Rika Hastuti Setyorini, Rika Hastuti
Unknown Affiliation

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

ANALISIS FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI KECACINGAN PADA MURID SEKOLAH DASAR DI SD NEGERI 27 MATARAM Bellany, Ni Wayan Septika Verga; Setyorini, Rika Hastuti; Prihatina, Lale Maulin
Jurnal Kedokteran Vol 6 No 3.1 (2017)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Infeksi kecacingan masih menjadi salah satu penyakit berbasis lingkungan yang menjadi masalah bagi kesehatan masyarakat di dunia, yang disebabkan oleh sejumlah cacing usus perut dengan penularan melalui tanah, atau biasa disebut dengan Soil Transmitted Helminths atau disingkat STH. Faktor-faktor yang memiliki hubungan erat dengan kejadian infeksi kecacingan pada anak SD adalah kebersihan perorangan, sanitasi lingkungan rumah dan sekolah, serta perilaku konsumsi obat cacing dalam enam bulan terakhir. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian infeksi kecacingan pada murid SD Negeri 27 Mataram. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Data diperoleh dengan melakukan pengisian kuesioner oleh siswa. Subjek penelitian adalah 86 murid kelas 3 hingga 6 SD Negeri 27 Mataram. Analisis data dilakukan dengan uji statistik Chi-Square. Hasil: Murid yang positif terinfeksi cacing sebanyak 7 orang. Spesies cacing yang paling banyak menginfeksi murid SD Negeri 27 Mataram adalah Trichuris trichiura yaitu sebanyak 5 anak, dan Hymenolepis nana sebanyak 2 anak. Faktor yang berhubungan dengan kejadian kecacingan ialah kebiasaan memakai alas kaki, sementara kejadian kecacingan tidak berhubungan dengan kebiasaan mencuci tangan, kebersihan kuku, kebiasaan mengkonsumsi obat cacing dalam 6 bulan terakhir, dan sanitasi lingkungan. Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan bermakna antara kebiasaan mencuci tangan, kebersihan kuku, konsumsi obat cacing dalam 6 bulan terakhir, dan sanitasi lingkungan sekolah dengan kejadian infeksi kecacingan, namun terdapat hubungan bermakna antara kebiasaan memakai alas kaki saat bermain atau keluar rumah dengan kejadian infeksi kecacingan di SD Negeri 27 Mataram.
Uji Tuberkulin pada Anak yang Memiliki Kontak Serumah dengan Penderita TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Gunungsari Setyorini, Rika Hastuti; Triani, Eva; Syari, Mayuarsih Kartika; Primayanti, Ika
Jurnal Kedokteran Vol 7 No 3 (2018)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Tuberkulosis (TB) masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di dunia, namun kurang mendapat prioritas dalam penanggulangannya. Dari 9 juta kasus baru TB di seluruh dunia, 1 juta kasus adalah anak usia<15 tahun. Dari seluruh kasus anak dengan TB, 75% didapatkan di 22 negara dengan beban TB tinggi (high burden countries), Indonesia sekarang berada pada ranking kedua negara dengan beban TB tertinggi di dunia. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan desain cross sectional. Populasi penelitian ini adalah anak usia 0-14 tahun yang memiliki riwayat kontak dengan penderita TB dewasa yang sedang menjalani terapi OAT baik fase awal maupun fase lanjutan yang terdaftar di Puskesmas Gunungsari sampai pada bulan September 2016. Populasi penelitian akan dijadikan sampel penelitian. Hasil Penelitian: Penelitian dilakukan pada 6 Desa di Kecamatan Gunungsari, yaitu Desa Sesela, Jatisela, Kekait, Midang, Tamansari, Gunungsari. Dari hasil penelitian didapatkan kontak penderita TB aktif sejumlah 29 orang dengan hasil BTA positif dan pengobatan OAT Kategori 1 pada semua kontak. Terdapat 6 orang anak terinfeksi Tuberculosis, 12 orang tidak terinfeksi Tuberculosis dan 2 orang anak tidak dapat dievaluasi. Kesimpulan: Dari penelitian di dapatkan 6 orang anak terinfeksi Tuberculosis, 12 orang tidak terinfeksi Tuberculosis dan 2 orang anak tidak dapat dievaluasi.