Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Karakteristik Minuman Sinbiotik Soyghurt Kedelai Kuning (Glycine max ) dan Kedelai Hitam (Glycine soja L.) dengan Penambahan Inulin pada Konsentrasi yang Berbeda Subhi Nur Faiz; Arif Prashadi Santosa; Dini Nur Afifah; Agus Mulyadi Purnawanto
Proceedings Series on Physical & Formal Sciences Vol. 4 (2022): Prosiding Seminar Nasional Fakultas Pertanian dan Perikanan
Publisher : UM Purwokerto Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pspfs.v4i.529

Abstract

Minuman sinbiotik merupakan minuman yang mengandung bakteri probiotik sekaligus prebiotik sebagai substrat bakteri probiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis kedelai, konsentrasi inulin dan interaksi yang berpengaruh terhadap karakteristik proksimat dan organoleptik sinbiotik soyghurt. Penelitian dilakukan di Laboratorium Agroteknologi dasar Fakultas Pertanian dan Perikanan Universitas Muhammadiyah Purwokerto mulai bulan april hingga juni 2022. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap ( RAL ) yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama jenis kedelai: Kedelai kuning (Glycine max) tidak dikupas (K1), kedelai kuning (Glycine max) dikupas (K2), kedelai hitam (Glycine Soja L.) dikupas (K3) dan kedelai hitam (Glycine Soja L.) tidak dikupas K4. Faktor kedua konsentrasi Inulin: 0% (I0), 3% (I1), 5% (I2), dan 7% (I3). Variabel pengamatan pengukuran pH, kadar air, kadar protein, kadar abu, kadar karbohidrat, kadar lemak, kadar serat, uji viabilitas bakteri asam laktat, aktivitas antioksidan dan organoleptik. Hasil penelitian menunjukkan jenis kedelai hitam tidak dikupas (K4) memiliki karakteristik proksimat dan organoleptik yang paling baik dan memiliki nilai berturut-turut yaitu pH 4,48, kadar air 86,35, protein 7,03, karbohidrat 5,44, lemak 1,01, serat 9,44, antioksidan 47,71, warna 4,15 (Netral) dan keseluruhan 4,45 (Netral). konsentrasi inulin 7% memiliki karakteristik proksimat dan organoleptik yang paling baik memiliki nilai berturut-turut yaitu pH 4,32, kadar air 83,54, protein 4,58, karbohidrat 10,87, lemak 0,84, serat 8,38, BAL 23,50x108 CFU/ml dan rasa 4,36 (Netral). Interaksi K4I3 (kedelai hitam tidak dikupas) antara jenis kedelai dan konsentrasi inulin berpengaruh terhadap karakteristik proksimat dan organoleptic memiliki nilai berturut-turut yaitu pH 4,30, kadar air 84,29, protein 6,29, kadar abu 0,21, karbohidrat 8,32, lemak 0,89, serat 12,39, BAL 25x108 CFU/ml, antioksidan 50,93, warna 3,95 (Netral), aroma 4,5 (Netral), rasa 4,4 (Netral), Kelembutan 4,3 (Netral) dan keseluruhan 4,25 (Netral).
Peningkatan Jiwa Wirausaha Ibu-Ibu PKK Desa Kalitapen Melalui Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik Cair Anwar Ma'ruf; Neni Damajanti; Endar Puspawiningtiyas; Dini Nur Afifah
JPPM (Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat) VOL. 7 NOMOR 1 MARET 2023 JPPM (Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/jppm.v7i1.16938

Abstract

Desa kalitapen adalah desa yang masyarakatnya mengandalkan ekonomi dari sistem pertanian, perdagangan dan penderes gula kelapa. Salah satu pusat perdagangan di desa Kalitapen adalah Pasar Desa Kalitapen. Keberadaan pasar di desa Kalitapen salah satu sisi dapat meningkatkan perekonomian masyarakat, akan tetapi pada sisi lain menghasilkan limbah berupa sampah. Sampah yang dihasilkan dari pasar sebagian besar merupakan limbah organik dari sisa sayuran dan buah-buahan. Sampah organik dari pasar ini belum dimanfaatkan secara optimal. Sampah organik dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan pupuk organik cair (POC). Berdasarkan pertimbangan inilah, perlu dilakukan pelatihan bagi ibu-ibu PKK di desa Kalitapen tentang pembuatan POC dari limbah organik pasar. Pelatihan ini dilakukan dalam dua tahapan, yaitu pemberiaan materi pembuatan POC dan praktek pembuatan POC. Hasil pelatihan pembuatan POC dari sampah organik bagi Ibu-ibu PKK desa Kalitapen menunjukkan bahwa peserta dapat memahami proses pembuatan POC dengan tingkat pemahaman 95% dan 100% peserta dapat melakukan praktek pembuatan POC dari sampah organik. Pelatihan ini dapat dijadikan peluang usaha bagi masyarakat Kalitapen dalam memanfaatkan sampah organik dan meningkatkan perekomomian masyarakat.
Pelatihan Pengembangan Produk Yoghurt Susu Kambing bagi Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Bawang-Banjarnegara Puput Wahyu Nita Savitri; Nur Hajidah Salsabila; Arjunaatha Tyaga Naryamajatti; Darda Ibrahim; Gita Ayu Lestari; Wulan Yulia Eka Saputri; Adam Mufarij; Annisa Agustina Vivianti; Dini Nur Afifah
E-Dimas: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol 15, No 2 (2024): E-DIMAS
Publisher : Universitas PGRI Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26877/e-dimas.v15i2.16571

Abstract

Desa Bawang termasuk ke dalam daerah administratif Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara. Salah satu permasalahan penting yang diangkat dalam kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini (PkM) adalah tingginya angka pengangguran. Data survei menunjukkan bahwa sebanyak 275 orang belum bekerja dan 237 lainnya memilih menjadi rumah tangga. Salah satu penyebab tingginya kasus pengangguran di Desa Bawang adalah keterbatasan peluang kerja di Banjarnegara, sehingga persaingan dunia kerja menjadi sangat ketat. Melihat pada kondisi tersebut, maka penciptaan peluang kerja baru dapat dipandang sebagai salah satu upaya yang tepat untuk mengurangi angka pengangguran di Desa Bawang. Dalam kegiatan PkM ini, diusulkan pengembangan produk usaha berupa yoghurt susu kambing. Pemilihan susu kambing sebagai bahan baku didasarkan pada fakta bahwa terdapat kelimpahan bahan baku susu kambing di Desa Bawang. Selama ini anggota koperasi peternak kambing Bima Lukar mampu memproduksi susu dengan kapasitas 20L/hari, hanya saja masih terdapat keterbatasan dalam teknologi penyimpanan dan pengolahan. Melihat hal tersebut, maka pemanfaatan susu kambing sebagai yoghurt diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi anggota koperasi peternak kambing perah dalam penyediaan alternatif model penyimpanan susu dengan teknik fermentasi sekaligus meningkatkan keterampilan anggota koperasi dan KWT Desa Bawang (Srikandi, Bawang Ceria, Berkah Jaya) dalam diversifikasi produk usaha berbahan dasar susu kambing. Transfer informasi, pengetahuan, dan teknologi pada kegiatan PkM dilakukan dengan metode simulasi ipteks mengenai produksi yoghurt dari susu kambing dengan teknik fermentasi. Pelaksanaan PkM dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama adalah workshop ekonomi kreatif untuk meningkatkan antusiasme masyarakat dalam kegiatan berwirausaha. Sesi kedua adalah praktek produksi yoghurt. Hasil evaluasi dalam bentuk pre test,  post test, dan kuisioner menunjukkan bahwa terdapat peningkatan minat berwirausaha dari kelompok sasaran dengan ragam antara 19-40%. Keterampilan masyarakat sasaran dalam pengolahan susu kambing meningkat sebanyak 38.63%.
Pelatihan Sistem Jaminan Produk Halal Bagi Kelompok Usaha Mikro Kecil Menengah Banyumas Dini Nur Afifah; Regawa Bayu Pamungkas; Istianah -; Arif Mulyanto
Jurnal Pengabdian Teknik dan Sains (JPTS) Vol 3, No 1 (2023): Januari 2023
Publisher : Lembaga Publikasi Ilmiah dan Penerbitan (LPIP)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/jpts.v3i01.14805

Abstract

Indonesia telah mencanangkan program sertifikasi halal sejak tahun 2014. Program ini dimaksudkan untuk  memberikan kepastian kehalalalan sehingga konsumen muslim terhindar dari produk haram. Ketentuan mengenai jaminan halal tercantum dalam undang undang Nomor 33 tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal (JPH). Dalam Undang-undang tersebut ditegaskan bahwa produk yang masuk, beredar, dan diperdagangkan di Indonesia wajib bersertifikasi halal (Pasal 4), oleh karena itu pemerintah bertanggung jawab dalam menyelenggarakan JPH (Pasal 5). Selanjutnya, kebijakan tentang halal dikuatkan dan dimudahkan  pelaksanaannya  melalui UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Semua produk yang beredar di Indonesia wajib bersertifikat halal pada tahun 2024. Melalui kedua undang-undang tersebut dapat dipahami bahwa produk pangan yang bersertifikasi halal memiliki potensi pasar yang lebih luas dibanding produk yang belum bersertifiaksi halal. Selain perusahaan besar, produk makanan dan minuman yang beredar di Indonesia juga diproduksi oleh usaha kecil mikro kecil dan menengah (UMKM). Usaha kecil mikro kecil dan menengah (UMKM) merupakan jenis usaha yang terbukti sangat kokoh menghadapi berbagai goncangan ekonomi. Pemulihan ekonomi nasional secara cepat dapat dilakukan dengan menggulirkan kembali roda UMKM.  Berdasarkan data yang terhimpun di Asosiasi Pengusaha Mikro Kecil dan Menengah Banyumas (ASPIKMAS), jumlah pengusaha UMKM di Banyumas mencapai kurang lebih 3500 orang. Jumlah ini menghasilkan produk makanan dan minuman yang cukup banyak. Sebagian kecil produk sudah memiliki sertifikat halal dari MUI, namun sebagian besar dari produk makanan dan minuman yang dipasarkan saat ini belum mendapatkan sertifikat halal dari BPJPH. Kendala utama dari permasalahan ini adalah, umumnya anggota ASPIKMAS belum memiliki wawasan yang cukup mengenai ruang lingkup kegiatan yang dapat memudahkan untuk mendapatkan sertifikasi halal.  Beberapa upaya telah dilakukan Asosiasi dalam membina anggota melalui pertemuan dan kegiatan pelatihan rutin. Namun demikian karena jumlahnya yang banyak dan tersebar, maka masih dipandang perlu untuk melakukan kolaborasi dengan institsusi pendidikan agar akselerasi pembinaannya semakin cepat. Oleh karena program IbM ini bekerjasama dengan ASPIKMAS mengadakan kegiatan pelatihan sistem jaminan produk halal. Hasil evaluasi kegiatan IbM menunjukkan bahwa pelatihan dapat meningkatkan kemampuan UMKM dalam menyusun sistem jaminan produk halal. Hal ini dapat dievaluasi dari peningkatan hasil rata-rata post-test yang mencapai 81 poin. Nilai ini naik 31 % dibandingkan sebelum peserta mengikuti pelatihan.
Sosialisasi Titik Kritis Halal Pangan Cepat Saji Bagi Kader IMM Kabupaten Banyumas Dini Nur Afifah; Regawa Bayu Pamungkas; Neni Damajanti; Arif Prashadi Santosa
Jurnal Pengabdian Teknik dan Sains (JPTS) Vol 2, No 2 (2022): Juli 2022
Publisher : Lembaga Publikasi Ilmiah dan Penerbitan (LPIP)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/jpts.v2i02.13974

Abstract

Islam mengajarkan umatnya untuk senantiasa memperhatikan jenis makanan yang dikonsumsinya. Berkaitan dengan makanan, dikenal istilah halal dan tayib. Halal tersebut berarti segala sesuatu yang diperbolehkan untuk dimakan menurut hukum Islam, sedangkan tayib berarti segala sesuatu yang aman untuk dikonsumsi, bersih, menyehatkan dan bermutu. Jaminan produk halal di Indonesia diatur dalam undang undang Nomor 33 tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal (JPH). Melalui undang-undang tersebut maka dapat diketahui bahwa produk pangan yang bersertifikasi halal memiliki pasar yang lebih luas dibanding produk yang belum bersertifiaksi halal. Penerbitan sertifikat halal didahului dengan adanya audit. Namun sayangnya tahapannya memerlukan proses yang cukup rumit dan memerlukan ketelitian, sehingga masih banyak produk pangan yang belum bersertifikasi halal. Langkah antisipasi konsumsi makanan non halal oleh kelompok mitra yang ditawarkan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah dengan memberikan sosialisasi mengenai titik kritis bahan pangan. Transfer pengetahuan dilakukan dengan sosialisasi daring dan pembuatan poster mengenai tema terkait. Hasil evaluasi kegiatan menunjukkan bahwa kegiatan sosialisasi mengenai titik kritis pada produk pangan cepat saji meningkatkan pemahamaman kelompok mitra terhadap halal dan haram dari produk makanan. Berdasarkan hasil analisis nilai pre test dan post test diketahui bahwa terjadi peningkatan pemahamaan kelompok mitra terhadap isi materi menajdi 81,33% (baseline nilai ≥60). Hal ini meningkat cukup pesat dibandingkan sebelum dilakukan penyuluhan yang hanya berkisar 32,06%.
Optimasi Delignifikasi Kulit Singkong (Manihot Esculenta) Dengan Pelarut Basa NaOH Menggunakan Metode Response Surface Methodology (RSM) Dini Nur Afifah; adam mufarij; Tantri Analisawati sudarsono; Ardi Wiranata
Techno (Jurnal Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto) Vol 25, No 1 (2024): Techno Volume 25 NO.1 April 2024
Publisher : Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/techno.v25i1.19540

Abstract

Kulit singkong (Manihot esculenta) merupakan bagian tubuh tumbuhan singkong yang cenderung menjadi limbah karena mengandung sianida yang hingga 618.2 mg/Kg. Dalam rangka mengurangi potensi pencemaran limbah kulit singkong maka digali potensi yang terkandung di dalamnya. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa kulit singkong dapat mengandung selulosa hingga 33%. Adanya kondisi tersebut menyebabkan terbukanya peluang kebermanfaatan kulit singkong sebagai sumber selulosa yang dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi material biopolymer ramah lingkungan. Tantangan pengembangan material berbasis selulosa dari limbah pertanian adalah adanya struktur lignoselulosa yang menghambat penetrasi reagen kimia. Oleh karenanya perlu dilakukan proses delignifikasi untuk memecah struktur lignoselulosa, sehingga menurunkan kadar lignin. Pada penelitian ini proses delignifikasi dilakukan dengan metode alkali dengan basa NaOH. Optimasi proses dengan melibatkan variabel terikat berupa konsentrasi NaOH (%), rasio solid/liquid(S/L), waktu (menit) dan suhu (°C) dilakukan dengan metode Response Surface Methodology (RSM) model Central Composite Design. Hasil analisis desirability mendapatkan kondisi optimum delignifikasi kulit singkong dengan pelarut basa NaOH, yaitu: konsentrasi NaOH 8.14%, rasio S/L 6.6, suhu reaksi sebesar 90°C dan lama reaksi selama 111 menit. Proses delignifikasi dengan kondisi tersebut diprediksi akan menghasilkan serbuk kulit singkong dengan kadar selulosa, hemiselulosa, dan lignin berturut-turut sebesar 68.27%; 6.21%; 0.98%.