Mutiara Herawati, Mutiara
Department Of Pharmacy, Faculty Of Science And Mathematics, Universitas Islam Indonesia

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Formulasi Tablet Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaja L.) dengan Bahan Pengikat Polyvinylpyrrolidone (PVP) Herawati, Mutiara; Syukri, Yandi; Chabib, Lutfi
JURNAL PHARMASCIENCE Vol 1, No 2 (2014): JURNAL PHARMASCIENCE
Publisher : JURNAL PHARMASCIENCE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak             Selama ini daun pepaya (Carica papaja L.) hanya digunakan sebatas sebagai sayuran pelengkap makanan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dapat digunakan untuk pengobatan antikanker. Ekstrak daun pepaya diperoleh dari metode penyarian maserasi dengan menggunakan cairan penyari etanol. Sediaan tablet ekstrak daun pepaya diharapkan dapat menjadi alternatif pengobatan antikanker yang mudah dikonsumsi oleh masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi Polyvinylpirrolidone (PVP) sebagai bahan pengikat sehingga didapatkan formula sediaan tablet dengan karakterisktik tablet yang baik. PVP berperan dalam meningkatkan gaya kohesifitas serbuk atau granul, sehingga jika dikompresi akan membentuk massa yang kohesif dan kompak sebagai tablet. Tablet dibuat 3 formula variasi bahan pengikat PVP (4%; 6%; 8%) dengan metode granulasi basah. Granul diuji waktu alir, sudut diam, pengetapan, dan Carrs Index sedangkan tablet diuji keseragaman bobot dan ukuran, kerapuhan, kekerasan, dan waktu hancur. Hasil uji sifat fisik tablet menunjukkan bahwa meningkatnya variasi kadar pengikat PVP tidak berpengaruh pada kekerasan dan kerapuhan tablet, tetapi menyebabkan waktu hancur semakin lama. Formula I dengan bahan pengikat PVP 4% merupakan formula yang paling baik karena memiliki nilai kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur yang relatif lebih baik dibandingkan formula lain. Kata kunci : ekstrak daun pepaya, Carica papaja L., antikanker, PVP. AbstractThe use of papaya’s leaf (Carica papaja L.) is only consumed as vegetable to complete the main food. Based on previous research, the result showed that extract of papaya’s leaf can be used for anticancer treatment. That’s why the preparation tablet of extract of papaya’s leaf is hoped to be the alternative of anticancer treatment which are easily to the patients who consume it. The purpose of this research is to obtain the formulation of the tablet by knowing the optimal concentration of PVP as a binding material in producing the best physical characteristic of the tablet it self. PVP plays role in improving the cohesiveness, so as it is compressed, then it will form the cohesive and compact as a tablet. The tablets were made from 3 formula with the PVP binding-material variation (4%, 6%, 8%) using the wet granulation method. Granules obtained were tested in the flow time, angle of repose, tapping, and Carrs Index. Tablet that was finally processed then its physical properties included uniformity of weight and size, friability, hardness, and disintegration time. The result of the test shows the characteristic physical tablet indicated the raising of binding level of PVP variation does not affect the hardness and friability of the tablets, but giving an effect related to the longer the disintegration time. Formula I which contains combination of PVP 4% is the best tablet formula compare to the other formula. Key words : papaya’s leaf extract, Carica papaja L., anticancer, PVP.
Rancang Bangun Perangkat Pengendali Debit Tetesan Infus Otomatis Untuk Proses Terapi Infus Mahardhika, Galang Prihadi; Herawati, Mutiara
Seminar Nasional Informatika Medis (SNIMed) 2015: Prosiding SNIMED 2015
Publisher : Magister Teknik Informatika, Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kesehatan adalah hal yang sangat penting, bahkan banyak yang berpendapat bahwa kesehatan memiliki nilai yang sangat tinggi1. Kualitas kesehatan seseorang tidak selalu bertahan pada kondisi yang baik. Ada saatnya seseorang mengalami penurunan kualitas kesehatan. Saat itulah seseorang memerlukan penanganan kesehatan. Usaha peningkatan kualitas kesehatan seseorang dapat dilakukan melalui terapi intravena atau lebih dikenal dengan terapi infus. Pada tindakan terapi infus, penentuan debit tetesan infus adalah hal yang sangat penting. Salah satu faktor yang menyebabkan tindakan terapi infus dikatakan tidak sempurna adalah faktor tidak kon- sistennya dosis/nilai tetesan infus yang disebabkan oleh pengawasan yang kurang maksimal oleh perawat2–4. Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan suatu perangkat pengendali debit te- tesan infus secara otomatis yang dapat digunakan pada proses terapi infus. Perangkat pengendali debit tetesan infus dikembangkan dalam dua proses kerja. Proses pertama adalah proses pem- bacaan debit tetesan infus yang dilakukan dengan sensor photodioda dan proses kedua adalah proses pengaturan laju cairan infus (klem) yang dilakukan dengan motor servo. Hasil pengujian memberikan kesimpulan bahwa pada kondisi stabil, kesalahan dosis yang terjadi maksimal hanya sebesar 4 tetes/menit.
Penerapan Kartu Pintar Fisiologi Manusia dalam Metode Pembelajaran Cooperative Learning Mutiara Herawati; Suci Hanifah
Majalah Farmasetika Vol. 4, Supl. 1, Tahun 2019
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/mfarmasetika.v4i0.25862

Abstract

Semulametodepembelajaranberpusat pada dosen (Teacher Centre Learning), namunkinimetodepembelajaran mulai diubahmenjadiberpusat pada siswa (SCL/Student Centre Learning) yang mana keduanyamemilikikeuntungandankekuranganmasing-masing. Metodepembelajarancooperative learning dengan penerapanjigsawdiharapkan dapat meningkatkanaspekkognitif, psikomotordanafektif mahasiswa. segalaaktivitaspembelajarandidominasiolehketerlibatan mahasiswa didalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuipenerapankartupintarfisiologimanusia dalam metodepembelajaranCooperative Learning sehingga dapat meningkatkanmotivasidanstrategi dalam belajar mahasiswa, pemahaman mahasiswa sertakelulusan dengan nilai ≥ C mahasiswa. Proses pembelajarandimodifikasi dengan penggunaangoogle classroom untuk meningkatkanpemahaman mahasiswa selama menerima materi. Digunakan pula kuesionerMotivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ) yang merupakanalatukur mandiri yang digunakan untuk mengetahuiorientasimotivasi mahasiswa dalam belajar dan dapat digunakan untuk mengetahuistrategi mahasiswa dalam belajar. Berdasarkan daripertanyaankuesionerdidapatkannilai rata-rata diatas 3 (skalamaksimal 4) yang artinyabahwametodepembelajaran yang diterapkan pada mahasiswa membuat mahasiswa memilikikemampuan untuk diskusi, mencapaitujuanpembelajaran, menstimulasi mahasiswa untuk belajar danmeningkatkanminatsertapemahaman dalam mempelajarimata kuliah fisiologimanusia. Disamping itu, diketahuibahwakelompokperlakuan 62,15 memilikinilai paling tinggidibandingkan dengan kelompokkontrol 59.75 sertameningkatkankelulusan mahasiswa fisiologimanusiadaribaseline 50% menjadi 60%. Metodepembelajaran ini efektifmeningkatkannilai rata-rata akhir.
The pattern of vancomycin, gentamycin, and meropenem prescriptions for the inpatients of a regional public hospital in Yogyakarta, Indonesia Mutiara Herawati; Mir-a Kemila; Putri Anggriani; Nur Mardhiyah; Siti Maulida
Jurnal Ilmiah Farmasi 2022: Special Issue
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/jif.specialissue2022.art16

Abstract

Background: The mechanism of action of gentamycin is inhibiting protein synthesis inside bacteria. Meropenem and vancomycin have the same mode of action that inhibit bacterial cell wall activity. Antibiotic resistance occurs when antibiotic use does not follow the guidelines. Therefore, this study aims to determine how vancomycin, gentamycin, and meropenem are prescribed in a regional public hospital. Objective: This study aimed to evaluate the prescription of vancomycin, gentamycin, and meropenem in Yogyakarta Regional Public Hospital in 2017. Methods: This research employed a descriptive analysis with a cross-sectional design. The study was conducted to describe the profiles of vancomycin, gentamycin, and meropenem utilization. Data collection was performed retrospectively using patients’ medical record data including the diagnosis, dosage, and duration of administration.Results: The study showed that the total number of patients who received aminoglycoside: meropenem: vancomycin antibiotics in 2017 and met the research criteria was 6:8:24. According to the diagnosis, gentamycin was used for post-operation (75%), then sepsis and encephalitis. Meropenem was used for sepsis with a percentage of 67% while vancomycin was for endocarditis, intraabdominal, MRSA, cellulitis, pneumonia, and sepsis. Based on the appropriate dosage in the guidelines, the prescribing of gentamycin and meropenem resulted in 100% properness and 69.23% for vancomycin. For the duration of appropriate utilization, it was found that the most prolonged use was in patients given meropenem for 29 days, and the fastest use was a day for patients using vancomycin. Conclusion:Vancomycin, gentamycin, and meropenem had the appropriate dosage. However, discrepancies were still found in the indication and duration of the treatment using these antibiotics.Keywords: Vancomycin, gentamycin, meropenem, antibiotics
The profile of anxiety, stress, and depression among pharmacy students in Universitas Islam Indonesia Mutiara Herawati; Aldia Dwi Karinaningrum; Yosi Febrianti
Jurnal Ilmiah Farmasi 2022: Special Issue
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/jif.specialissue2022.art17

Abstract

Abstract Background: Implementation of the new curriculum is tiresome for both lecturers and students. Students who are passive and have limited cognitive abilities will feel depressed. This condition can cause anxiety leading to stress and ultimately depression. The enhancement of graduation standards for apothecary students rises the depression risk factors, especially for retaker students (students who do not pass the Indonesian Pharmacist Competency Exam).Objective: This study aimed to identify the level of anxiety, stress, and depression among undergraduate pharmacy and pharmacist profession students.Method: This study was a cross-sectional design that employed the students of undergraduate and apothecary programs. Respondents involved in this study were undergraduate students in the 2nd, 3rd, and 4th year (n=451) and professional students from batches 35, 36, and 37 (n=271). The DASS 42 questionnaire (Depression Anxiety Stress Scale) was used to identify depression. The data were analyzed descriptively.Result: The number of respondents who met the inclusion criteria was 668. Most undergraduate students had moderate levels of anxiety, normal stress, and normal depression, while apothecary students had normal profiles for all parameters.Conclusion: The various activities and pressure during the learning process triggered psychological disorders for only 5% of respondents.Keywords: Anxiety, stress, depression, DASS-42 Intisari Latar belakang: Implementasi kurikulum baru sangat menguras pikiran dan tenaga, baik dosen maupun mahasiswa. Bagi mahasiswa yang pasif dan memiliki kemampuan kognitif terbatas akan merasakan kondisi tertekan. Kondisi tersebut dapat menyebabkan kecemasan yang meningkat menjadi stress dan pada akhirnya depresi. Peningkatan standar kelulusan mahasiswa apoteker berpotensi meningkatkan faktor risiko kejadian depresi, terutama bagi mahasiswa retaker (mahasiwa yang tidak lulus Ujian Kompetensi Apoteker Indonesia). Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan, stress, dan depresi mahasiswa S1 farmasi dan profesi apoteker.Metode: Penelitian menggunakan rancangan cross-sectional kepada mahasiswa program studi farmasi dan profesi apoteker. Responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah mahasiswa strata pertama pada tahun ke-2,3, dan 4 (n=451) serta mahasiswa profesi angkatan 35, 36, dan 37 (n=271). Alat yang digunakan untuk mengidentifikasi depresi adalah kuesioner DASS 42 (Depression Anxiety Stress Scale). Data yang diolah secara deskriptif.Hasil: Jumlah responden yang sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 668. Mayoritas mahasiswa S1 memiliki profil tingkat kecemasan sedang, stress normal, dan depresi normal, sedangkan pada mahasiswa profesi apoteker memiliki profil tingkat kecemasan, stress, dan depresi normal. increaseKesimpulan: Dengan berbagai aktivitas dan tekanan selama proses pembelajaran, mayoritas mahasiswa tidak mengalami gangguan psikis, meskipun 5% diantaranya menyatakan mengalami gangguan.Kata kunci : Kecemasan, stress, depresi, DASS-42
Application of Spatial Regression Model for Modeling Measles Case in Indonesia Tuti Purwaningsih; Mutiara Herawati; Nanda Hadina Wijayanti
International Journal of Applied Business and Information Systems Vol. 2 No. 1 (2018)
Publisher : Association for Scientific Computing Electrical and Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (477.811 KB) | DOI: 10.31763/ijabis.v2i1.124

Abstract

Measles is also known as morbili in Latin and measles in English. Measles, in the past is considered as something that must be experienced by every child, they assume, that measles can heal itself if it was already out, so that children with measles do not need to be treated. This study examines the case of measles and the causes of measles. The variables used in the study were cases of measles (Y), population density (X1), immunization coverage (X2), average incidence (X3), and number of deaths (X4) in Indonesia covering all provinces. The study examined the pattern of spread, then given a SEM application to identify how much influence the measles factor can affect the case of measles in Indonesia. The results of the study show that Measles Cases in Indonesia have a regional grouping pattern. The modeling results using SEM show lambda and all significant variables. The SEM model produced AIC of 462,429 which was better than the regression of the SLM model with AIC of 467,499.
PENGARUH KONSELING OLEH APOTEKER TERHADAP TINGKAT KONTROL ASMA DAN KEPUASAN TERAPI INHALASI PASIEN ASMA RAWAT JALAN Mutiara Herawati; Lukman Hakim; I Dewa Putu Pramantara
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 3, No 4
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmpf.222

Abstract

Asma adalah gangguan peradangan kronis pada saluran pernafasan. Peradangan kronis pada saluran pernafasan yang hiperesponsif menyebabkan terjadinya obstruksi dan pembatasan aliran udara karena terjadinya bronkokonstriksi, gumpalan mukus, dan peningkatan peradangan ketika terjadinya pajanan terhadap faktor risiko. Terapi asma salah satunya menggunakan inhaler. Pasien tidak mungkin menggunakan inhaler dengan benar kecuali pasien menerima instruksi yang jelas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dengan adanya konseling, kepuasan dalam penggunaan inhaler dapat meningkatkan sehingga diharapkan dapat mengontrol gejala asma bagi pasien asma yang mendapatkan terapi inhalasi di poliklinik penyakit dalam rawat jalan RSUD Sleman dan RSUD Kota Yogyakarta. Penelitian ini melibatkan 75 pasien laki – laki dan perempuan berusia 18–70 tahun dengan berbagai macam latar belakang pendidikan, status pekerjaan, lamanya menderita asma, tingkat keparahan asma, dan penyakit penyertanya. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode consecutive sampling. Subjek dibagi menjadi 2 kelompok secara acak yaitu 38 pasien pada kelompok kontrol dan 37 pasien pada kelompok intervensi. Rancangan penelitian eksperimental yang dipakai adalah pretest-posttest with control group. Penilaian terhadap tingkat kontrol asma menggunakan kuesioner Asthma Control Test (ACT) dan kepuasan menggunakan kuesioner Feeling Satisfaction Inhaler-10 (FSI-10) akan dianalisis dengan Mann-Whitney test karena data tidak terdistribusi normal. Terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum konseling dan sesudahnya pada kelompok kontrol dan konseling dalam hal tingkat kontrol asma dan kepuasan terapi inhalasi. Perbedaan yang bermakna terhadap tingkat kontrol asma pasien persisten sedang (p=0,000) dan persisten berat (p=0,001) serta pada tingkat kepuasan pasien menggunakan inhalasi (p=0,000). Konseling dapat meningkatkan kontrol asma dan kepuasan terapi inhalasi yang lebih cepat dibandingkan tidak diberikan konseling. Kata kunci: asma, inhalasi, tingkat kontrol asma, kepuasan inhalasi
PENGGUNAAN ANTIBIOTIK RASIONAL PADA PASIEN PNEUMONIA DENGAN COVID-19 BERDASARKAN METODE GYSSENS DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA Lily Annisa; Mutiara Herawati; Adinda Millenia Nurlaela
Ibnu Sina: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan - Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara Vol. 24 No. 1 (2025): Januari 2025
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Islam Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30743/ibnusina.v24i1.736

Abstract

Penggunaan antibiotik mengalami peningkatan pada awal pandemi COVID-19. Antibiotik terutama digunakan pada kondisi COVID-19 dengan pneumonia. Tinginya peresepan antibiotik dapat meningkatkan resiko penggunaan antibiotik yang tidak rasional dan meningkatkan resistensi antibiotik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui rasionalitas penggunaan antibiotik yang digunakan pasien pneumonia dengan COVID-19. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-retrospektif, dengan menggunakan analisis kualitatif (metode Gyssens) selama periode Agustus 2020 – Juli 2021, di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 69 pasien yang memenuhi kriteria inklusi, dengan 252 peresepan antibiotik. Penggunaan antibiotik yang rasional (kategori 0) sebanyak 129 (51,19%); dosis yang tidak tepat (kategori IIa) sebanyak 11 (4,37%); interval tidak tepat (kategori IIb) sebanyak 4 (1,59%); durasi penggunaan yang terlalu lama (kategori IIIa) sebanyak 3 (1,19%); durasi penggunaan terlalu singkat (kategori IIIb) sebanyak 99 (39,29%); terdapat antibotik lain yang lebih efektif (kategori IVa) sebanyak 1 (0,4%); terdapat pilihan antibiotik lain yang lebih tidak toksik (kategori IVb) sebanyak 2 (0,79%); dan terdapat antibiotik dengan spektrum yang lebih sempit (IVd) sebanyak 3 (1,19%). Rasionalitas penggunaan antibiotik di RSUP Dr.Sardjito cukup baik mencapai 51.19% resep (kategori 0). Mayoritas ketidaksesuaian penggunaan antibiotik yaitu terkait durasi penggunaan obat yang terlalu singkat.
Microwave-assisted extraction and computational modelling of curcumin from turmeric (Curcuma longa) for sunscreen applications Salmahaminati, Salmahaminati; Muchtar, Khopipah; Fajarwati, Febi Indah; Herawati, Mutiara; Kesumawati, Ayundyah
Jurnal Ilmiah Pertanian Vol. 22 No. 2 (2025): Jurnal Ilmiah Pertanian
Publisher : Universitas Lancang Kuning

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31849/jip.v22i2.22693

Abstract

Excessive exposure to ultraviolet (UV) radiation from sunlight can cause skin damage, including premature aging, sunburn, and increased risk of skin cancer. While synthetic sunscreen agents are widely used, concerns over their long-term safety have driven interest in natural alternatives. In this study, curcumin was extracted from turmeric rhizomes (Curcuma longa) using microwave-assisted extraction (MAE) as a potential natural sunscreen. The highest yield was obtained using ethanol as solvent (5.5%), 100 watts of microwave power (5.7%), and solvent temperature of 50 °C (7.8%). Curcumin presence was confirmed by thin layer chromatography (TLC), with Rf values from 0.63 (methanol) to 0.82 (ethanol). Fourier transform infrared (FTIR) spectroscopy showed functional groups including O–H, C–H, C=C, C=O, and C–O, along with trans-C–H benzoate vibrations. ¹H-NMR spectra supported its presence, with chemical shifts at 3.80–3.92, 6.54–7.18, and 7.31–7.49 ppm. UV-Vis analysis revealed strong absorption in the UV-A region (320–420 nm), and DFT-based computational modelling showed peaks at 276 and 405 nm. These results highlight curcumin’s potential as a photoprotective agent, supporting safer, plant-based sunscreen formulations and offering a sustainable alternative for the cosmetic industry.