meningkatkan kepedulian serta membantu meningkatkan eksistensi pengobatan tradisional etnik Batak Toba agar menambah nilai jual dari pengobatan tradisional dan terjaga kelestariannya.