Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

EDUKASI GERAKAN LITERASI SEKOLAH MENUJU PROGRAM MERDEKA BELAJAR Meylani Aljeinie Tijow; Desy Anita Karolina Sembiring; Agnes Aryesam; Putri Ellen Gracia Risamasu
Abdimas Galuh Vol 4, No 2 (2022): September 2022
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/ag.v4i2.7989

Abstract

Gerakan literasi sekolah merupakan gerakan yang bertujuan untuk mengaktifkan budaya membaca dan menulis peserta didik di sekolah demi terlaksananya pembelajaran sepanjang hayat. Data yang diperoleh dari survei UNESCO bahwa 1 dari 1.000 masyarakat Indonesia yang melakukan kegiatan membaca secara serius. Melihat fakta itu, pemerintah di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayan, menetapkan suatu program yakni Merdeka Belajar. Program ini dijadikan sebagai momentum dalam memperkuat literasi, baik literasi membaca, maupun literasi teknologi. SD Negeri 2 Jayapura belum secara penuh membudayakan kegiatan literasi membaca 15 menit di sekolah. Diharapkan melalui kegiatan edukasi gerakan literasi sekolah, sekolah lebih melek dan berdaya dalam menerapkan kegiatan ini sebagai program wajib baca 15 menit untuk mempersiapkan diri menghadapi program Merdeka Belajar. Alat dan bahan yang digunakan adalah laptop, infocus, recorder, pengeras suara, baliho, serta materi pemaparan dari para narasumber. Metode yang digunakan adalah metode ceramah oleh tiga narasumber. Hasil yang ditemukan kegiatan sosialisasi ini adalah kepala sekolah memperoleh informasi dalam menyukseskan budaya baca kepada anak. Selain itu, diharapkan kegiatan ini dilaksanakan dalam jangka panjang, dengan menggunakan tiga tahapan, yakni pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran. Pihak sekolah juga menginginkan adanya kerja sama dengan kegiatan yang berbeda untuk memberikan insight kepada sekolah demi meningkatkan mutu pendidikan di SD Negeri 2 Abepura, Jayapura. Disarankan adanya kerja sama lebih antar pihak sekolah dan pihak eksternal sekolah, seperti dinas pendidikan ataupun penerbit buku untuk menambah beberapa jenis buku sebagai salah satu fasilitas sekolah guna mendukung kegiatan membaca 15 menit. Dan juga, dilakukan sosialisasi kepada orangtua agar memantau kegiatan membaca anak selama 15 menit di rumah.