Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

The Problem of Modern Man in Indonesia and Its Solution According to Seyyed Hossein Nasr Dedy Irawan
Kalimah: Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam Vol 20, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/klm.v20i2.8519

Abstract

Abstract The problem of modern man and Western civilization, have caused man in general to forget the nature of his life, particularly in Indonesia. Various kinds of damage, starting from theology, environment, sciences, and other aspects do not escape the consequences of modern man actions. Metaphysics and the real reality of God along with the development of technology, disappeared and replaced with false reality that will destroy the existence of human being itself. Many western scientists agree that human nature is increasingly shortened as modern science and technology evolve, which is empty of metaphysics recognition. Furthermore, modern man today only lives on the edge of his existence and the reality of nature. If they don’t immediately aware of this situation, they have pushed themselves to the brink of physical and spiritual extinction. This research tries to uncover some of Seyyed Hossein Nasr's criticisms and solutions to modern man problems in several aspects such as scientific errors, environmental crises, telology, and cosmology by using literature studies with descriptive analytical methods for general, and for Indonesian in particular. This research draws the following conclusions; First, to deal with the theological problems that deny God's reality, Nasr offered solutions to perennial philosophy and sufism. Second, in facing the mis-concept of the cosmos, Nasr made Islamic Cosmological doctrine as the key. Third, to deal with the worsening environmental crisis, Nasr invites people to make Nature as Sacred creation of God. And finally, the fourth, Nasr offers the concept of Sacred Science, as a solution to the degradation of metaphysical and spiritual values in modern science. Regarding that Indonesia is a big nation, Indonesia needs to apply the Nasr concept as a solution to the destruction of modern man.
Hamka's Critique on Sigmund Freud's Theory of Psychoanalytic Dedy Irawan; Fadhil Sofian Hadi; Usamah Abdurrahman
TSAQAFAH Vol. 19 No. 1 (2023): Tsaqafah Jurnal Peradaban Islam
Publisher : Universitas Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/tsaqafah.v19i1.8647

Abstract

AbstractThis paper is Hamka's critique of Sigmund Freud on psychoanalysis. For Freud, human life is driven by sexual desire from birth. With this, causing the loss of the divine nature in humans. Freud views the human soul as a creature that is only controlled by the sex libido which tends to be pessimistic. By using literature review and using qualitative data. The result found a different view with Hamka. Hamka denies that humans are only controlled by sexual libido. In his interpretation of al-Azharnya Hamka emphasized that in religion (Islam) humans were created by Allah with the best creature, both outward and inward form, body shape and life. Therefore Hamka explained that the soul (an-nafs) as the essence of human beings is divided into three parts. First, nafsul amarah bissiu’. Second, nafsul lawwamah, and nafsul mutmainnah. These three forms of an-nafs were never explained by Freud and even forgotten. On the other side, Freud views that religion is the cause of the emergence of neuroses that threaten human life. Therefore, Hamka emphasized that Freud's psychoanalysis was seen as not touching the aesthetic value (in) the human soul, thus creating arid mentality for humans.Keywords: Psychoanalysis, Sigmund Freud, mysticism, Hamka, Islam AbstrakMakalah ini merupakan kritik Hamka atas Sigmund Frued tentang psikoanalisah. Bagi Frued, manusia hidup di dorong oleh keinginan seksualnya sejak lahir. Dengan ini, menyebabkan hilangnya sifat ketuhanan dalam diri manusia. Frued memandang jiwa manusia sebagai makhluk yang hanya dikendalikan oleh libido sex yang cenderung pesimistis. Dengan menggunakan kajian pustaka dan menggunakan data kualitatif. Hasilnya ditemukan pandangan yang berbeda dengan Hamka. Hamka membantah bahwa manusia hanya dikendalikan oleh libido sex. Dalam tafsinya al-Azharnya Hamka mempertegas bahwa di dalam agama (Islam) manusia diciptakan oleh Allah dengan sebaik-baik bentuk, baik bentuk lahir maupun batin, bentuk tubuh dan nyawanya. Karenanya Hamka menjelaskan bahwa jiwa (an-nafs) sebagai esensi dari manusia menjadi 3 bagian. Pertama, nafsul amarah bissu’. Kedua, nafsul lawwamah, dan nafsul mutmainnah. Ketiga bentuk an-nafs tidak pernah dijelaskan oleh Frued bahkan terlupakan. Sehingga Frued memandang bahwa agama merupakan penyebab dari timbulnya neurosis yang mengancam kehidupan manusia. Karenanya, Hamka mempertegas bahwa psikoanalisah Frued dipandang tidak menyentuh nilai esetoris (dalam) jiwa manusia sehingga menciptakan kegersangan jiwa bagi manusia.     Kata kunci: Psikoanalisah, Sigmund Freud, tasawuf, Hamka, Islam
Melawan Sistem Keuangan dan di Balik Kehancuran Pasar Properti AS: Sebuah Kajian Moneter dalam Perspektif Islam Adriati Azizah Syafitri; Hilda Sanjayawati; Winda Silvi Dinillah; Dedy Hartanto Prastya Irawan
Jihbiz : Jurnal Ekonomi, Keuangan dan Perbankan Syariah Vol 7 No 2 (2023)
Publisher : Universitas Islam Raden Rahmat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33379/jihbiz.v7i2.2469

Abstract

Krisis properti yang terjadi di Amerika Serikat, ratusan berita juga sudah menjelaskan apa yang terjadi saat itu. Bencana runtuhnya keuangan Amerika Serikat melalui Pasar properti mendekat secara perlahan dan bertahap.  Obligasi aktif pada pinjaman hipotek tidak segera disusutkan hal ini terlihat dengan adanya beberapa runtutan penyebab tragedi keuangan. Pertama, pinjaman diharuskan untuk membayar dengan jumlah yang tidak tertahankan. Kemudian prosedur kebangkrutan telah dimulai setelah itu diikuti dengan properti peminjam yang pailit disiapkan untuk dijual.  Semua ini terjadi beberapa bulan saja (kondisi obligasi hipotek terjadi seperti penyakit lamat namun sangat berbahaya). Hal pertama yang harus dipahami ialah “leverage” yang merupakan biang permasalahannya. Hal kedua tentang historis kronologis yang diceritakan dalam film adalah penggunaan produk “Prime Mortgage”. Tiga puluh tahun yang lalu, sebagaimana film menceritakan bahwa investor hanya mempunyai peluang kecil terhadap investasi dan obligasi. Kemudian muncullah produk bernama “Prime Mortagage” Produk ini seperti kredit kepemilikan rumah. Orang-orang yang ingin membeli rumah bisa kredit kepada bank pemberi pinjaman.  Persoalan awal terjadi saat bank Investasi membeli (KPR) dengan harga yang sangat tinggi dengan harapan mendapatkan keuntungan serta bank mendapatkan pemasukan dari pembayaran angsuran oleh pemilik rumah. Namun bank menggunakan Leverage untuk membeli (KPR-nya).