Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Karakteristik Endapan Tras Nagreg untuk Menudukung Pemberdayaan Perekonomian Masyarakat Lokal, Desa Nagreg Kendan, Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung Sri Widayati; Dudi nasrudin usman; Sriyanti Sriyanti; Linda Pulungan; Dono Guntoro
PROMINE Vol 5 No 2 (2017): PROMINE
Publisher : Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (834.533 KB) | DOI: 10.33019/promine.v5i2.913

Abstract

Characteristics of sediment Tras Nagreg as part of the volcanic process in the region provides anopportunity and potential to be utilized through mining activities. Mining activities, as a capitalintensive,labor-intensive and risk-filled industry, do not always have a negative impact on thesurrounding community, there is something to do with the economic aspects in which all types ofmineral deposits have economic value including tras. Nagreg Kendan Village, Nagreg Subdistrict aspart of Bandung Regency which has tras sediment potential, where in quality and quantity, trassediment in the area has big enough potency to be utilized especially to improve prosperity of localcommunity. Currently, the number of people with productive age is quite a lot, which becomes thecapital for the management of tras going forward, another thing to consider is the existence of thelocation not far from the access road that connects Bandung - Garut, Bandung - Cianjur and Bandung- Jakarta.
Estimasi Sumberdaya Batugamping di PT X, Kecamatan Palimanan, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat Dika Hadi Anugrah; Dono Guntoro
Jurnal Riset Teknik Pertambangan Volume 1, No. 2, Desember 2021, Jurnal Riset Teknik Pertambangan (JRTP)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (357.824 KB) | DOI: 10.29313/jrtp.v1i2.538

Abstract

Abstract. Limestone is an excavated material that can be used as a raw material for cement. In the manufacture of cement there are three raw materials, namely limestone as the main raw material, then there are corrective raw materials, namely iron sand and quartz sand and additive raw material, namely gypsum. The main compound of limestone used as raw material for cement is CaO compound. In the formation of limestone, the value of CaO content has variations due to differences in facies in the formation process, so that the distribution of CaO content is not necessarily homogeneous. With the requirement for CaO content as a cement raw material, which is 47%, it is necessary to have a model to describe the geometry of the sediment and the distribution of CaO levels at the research site. The resource estimation method used is the kriging method. The basis for determining resources is to talk about the level of confidence. Thus, the selection of the kriging method is because this method is the best linear unbiased estimator, many parameters are considered in the kriging method, one of which is the variogram model. The variogram model is a spatial statistical analysis (geostatistics), or statistical analysis by considering the location of the sample points, in order to obtain information related to the relationship of one point to another which is expressed in a range or radius of information points that still have a spatial relationship. The results of the estimation of limestone resources are as follows. Limestone resources in Quarry B are 12,844,500 tons with an average CaO content of 48.48%, and in Quarry C as many as 10,857,000 tons with an average CaO content of 41.17%. Abstrak. Batugamping merupakan bahan galian yang dapat dimanfaatkan salah satunya sebagai bahan baku semen. Dalam pembuatan semen terdapat tiga bahan baku, yaitu batugamping sebagai bahan baku utama, kemudian terdapat bahan baku corrective yaitu pasir besi dan pasir kuarsa serta bahan baku additive yaitu gypsum. Senyawa utama batugamping yang dimanfaatkan sebagai bahan baku semen adalah senyawa CaO. Pada keterbentukan batugamping, nilai kadar CaO memiliki variasi yang diakibatkan adanya perbedaan fasies dalam proses pembentukannya, sehingga distribusi kadar CaO yang belum tentu homogen. Dengan adanya syarat kadar CaO sebagai bahan baku semen yaitu 47% maka perlu adanya pemodelan untuk menggambarkan bentuk geometri endapan dan distribusi kadar CaO di lokasi penelitian. Metode estimasi sumberdaya yang digunakan adalah metode kriging. Dasar dalam penentuan sumberdaya adalah berbicara terkait tingkat keyakinan. Dengan demikian, pemilihan metode kriging dikarenakan metode ini merupakan best linear unbiased estimator, banyak parameter yang diperhatikan dalam metode kriging salah satunya adalah model variogram. Model variogram merupakan analisis statistik spasial (geostatistik), atau analisis statistik dengan mempertimbangkan lokasi titik sampel, sehingga didapatkan informasi terkait hubungan satu titik dengan titik yang lainnya yang dinyatakan dalam range atau radius titik informasi yang masih memiliki hubungan secara spasial. Hasil dari estimasi sumberdaya batugamping adalah sebagai berikut Sumberdaya batugamping di Quarry B sebanyak 12.844.500 Ton dengan kadar rata-rata CaO 48,48%, dan di Quarry C sebanyak 10.857.000 Ton dengan kadar rata-rata CaO 41,17%.
Identifikasi Zona Rawan Longsor Menggunakan Analisis Probabilitas Kelongsoran pada Lereng Alami dengan Metode Kesetimbangan Batas (Limit Equilibrium Method) Moch Syahril Gunawan; Yuliadi; Dono Guntoro
Bandung Conference Series: Mining Engineering Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Mining Engineering
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (623.063 KB) | DOI: 10.29313/bcsme.v2i1.805

Abstract

Abstract. The probability of failure is the level of possibility of the slopes of the potential landslides as a result of the value of the geotechnical parameters that deviate from the calculation of the safety Factor of the slope (FK≤1,2). The value of the Safety Factor of the slope can be optimized with the value of Probability if Failure, so that it can provide a level of confidence to the design of the slope. The value of PK is optimized by using a probabilistic method which gives the representation of explicit uncertainty in the study of slope stability. Ciburial village is classified as a plateau situated at elevation 750-1200 meters with rainfall per year reached the 1,500 – 4,000 mm/year, with the state of the state of the topography allows Ciburial Village, this became an area prone to landslides. The purpose of this study is to determine the cause of the occurrence of landslides with a small scale what often happens. To determine the value of the probability of landslide on a natural slope, and determine the value of the safety Factor and the probability of landslide slopes in static conditions and dynamic. Slope stability analysis is performed by using the method of limit equilibrium Bishop accompanied by a probabilistic analysis using Monte Carlo methods using the Software Slide 6.0. Based on the results of the research of the natural slope in the study area have the value of the Safety Factor ≤ 1.2 and Probability of Failure of 100%. Which means that the slopes in the study area in a critical state, so we need some workarounds that should be done to prevent landslides-landslides with a small scale in the area of research. Abstrak. Probabilitas Longsor adalah tingkat kemungkinan lereng berpotensi longsor akibat nilai parameter geoteknik yang menyimpang dari perhitungan Faktor keamanan lereng (FK≤1,2). Nilai Faktor Keamanan lereng dapat dioptimasi dengan nilai PK, sehingga dapat memberikan tingkat keyakinan terhadap desain lereng tersebut. Nilai Probabilitas Kelongsoran dioptimasi dengan menggunakan metode probabilistik yang memberikan representasi eksplisit dari ketidakpastian dalam kajian stabilitas lereng Desa Ciburial ini tergolong kedalam dataran tinggi terletak pada elevasi 750-1200 mdpl dengan curah hujan pertahun mencapai 1.500 – 4.000 mm/tahun, dengan keadaan keadaan topografinya ini memungkinkan Desa Ciburial ini menjadi daerah yang rawan akan bencana longsor. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui penyebab terjadinya longsor dengan skala kecil yang seringkali terjadi. Hingga mengetahui nilai probabilitas kelongsoran pada lereng alami, dan mengetahui nilai Faktor keamanan dan probabilitas kelongsoran lereng pada kondisi statis dan dinamis. Analisis kestabilan lereng dilakukan dengan menggunakan metode kesetimbangan batas Bishop disertai analisis probabilistik dengan menggunakan metode Monte Carlo menggunakan Software Slide 6.0. Berdasarkan hasil penelitian lereng alami pada daerah penelitian memiliki nilai Faktor Keamanan ≤ 1,2 dan Probabilitas Kelongsoran 100%. Yang artinya lereng dalam daerah penelitian dalam keadaan kritis, sehingga perlu beberapa penangannya yang harus dilakukan agar tidak terjadi longsor-longsor dengan skala kecil pada daerah penelitian.
Simulasi Potensi Gerakan Tanah Lereng Alami Akibat Perubahan Pola Hujan Wilayah Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat Rakhman Yuda Prawira; Yunus Ashari; Dono Guntoro
Bandung Conference Series: Mining Engineering Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Mining Engineering
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (823.149 KB) | DOI: 10.29313/bcsme.v2i1.1093

Abstract

Abstract. Landslide is one of the natural disasters that often occur in Indonesia. Lately, landslides have become more frequent and have resulted in fatalities. The landslide disaster itself is one of the geological aspects of the disaster which if it occurs it will be difficult to predict where and when the location of the landslide disaster will be. Cimenyan is one of the sub-districts that has relief units from topography with gentle slopes to steep mountains incised with slope percent ranging from 3% to 140%. The sub-district also has a rainfall of 1500 to 2500 mm per year, with this condition. In the calculation of the safety factor in case 5, it is found that areas that have the potential for ground motion are in cell (M,10) with an FK value of 1,235, cell (P,4) with an FK value of 1,199, cell (P,5) with an FK value of 1 .07, cell (Q,4) with FK value 1.223, and in cell (Q,5) with FK value 1.245. This value is then overlaid on the Cimenyan 2020 land cover map, but only in cells (M,10) Abstrak. Bencana tanah longsor/gerakan tanah merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Cimenyan merupakan salah satu kecamatan yang memiliki unit relief dari topografi dengan lereng landai hingga bergunung curam tertoreh dengan persen kemiringan lereng berkisar 3% s/d 140 %. Kecamatan tersebut juga memiliki curah 1500 s/d 2500 mm per tahun, dengan keadaan tersebut tidak menutup kemungkinan Kecamatan Cimenyan akan mengalami kondisi pergerakan tanah. Pada hasil perhitungan faktor keamanan pada case 5 didapatkan daerah yang memiliki potensi terjadinya gerakan tanah yakni pada cell (M,10) dengan nilai FK 1,235, cell (P,4) dengan nilai FK 1,199, cell (P,5) dengan nilai FK 1,07, cell (Q,4) dengan nilai FK 1,223, dan pada cell (Q,5) dengan nilai FK 1,245. Nilai tersebut kemudian dilakukan overlay pada peta tutupan lahan Kecamatan Cimenyan 2020, namun hanya pada cell (M,10)
Analisis Karakteristik Batuan Penciri Mineralisasi Au-Ag untuk Penentuan Zona Potensi di PT Bhadra Pinggala Sejahtera Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten Sintia Rahayu Agustina; Dudi Nasrudin Usman; Dono Guntoro
Bandung Conference Series: Mining Engineering Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Mining Engineering
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (852.229 KB) | DOI: 10.29313/bcsme.v2i1.1886

Abstract

Abstract. Gold is a metallic mineral that is one of the high-value commodities with relatively less amount and presence in nature compared to other metallic minerals. Gold can be closely related to magmatic processes, where the formation environment in volcanic rocks is often found in various deposits. This exploration activity is a preliminary exploration that aims to identify the characteristics of rock types, structures, and alterations in determining areas that have the potential for epithermal gold deposits. Identification of epithermal gold deposits is carried out by direct and indirect exploration methods, namely geological mapping and remote sensing because in principle direct exploration activities are supported by controlling factors including geological conditions, types of mineralization and alteration and indirect exploration methods, namely sensing Remote sensing to identify zones that have the potential for the presence of epithermal gold deposits based on Landsat images so that these results are identified based on the parameters indicated to have characteristics of the presence of epithermal gold deposits and the results of research in the field. Lithological interpretation was carried out to determine the source rock of the gold deposit, namely rocks containing Au-Ag-carrying minerals such as kaolin, quartz, pyrite, and chlorite minerals accompanied by the presence of carbonates and sericite so that the research area includes zones of argilized mineralization and propolitization. The estimation results of Landsat 8 image interpretation can be proven by the red color which is suspected to be a tmh formation consisting of andesite rock, as well as for hydrothermal alteration minerals identified from the appearance of the light orange color and the highest density density which is considered a mineralized area in the northeastern part. to the southwest of the study area, this is evidenced by the finding of straightness patterns and indications of alteration. Based on the interpretation results that have been obtained, it can then be overlaid on each of these parameters so as to produce a delineation of the potential epithermal gold deposit zone. Abstrak. Emas merupakan mineral logam yang menjadi salah satu komiditi yang bernilai tinggi dengan jumlah dan keberadaannya dialam yang relatif lebih sedikit dibandingkan dengan mineral logam lainnya. Emas dapat berkaitan erat dengan proses magmatik, dimana lingkungan pembentukan yang berada di dalam batuan vulkanik sering ditemukan di berbagai endapan. Kegiatan eksplorasi ini merupakan eksplorasi pendahuluan yang bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik jenis batuan, struktur, dan alterasi dalam penentuan wilayah yang mempunyai potensi keterdapatan cebakan emas epitermal. Identifikasi mengenai endapan emas epitermal yang dilakukan dengan metode eksplorasi langsung dan tidak langsung yaitu pemetaan geologi dan penginderaan jauh (remote sensing) karena pada prinsipnya dalam kegiatan eksplorasi langsung didukung oleh faktor pengontol diantaranya kondisi geologi, jenis mineralisasi dan alterasi dan metode eksplorasi tidak langsung yaitu Penginderan Jauh (Remote sensing) untuk mengindentifikasi zona yang memiliki potensi keterdapatan endapan emas epitermal yang berdasarkan citra landsat sehingga dari hasil tersebut diidentifikasikan berdasarkan parameter-parameter yang diindikasikan memiliki ciri dari keterdapatan endapan emas epitermal dan hasil penelitian di lapangan. Interpretasi litologi dilakukan untuk mengetahui sumber batuan induk dari cebakan endapan emas yaitu batuan yang memiliki kandungan mineral pembawa Au-Ag seperti mineral kaolin, kuarsa, pirit, dan klorit yang disertai dengan adanya karbonat dan serisit sehingga daerah penelitian termasuk zona mineralisasi argilisasi dan propolitisasi. Adapun pendugaan hasil interpretasi citra landsat 8 yang dilakukan dapat dibuktikan dengan warna merah yang diduga sebagai formasi tmh yang terdiri dari batuan andesit, serta untuk mineral alterasi hidrotermal dikenali dari kenampakan warna oranye muda dan densitas kerapatan tertinggi yang dianggap sebagai daerah mineralisasi berada pada bagian timur laut hingga barat daya daerah penelitian, hal tersebut dibuktikan dengan ditemukannya pola kelurusan dan indikasi alterasi. Berdasarkan hasil interpretasi yang telah didapatkan kemudian dapat dilakukan overlay pada setiap parameter tersebut sehingga menghasilkan deliniasi zona potensi endapan emas epitermal
Karakterisasi Batubara untuk Underground Coal Gasification di Daerah Sekayu Musi Banyuasin Eri Ilham Akbar; Dono Guntoro; Raden Maria Ulfa
Jurnal Riset Teknik Pertambangan Volume 2, No. 2, Desember 2022, Jurnal Riset Teknik Pertambangan (JRTP)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrtp.v2i2.1315

Abstract

Abstract. In determining the coal for UCG, several identifications are needed, including characterizing the coal, knowing the condition of the flanking rocks, and adjusting the parameters for the UCG itself. The research methodology carried out in this study started with a literature study in the form of secondary data such as regional geological maps, regional stratigraphy, previous investigations from the research area, and data on coal resources of the South Sumatra Basin in 2021. Then secondary data collection included lithology data, collar data, and data quality. The secondary data is then processed to produce coal chemical characteristics, log profiles, maps of the distribution of drill points and cross-section lines, and 3D stratigraphic models. Then the results of the data processing are adjusted to the UCG parameters. If these UCG parameters are met, the characteristics of the coal for UCG utilization are obtained. Based on the results of research that has been carried out the characteristics of the coal in the study area have a lignite rating with calorific values ranging from 4,197.80 – 4,949.00 kcal/kg (adb), water content 10.23 – 17.68% (adb), ash content 4, 23 – 16.25% (adb), volatile matter content 41.18 – 43.69% (adb), total sulfur 0.25 – 0.37% (adb), coal seam thickness 1.45 – 19.28 meters , with a layer depth of 3.43 – 98.00 meters. So that there is no coal seam in this study that can be developed for UCG because there is one parameter that is not achieved.Keywords: Coal, Underground Coal Gasification, UCG Parameters. Abstrak. Dalam penentuan batubara untuk UCG diperlukan beberapa identifikasi antara lain mengkarakterisasikan batubara, mengetahui kondisi batuan pengapit, dan menyesuaikan dengan parameter untuk UCG itu sendiri. Metodologi penelitian yang dilakukan pada penelitian ini dimulai dari studi literatur berupa data sekunder seperti peta geologi regional, stratigrafi regional, penyelidikan terdahulu dari daerah penelitian, dan data sumberdaya batubara cekungan Sumatera Selatan tahun 2021. Kemudian pengumpulan data sekunder meliputi data litologi, data collar, dan data quality. Data sekunder tersebut kemudian diolah untuk menghasilkan karakteristik kimia batubara, log profile, peta sebaran titik bor dan garis penampang, dan model stratigrafi 3D. Kemudian hasil pengolahan data tersebut disesuaikan dengan parameter UCG. Apabila parameter UCG ini terpenuhi maka didapatkan karakteristik batubara untuk pemanfaatan UCG ini. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan karakteristik batubara daerah penelitian memiliki peringkat lignit dengan nilai kalori berkisar antara 4.197,80 – 4.949,00 kkal/kg (adb), kandungan air 10,23 – 17,68 % (adb), kandungan abu 4,23 – 16,25 % (adb), kandungan zat terbang 41,18 – 43,69 % (adb), total sulfur 0,25 – 0,37 % (adb), tebal lapisan batubara 1,45 – 19,28 meter, dengan kedalaman lapisan kedalaman 3,43 – 98,00 meter. Sehingga lapisan batubara pada penelitian ini tidak ada yang dapat dikembangkan untuk UCG karena terdapat salah satu parameter yang tidak tercapai.
Rencana Teknis dan Biaya Reklamasi Tambang Timah Blok Sangau B.3 PT XYZ Muhammad Iqbal Abdul Basith; Dono Guntoro; Novriadi
Jurnal Riset Teknik Pertambangan Volume 3, No. 1, Juli 2023, Jurnal Riset Teknik Pertambangan (JRTP)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrtp.v3i1.2125

Abstract

Abstract. In addition to providing benefits, marine mining activities can have a negative impact on the marine environment, causing various changes to the marine environment. One of the efforts to minimize the resulting changes is the mining Backfilling method, which is the direct closure of ex-mining holes from which ore reserves have been taken in stages. In this research, a study on reclamation planning and reclamation costs was carried out in the Sangau B.3 Block with an area of 213.59 Ha. The technical planning includes studies on the manufacture and installation of FADs and the transplantation of artificial coral reefs, maintenance and monitoring of sea water quality. The reclamation will be carried out by PT XYZ with a processing time of 2,266.43 hours / 284 days with 8 hours of work per day. The cost calculation includes direct and indirect cost components, direct costs include FAD costs, artificial coral reef transplant costs, maintenance costs and seawater quality monitoring costs, while indirect costs include equipment mobility costs, reclamation planning costs, third party costs, and supervision costs. Based on calculations, the direct cost of the reclamation plan for the Sangau B.3 Block area from 2023-2026 is Rp. 12,354,487,782 with an indirect cost of Rp. 5,588,398,553. So that the total cost of the planned reclamation activities is IDR 18,182,204,687. Abstrak. Selain memberikan manfaat, aktifitas penambangan laut dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan laut, menimbulkan berbagai macam perubahan bagi lingkungan laut. Salah satu upaya untuk meminimalisir perubahan yang ditimbukan, dilakukan metode penambangan Backfilling yang merupakan penutupan langsung pada lubang bekas tambang yang sudah diambil cadangan bijihnya dengan cara bertahap. Pada penelitian ini dilakukan kajian perencanaan reklamasi dan perhitungan biaya reklamasi pada Blok Sangau B.3 dengan luasan 213,59 Ha. Perencanaan teknis meliputi kajian pembuatan dan pemasangan rumpon serta transplantasi terumbu karang buatan, pemeliharaan dan pemantauan kualitas air laut. Pelaksanaan reklamasi akan dilakukan oleh PT XYZ dengan lama waktu pengerjaan 2.266,43 jam / 284 hari dengan pengerjaan perhari 8 jam. Pada perhitungan biaya meliputi komponen biaya langsung dan biaya tidak langsung, biaya langsung mencakup biaya rumpon, biaya transplantasi terumbu karang buatan, biaya pemeliharaan dan biaya pemantauan kualitas air laut, sedangkan biaya tidak langsung meliputi biaya mobilitas alat, biaya perencanaan reklamasi, biaya pihak ketiga, dan biaya supervisi. Berdasarkan perhitungan didapatkan biaya langsung rencana reklamasi untuk area Blok Sangau B.3 dari tahun 2023-2026 yaitu sebesar Rp 12.354.487.782 dengan biaya tidak langsung sebesar Rp 5.588.398.553. Sehingga total biaya dari rencana kegiatan reklamasi sebesar Rp 18.182.204.687.
Karakterisasi Batubara untuk Underground Coal Gasification di Daerah Sekayu Musi Banyuasin Eri Ilham Akbar; Dono Guntoro; Raden Maria Ulfa
Jurnal Riset Teknik Pertambangan Volume 2, No. 2, Desember 2022, Jurnal Riset Teknik Pertambangan (JRTP)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrtp.v2i2.1315

Abstract

Abstract. In determining the coal for UCG, several identifications are needed, including characterizing the coal, knowing the condition of the flanking rocks, and adjusting the parameters for the UCG itself. The research methodology carried out in this study started with a literature study in the form of secondary data such as regional geological maps, regional stratigraphy, previous investigations from the research area, and data on coal resources of the South Sumatra Basin in 2021. Then secondary data collection included lithology data, collar data, and data quality. The secondary data is then processed to produce coal chemical characteristics, log profiles, maps of the distribution of drill points and cross-section lines, and 3D stratigraphic models. Then the results of the data processing are adjusted to the UCG parameters. If these UCG parameters are met, the characteristics of the coal for UCG utilization are obtained. Based on the results of research that has been carried out the characteristics of the coal in the study area have a lignite rating with calorific values ranging from 4,197.80 – 4,949.00 kcal/kg (adb), water content 10.23 – 17.68% (adb), ash content 4, 23 – 16.25% (adb), volatile matter content 41.18 – 43.69% (adb), total sulfur 0.25 – 0.37% (adb), coal seam thickness 1.45 – 19.28 meters , with a layer depth of 3.43 – 98.00 meters. So that there is no coal seam in this study that can be developed for UCG because there is one parameter that is not achieved.Keywords: Coal, Underground Coal Gasification, UCG Parameters. Abstrak. Dalam penentuan batubara untuk UCG diperlukan beberapa identifikasi antara lain mengkarakterisasikan batubara, mengetahui kondisi batuan pengapit, dan menyesuaikan dengan parameter untuk UCG itu sendiri. Metodologi penelitian yang dilakukan pada penelitian ini dimulai dari studi literatur berupa data sekunder seperti peta geologi regional, stratigrafi regional, penyelidikan terdahulu dari daerah penelitian, dan data sumberdaya batubara cekungan Sumatera Selatan tahun 2021. Kemudian pengumpulan data sekunder meliputi data litologi, data collar, dan data quality. Data sekunder tersebut kemudian diolah untuk menghasilkan karakteristik kimia batubara, log profile, peta sebaran titik bor dan garis penampang, dan model stratigrafi 3D. Kemudian hasil pengolahan data tersebut disesuaikan dengan parameter UCG. Apabila parameter UCG ini terpenuhi maka didapatkan karakteristik batubara untuk pemanfaatan UCG ini. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan karakteristik batubara daerah penelitian memiliki peringkat lignit dengan nilai kalori berkisar antara 4.197,80 – 4.949,00 kkal/kg (adb), kandungan air 10,23 – 17,68 % (adb), kandungan abu 4,23 – 16,25 % (adb), kandungan zat terbang 41,18 – 43,69 % (adb), total sulfur 0,25 – 0,37 % (adb), tebal lapisan batubara 1,45 – 19,28 meter, dengan kedalaman lapisan kedalaman 3,43 – 98,00 meter. Sehingga lapisan batubara pada penelitian ini tidak ada yang dapat dikembangkan untuk UCG karena terdapat salah satu parameter yang tidak tercapai.
Aplikasi Penginderaan Jauh dalam Pemetaan Potensi Cebakan Emas Epitermal Abyan Gugus Pandjadi; Dono Guntoro; Novriadi
Jurnal Riset Teknik Pertambangan Volume 3, No. 2, Desember 2023, Jurnal Riset Teknik Pertambangan (JRTP)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrtp.v3i2.2775

Abstract

Abstract. Determining the potential for mineral deposit occurrences is a crucial step in exploration activities. This research utilizes Landsat 8 imagery in remote sensing applications to identify potential gold deposit areas. Factors such as rock lithology, geological structures, and alteration distributions are assessed. Topographic maps, geological maps, Landsat 8 imagery, and Digital Elevation Models (DEMs) from the Shuttle Radar Topography Mission (SRTM) are employed for analysis. Rock lithology identification is carried out using the Supervised Mapping method. Geological structures are identified through lineament analysis using Lineament Count Density. The distribution of altered rocks is identified using Composite RGB imagery with Bands 4/2, 6/7, and 5. Interpretation results indicate the potential for gold deposits in the Gunungapi Tapaktuan Formation, including several andesite rocks. Geological structures show lineaments with high-density intensities. The distribution of altered rocks appears in shades of yellow to orange. Data analysis yields potential gold deposit zones covering 64.7 Ha in the Northwest Block, 126.3 Ha in the Central Block, and 30.1 Ha in the South Block. While these areas suggest potential deposits, the geometry of gold deposits is yet to be confirmed. Satellite image processing results are corroborated through field observations and laboratory testing using the Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). Abstrak. Penentuan potensi cebakan endapan bahan galian adalah langkah krusial dalam kegiatan eksplorasi. Penelitian ini menggunakan Citra Landsat 8 dalam aplikasi penginderaan jauh untuk mengidentifikasi daerah potensi cebakan emas. Faktor-faktor seperti litologi batuan, struktur geologi, dan sebaran alterasi dievaluasi. Peta Topografi, Peta Geologi, Citra Landsat 8, dan Digital Elevation Model (DEM) dari Shuttle Radar Topography Mission (SRTM) digunakan untuk analisis. Identifikasi litologi batuan dilakukan dengan metode Supervised Mapping. Struktur geologi diidentifikasi melalui analisis kelurusan menggunakan Lineament Count Density. Sebaran batuan teralterasi diidentifikasi dengan Citra Komposit RGB Band 4/2, 6/7, dan 5. Hasil interpretasi menunjukkan potensi cebakan emas di Formasi Gunungapi Tapaktuan dengan beberapa batuan andesit. Struktur geologi menunjukkan kelurusan dengan intensitas kerapatan tinggi. Sebaran batuan teralterasi tampak dalam warna kuning hingga oranye. Analisis data menghasilkan zona potensi cebakan emas seluas 64,7 Ha di Blok Barat Laut, 126,3 Ha di Blok Tengah, dan 30,1 Ha di Blok Selatan. Meskipun luasan tersebut menunjukkan potensi cebakan, belum dapat dipastikan endapan emas secara geometri. Hasil pengolahan citra satelit dikonfirmasi melalui observasi lapangan dan pengujian laboratorium menggunakan Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS).
Analisis Geokimia Manifestasi Air Panas di Desa Bojong Koneng Sukabumi Ahmad Razali Hakim; Yunus Ashari; Dono Guntoro
Jurnal Riset Teknik Pertambangan Volume 3, No. 2, Desember 2023, Jurnal Riset Teknik Pertambangan (JRTP)
Publisher : UPT Publikasi Ilmiah Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jrtp.v3i2.2798

Abstract

Abstract. This research aims to identify thermal anomalies considered as a geothermal system by examining the chemical characteristics of hot springs in the study area and comparing them with geophysical investigation data. Additionally, data validation will involve comparing chemical analysis data with several geothermal fields. Based on the data processing results, it is concluded that the chemical nature of the hot springs in the study area is characterized by HCO3 major ions, indicating a greater influence of meteoric fluid compared to magmatic fluid. Furthermore, geophysical investigation interpretation, specifically geoelectric, revealed various lithologies, including volcanic breccia, tuff breccia, laharic breccia, and andesite basalt. In this study, the hot water-bearing layer is found in laharic breccia lithology at a depth of 15.3 – 43 meters. Based on these findings, it can be concluded that the study area is not a geothermal system. This conclusion is supported by field data from a geothermal field, where the SiO2 content reaches 660 mg/L, while in the study area, the SiO2 content is less than 36 mg/L. It is suspected that the study area is an outflow zone with a heat source from the active magma of Mount Pangrango. Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi thermal anomaly yang diaggap sebagai suatu sistem panas bumi dengan cara mengetahui karakteristik kimia air panas di daerah penelitian yang akan dibandingkan dengan data hasil penyelidikan geofisika, selain itu untuk validasi data akan dilakukan perbandingan data analisis kimia dengan beberapa lapangan panas bumi. Berdasarkan hasil pengolahan data disimpulkan dari data hasil pengujian ionisasi bahwasanya sifat kimia air panas yang terdapat di daerah penelitian merupakan air panas dengan major ion HCO3 yang mana hal tersebut menandakan bahwa daerah tersebut lebih banyak peran dari fluida meteorik dibandingkan dengan fluida magmatik selain itu juga berdasarkan hasil interpretasi penyelidikan geofisika dalam hal ini adalah geolistrik didapat beberapa litologi yaitu breksi vulkanik, tuffa breksi, breksi laharik dan andesit basalt. Pada penelitian ini lapisan pembawa air panas berada pada litologi breksi laharik yang berada pada kedalaman 15,3 – 43 meter dimana berdasarkan kedua hal tersebut bahwa daerah penelitian bukanlah sebuah sistem panas bumi, hal tersebut diperkuat dengan beberapa data dari lapangan panas bumi pada lapangan panas bumi berupa kandungan SiO2 mencapai 660 mg/L sedangkan pada daerah penelitian kandungan SiO2 hanya kurang dari 36 mg/L, hal tersebut diduga bahwasanya daerah penelitian merupakan zona outflow yang memiliki sumber panas dari magma aktif Gunung Pangrango.