Agus Ahmad Safei
(Scopus ID: 57191408668) UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Pemberdayaan Masyarakat Desa Melalui Budidaya Maggot Zam, Zam; Safei, Agus Ahmad; Herdiana, Dedi
Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam Vol 8, No 2 (2023): Tamkin: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam
Publisher : Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Dj

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/tamkin.v8i2.25003

Abstract

Pemberdayaan merupakan suatu konsep dimana memberikan tanggung jawab yang besar terhadap orang-orang dalam melaksanakan pekerjaan nya. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu program, proses, serta keberhasial pemberdayaan masyarakat desa Bojong dengan pembudidayaan maggot, dalam penelitian peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif. Adapun hasilnya pertama program karang taruna di desa Bojong meliputi Bank sampah, BUMDes serta budidaya maggot, dalam proses pembudidayaan terdapat pemilihan bibit, pembudidayaan hingga panen. Dan keberhasilan pemberdayaan masyarakat melalui budidaya maggot ini dapat dikatakan berhasil namun masih harus selalu di evaluasi dan di pantau guna menghasilkan hasil yang sempurna serta baik. Pemerbadayaan ini hendak berjalan sangat baik apabila Stakeholder jadi pemangku serta melakukannya secara terstruktur agar membangun budaya yang sangat baik.
Mosque Management in Urban City: Bargaining between the Sacred and the Social Challenges Safei, Agus Ahmad; Armstrong, Paul Salahuddin
Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya Vol 8 No 1 (2023)
Publisher : the Faculty of Ushuluddin, UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/jw.v8i1.26049

Abstract

A mosque serves as a pivotal element in the structure of a Muslim community.  The function of a mosque extends beyond its religious capacity as a place for worship, playing a vital role in addressing the social problems that the community faces. To explore this, the present study focuses on the strategy employed by Masjid Raya Bandung to manage and overcome various social problems around its vicinity. Utilising a descriptive-analytical approach, the present study aims to depict the existing social phenomena around Masjid Raya Bandung (The Grand Mosque of Bandung) in the Province of West Java, Indonesia, with specific research variables.  Non-documentary data is obtained through participant observation and in-depth interviews. Located in the city's heart, across the city hall, a place of public gathering, the Grand Mosque of Bandung operates within a business and materialistic environment. The faced challenges include sanitation issues, unregulated street vendors tied to an informal economy, prevalent crime, covert prostitution in the vicinity, and escalating consumerism from nearby shopping centres. The study underscores the mosque as not only a spiritual oasis but also a socio-religious institution actively participating in providing solutions for various social issues within its urban setting. It is confirmed that the mosque's function is not only for ritual things but also for social activities in urban Islamic societies, particularly in managing and overcoming various social problems that surround the mosque. 
Toleransi Beragama di Era “Bandung Juara” Safei, Agus Ahmad
KALAM Vol 10 No 2 (2016)
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Religious Study, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24042/klm.v10i2.7

Abstract

Pergantian kepemimpinan di Kota Bandung dari Walikota sebelumnya, Dada Rosada, ke Walikota sekarang, Ridwan Kamil, menghadirkan nuansa yang berbeda, meski dalam beberapa hal ditemukan sejumlah titik yang sama. Hal demikian dipandang sebagai sesuatu yang normal saja, karena setiap pemimpin memiliki gaya, selera dan visi-misi masing-masing. Jika Dada Rosada tampil memimpin Bandung dengan semangat menjadikan Bandung sebagai Kota Agamis, dengan menekankan pentingnya toleransi antarumat beragama, maka Ridwan Kamil lebih memilih spirit Bandung Juara sebagai tagline utama kepemimpinannya, dengan tetap menekankan Bandung sebagai ‘rumah bersama’ semua umat beragama. Ridwan Kamil secara sadar tidak memakai bahasa agama di ruang publik sebagaimana halnya yang dilakukan Walikota sebelumnya, Dada Rosada. Dalam pendekatan esensialisme yang diusung Walikota sekarang, yang terpenting bukanlah membawa-bawa agama dalam setiap program yang diusung ke ruang publik, terpenting adalah justru mengimplementasikan nilai-nilai yang dikandung agama itu sendiri melalui berbagai program yang nyata-nyata memberikan manfaat kepada warga kota.