Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

KONFLIK PEMERINTAH ACEH DAN PEMERINTAH PUSAT PASCA MOU HELSINKI : SELF-GOVERNMENT BASRI, HASAN
Politika: Jurnal Ilmu Politik Vol 5, No 1 (2014): Politika: Jurnal Ilmu Politik
Publisher : Program Magister Ilmu Politik, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (411.256 KB) | DOI: 10.14710/politika.5.1.2014.88-199

Abstract

After the signing of Helsinki MoU between GAM and the Republic of Indonesia, Aceh started running the the Law on Governing Aceh, which is the implementation of an Helsinki MoU agreement. Aceh's provincial parliament political elite which the majority of both ex-combatants want to make Aceh a self-government (self-government) which has occurred in Aceh. But do not actually done by a political elite which led to the central limit the authority of Aceh Aceh. Aceh Government continues to urge of the Central Government to yourself Gavernment in Aceh. This is unlikely to happen, as opposed to the constitution. Center only give special autonomy similar to which previously granted to Aceh Indonesia. This conflict occurs between of the Central Government and the Government of Aceh.
IMPLEMENTASI PELAYANAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DI KECAMATAN SYIAH UTAMA KABUPATEN BENER MERIAH MUHSIN EFENDI; HASAN BASRI; SUBHAN AB
JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA Vol 2 No 11 (2021): INTELEKTIVA : JURNAL EKONOMI, SOSIAL DAN HUMANIORA (EDISI - JUNI 2021 )
Publisher : KULTURA DIGITAL MEDIA ( Research and Academic Publication Consulting )

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan Penelitian untuk menkaji Implementasi pelayanan Program Keluarga Harapan dan hambatan dalam implentasi pelayanan program keluarga harapan di Kecamatan Syiah Utama. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi pelayanan program keluarga harapan (PKH) di Kecamatan Syiah Utama Kabupaten Bener Meriah, dapat dilihat dari proses sosialisasi hingga distribusi dana PKH yang dilakukan oleh pendamping. Keberhasilan sosialisasi akan terlihat apabila masyarakat ikut berpartisipasi dalam menyukseskan kebijakan pemerintah, pendisrtibusian dana PKH kepada peserta program PKH, dilakukan pula di sekolah-sekolah yang letaknya strategis yang bisa terjangkau oleh Penerima PKH. Sedangkan faktor penghambat dalam implementasi PKH adalah adanya pendampingan sehingga dana yang digunakan tidak terkontrol apakah digunakan untuk semestinya, lokasi yang harus didampingi yaitu para rumah tangga sangat miskin (RTSM) yang menjadi peserta program keluarga harapan (PKH) tempat tinggal dianggap terlalu jauh dan tidak kejangkau oleh pendamping. sehingga pendamping mengaku kurang maksimal dalam melakukan pendampingan, pada saat proses penerimaan yang memakan waktu cukup lama, penerimaan dilakukan tiga bulan sekali, kemudian penerima yang banyak sehingga harus mengantri berjam-jam. Perlu dilakukan evaluasi pada kinerja pendamping,agar terjadi perbaikan pendampingan secara konsisiten. Perlu adanya pelatihan pemberdayaan kepada pendamping agar lebih siap melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pendamping yang professional. Sehingga bisa mengentaskan kemsikinan di masyarakat sesaui tujuan program PKH. Tim pendamping atau petugas PKH perlu melakukan pengawasan dan pemahaman kepada RTSM agar dana tunai yang diterima dari program PKH bisa digunakan sesuai ketentuan PKH.
STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK DPD PARTAI GOLKAR PADA PEMILU LEGISLATIF ACEH TENGAH 2019 Basri, Hasan
Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 10, No 1 (2021): June 2021
Publisher : Master of Communication Science Program, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/interaksi.10.1.22-32

Abstract

This research focuses on the political communication strategy of the Golkar DPD in the 2019 Central Aceh legislative elections. A political communication strategy is very important for a political party that wants to attract sympathy to get people's approval. This study adopts a qualitative approach that describes and explains the political communication strategy of the Golkar legislative electoral council. Golkar as one of the parties involved in the competition and winning the 2019 Central Aceh Pilkada won four DPRK seats. The political communication strategy carried out by Golkar in winning the 2019 Election is for Golkar to listen to and convey the aspira-tions of the people. The political communication strategy implemented by the Golkar party in the legislative elections is structured communication from the central leader-ship to cadres in rural areas so that political messages can be conveyed equally, in the face of the 2019 legislative elections, Golkar provides information to people who have the right to vote, educate the public, accommodate the aspirations of the commu-nity, and socializing aimed at the government and other political institutions, the board of DPD Golkar to convey all forms of work programs to the public, as a means of party political communication such as providing information to the mass media. People who do not receive messages and do not want to communicate with Golkar party cadres because they are not interested in political activities, people who are more interested in political manipulation, and people who already have candidates from close relatives.
Ethics Political Communication Using Gayo Cultural System Approach (edet gayo) Basri, Hasan; Efendi, Muhsin
Jurnal Politik Indonesia: Indonesian Political Science Review Vol 6, No 2 (2021): In progress (August 2021)
Publisher : Political Science Program, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/ipsr.v6i1.29510

Abstract

Ethics political communication used in the order in the government presented opinion or advice necessary keep a message manners according to customs culture gayo have separate ethics had meaning very important. Ethics political communication by the government to the society will affect any good; on the contrary, political communication also to the government will feed into aspects in improving the good order. Ethics political communication community groups as expressing an opinion society organizations politely and mannered use gayo culture and so is government response in accommodating the aspirations of the organizations. District of Aceh central gayo occupying an integral part of Indonesia. Those who have the character and values of the specific customs and culture of Indonesian society in general. The gayo customs and cultural values make the values of the Gayo customary philosophy in everyday life. The system of cultural values of the gayo community at events contains knowledge, beliefs, values, religion, norms, rules, and laws that become a reference for behavior in community life, the philosophical values of the gayo community, cannot be separated from the customs/culture of the gayo community as;  Genap mupakat (democracy), amanat (integrity), tertip (orderly rules), alang tulung beret bantu (mutual help), gemasih (affection), setie (loyal), bersikekemelen (competing), dan mutentu (effective). Courteousness in conveying aspirations and opinions to the government and the government to the community must have politeness ethics in political communication to avoid inconsistencies and insecurity between the people and the government in Central Aceh
Internalisasi Makna Komunikasi Gerakan Tari Guel Sanggar Sekolah Menengah Pertama Swasta Budi Dharma Subhan AB; Hasan Basri
JURNAL SIMBOLIKA: Research and Learning in Communication Study (E-Journal) Vol 7, No 2 (2021): JURNAL SIMBOLIKA OKTOBER
Publisher : Universitas Medan Area

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31289/simbollika.v7i2.5833

Abstract

Internalisasi makna komunikasi dalam gerakan tari guel pada sanggar tari Sekolah Menengah Pertama Swasta Budi Dharma di Kabupaten Aceh Tengah. Penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui internalisasi makna komunikasi yang apa pada gerakan tari guel. Metode yang digunakan adalah metode deskrptif dan jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa adanya pemasukan makna komunikasi yang disampaikan melalui gerakan-gerakan yang ada dalam tari guel. Makna komunkasi dalam tari guel disampaikan melalui gerakan dimulai dengan gerakan munatap, redep, ketibung, kepur nunguk, sengker kalang, seneng lintah dan yang terakhir adalah gerakan cicang nangka. Tari guel yang merupakan tarian asal Daerah Gayo merupakan gambaran sejarah dan wujud kebudayaan yang mengandung makna dalam tarian tersebut. Setiap gerakan mengadung makna tersendiri dan semoga tari guel akan terus dilestarikan oleh generasi penerus khususnya  pemuda Daerah Gayo. Kesimpulan yang diperoleh bahwa internalisasi makna komunikasi yang mempengaruhi sikap melalui gerakan tubuh pada saat menari tarian geul.
Accountability of the 2020 Village Fund Allocation Management (Alokasi Dana Kampung) in Arul Pertik Village, Central Aceh Regency, Indonesia Hasan Basri; Muhsin Efendi
TRANSFORMASI: Jurnal Manajemen Pemerintahan TRANSFORMASI: Jurnal Manajemen Pemerintahan-Volume 13 Nomor 1 Tahun 2021
Publisher : Institut Pemerintahan Dalam Negeri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33701/jtp.v13i1.1574

Abstract

In Indonesia, the central government provides Village Fund Allocation (VFA) to improve welfares in villages. This process, with its regulation, is known as alokasi dana kampung in Aceh province. However, irrespective of this implementation, the community's welfare is still not met, leading to the inability to meet management accountability. This study was carried out in Arul Pertik Village, using the qualitative method with a descriptive approach. The result showed that the VFA management team is open to accepting suggestions and advice during the planning and implementation process. VFA management in Arul Pertik tends to respect community participation, as seen from the number of participants in the development and implementation of the physical realization process. This is also in addition to the accountability report (LPJ), irrespective of the technical obstacles in the report. In conclusion, although the Management of Village Fund Allocation is quite good, it needs more extra guidance and supervision from the local government and the community. Keywords: Accountability; Village fund allocation; Village Fund Management, Arul Pertik Village.
EKSISTENSI SANKSI ADAT JERET NARU DALAM MASYARAKAT GAYO DI KABUPATEN ACEH TENGAH Achmad Surya; Hasan Basri
Masalah-Masalah Hukum Vol 49, No 4 (2020): MASALAH-MASALAH HUKUM
Publisher : Faculty of Law, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/mmh.49.4.2020.359-368

Abstract

Masyarakat Gayo merupakan salah satu suku yang berada di Kabupaten Aceh Tengah dimana masyarakatnya masih memegang teguh hukum adat. Tindak pidana perzinaan dalam masyarakat adat Gayo merupakan perbuatan sumang (tabu) dan sangat ‘aib. Sanksi yang dijatuhkan kepada seseorang karena terlibat dengan perbuatan zina dan perkawinan satu kampung adalah sanksi adat “Jeret Naru” (Kuburan Panjang) yang berarti pelakunya dianggap hilang, terbuang, dari kampung asalnya. Jenis penelitian ini yuridis empiris dengan memadukan sumber data primer dan data sekunder yang selanjutnya dianalisis secara deskriktif kualitatif. Hasil penelitian eksistensi sanksi adat Jeret Naru pada masyarakat Gayo di Kabupaten Aceh Tengah yaitu di Kampung Linge dan Kampung Asir-Asir masih tetap dipertahankan. Kedua, Kedudukan sanksi adat Jeret Naru perspektif hukum pidana tidak bertentangan dan keberadaan sanksi adat Jeret Naru dapat mengisi kekosongan hukum yang tiada bandingannya di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
PROFESIONALITAS DAN AKUNTABILITAS APARATUR DALAM PELAKSANAAN ALOKASI DANA KAMPUNG Hasan Basri
Jurnal Kebijakan Publik Vol 12, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46730/jkp.12.1.p.11-18

Abstract

Undang-Undang  Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, desa diberi kewenangan dari pemerintah pusat, supaya daerah mampu mengatur dan mengembangkan daerahnya sendiri dengan pemanfaatan sumber daya yang tersedia baik itu sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Tujuan penelitian ini untuk Mengetahui profesionalitas  dan Akutanbilitas aparatur kampung dalam pelaksanaan alokasi dana kampung di Kampung Bener Ayu Kecamatan Wih Pesam Kabupaten Bener Meriah. Metode penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif diskriptif. Teknik pengumpulan data dengan observasi dan wawancara, hal ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. peneliti melakukan wawancara kepada informan terkait pelaksanaan alokasi dana kampung. Hasil penelitian menunjukan, profesionalitas aparatur kampung dalam pelaksanaan alokasi dana kampung di Kampung Bener Ayu Kecamatan Wih Pesam Kabupaten Bener Meriah, yang diukur melalui indikator yang menentukan profesionalitas dapat dikatakan sudah terpenuhi walaupun belum maksimal. Pada disiplin kerja dapat dikatakan kurang terpenuhi dan perlu dilakukan perbaikan. Mengenai akuntabilitas aparatur kampung dalam pelaksanaan alokasi dana kampung di Kampung Bener Ayu, yang diukur melalui lima indikator yang menentukan dapat dikatakan terlaksana dengan baik secara keseluruhan. Hanya saja penerapan good governance yang belum maksimal dengan tidak dilibatkannya pihak swasta dalam pelaksanaan alokasi dana kampung di Bener Ayu.
PENERAPAN PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PEMERINTAHAN YANG BAIK (GOOD GOVERNANCE) Junardi Junardi; Hasan Basri; Sabirin Sabirin
Saraq Opat: Jurnal Administrasi Publik Vol 4 No 1 (2022): Januari : Saraq Opat: Jurnal Administrasi Publik
Publisher : Universitas Gajah Putih

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (388.54 KB) | DOI: 10.55542/saraqopat.v4i1.119

Abstract

Penelitian ini bertujuan Untuk Mengetahui Penerapan Pelayanan Administrasi Terpadu Di Kantor Kecamatan Pegasing Sebagai Upaya Mewujudkan Pemerintahan Yang Baik (Good Governance dan menjelaskan Kendala Penerapan Pelayanan Administrasi Terpadu Di Kantor Kecamatan Pegasing Sebagai Upaya Mewujudkan Pemerintahan Yang Baik (Good Governance. Adapaun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, studi pustaka dan observasi. Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan pelayanan administrasi terpadu di Kantor Kecamatan Pegasing Kabupaten Aceh Tengah secara umum mengacu pada prinsip-prinsip good governance yakni dengan berdasar pada prinsip kepastian hukum, akuntabilitas, transparasi/keterbukaan dan profesionalisme. Inovasi yang ada dalam PATEN yakni dengan menerapkan pelayanan dengan system informasi manajemen. Kelebihan dari pelayanan administrasi terpadu ini yakni pelayananya yang cepat, mudah dan murah. Kelemahan dari program ini yakni kurangnya personil petugas pelayanan. Kesimpulan(1) Penyelenggaraan pelayanan administrasi terpadu di Kantor Kecamatan berdasarkan pada prinsip-prinsip goodgovernance, (2) Pelayanan administrasi terpadu di Kantor Kecamatan Pegasing diselenggarakan dengan menerapkan pelayanan dengan system informasi manajemen (3) Sisi kelebihan dari penyelenggaraan pelayanan yakni dari segifasilitas yang sudah sangat lengkap dan kekuranganya yaitu kurangnya koordinasi pembagian tugas sehingga beberapa loket tidak dijaga oleh petugas. Kata Kunci: Penerapan, Pelayanan. PATEN, Governance
EVALUASI PROGRAM PENGGEMUKAN SAPI DI KECAMATAN LINGE KABUPATEN ACEH TENGAH Nanda Zunafriesma; Hasan Basri; Achmad Surya
Dialogue : Jurnal Ilmu Administrasi Publik Vol 4, No 1 (2022)
Publisher : Magister Administrasi Publik, FISIP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/dialogue.v4i1.13609

Abstract

Through the Qanun of Central Aceh Regency Number 6 of 2013, the Ketapang Nusantara Integrated City Area (KTM) was established in Linge District, Central Aceh Regency. Beef cattle fattening farm program in 2013. This study aims to evaluate the cattle fattening program in Ketapang Nusantara. This type of research is descriptive qualitative. The informants of this research include the Head of the Dians Animal Husbandry, Central Aceh Regency, Cattle Cattle Group in Linge District, Central Aceh Regency, the community and related stakeholders. The results showed that the cattle fattening program could be said to be ineffective as a whole because the fulfillment of meat needs was still in the district of Central Aceh, while the objective of the program was based on regulations, namely meeting the needs of beef in the Special Province of Aceh. Besides that, some of the obstacles faced are natural factors, not being able to provide pasture to meet the quantity of animal feed, because some areas have land contours that are dominant with rocks. Behavior factors of human resources, lack of innovation and creativity of breeders in managing their farms. As well as the Organizational Commitment Factor, the weak commitment of the Department of Agriculture in coordinating and collaborating with related parties. The recommendations formulated include the need for partnerships with academics, improved coordination with agencies related to the cattle fattening program, and there needs to be a search for more supportive livestock locations.