Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

IbM PENINGKATAN KOMUNIKASI ORGANISASI PADA MDMC KABUPATEN BANYUMAS Ugung Dwi Ario Wibowo; Pambudi Rahardjo
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LPPM UMP Vol 1 (2019): PROSIDING SEMINAR NASIONAL LPPM UMP 2019
Publisher : Lembaga Publikasi Ilmiah dan Penerbitan (LPIP)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1003.467 KB)

Abstract

Peningkatan kemampuan komunikasi dalam organisasi akan membantu dalam perilaku kerja organisasional, terutama sebagai pengurus/manajerial organisasi sekaligus dalam suatu program di lapangan kebencanaan pada saat menjadi relawan bencana. Berdasarkan interview dan observasi terhadap ketua MDMCKabupaten Banyumas dan para pengurus, menunjukkan bahwa komunikasi organisasi merupakan salah satu aspek psikologis dan organisasional yang perlu ditingkatkan dalam bekerja, selain kemampuan berorganisasi dan kompetensi sebagai relawan. Pelatihan Komunikasi Organisasi pada 62 pengurus MDMC Kabupaten Banyumas. Metode pelaksanaan IbM ini yaitu: (1) Analisis Kebutuhan Pelatihan dengan wawancara formal; (2) Pelaksanaan Pelatihan, dengan metode ceramah, diskusi, worksheet, dan relaksasi; dan (3) Evaluasi Kegiatan, denganpelaksanaan selama 4 bulan, dimulai persiapan, pelaksanaan, evaluasi, hingga pembuatan laporan akhir. Materi yang diberikan: (1) mengenal konsep ”self” pada organisasi; (2) konsep dasar dan pemahaman komunikasi dalam organisasi; (3) Pengembangan komunikasi organisasi di MDMC; dan (4) Implementasi komunikasiorganisasi sesuai dengan bidang/pekerjaannya dalam rangka untuk menguatkan produktivitas organisasi. IbM Peningkatan Komunikasi Organisasi pada MDMC Kabupaten Banyumas tepat diterapkan sebagai salah satu upaya membentuk konsep berkomunikasi dalam suatu organisasi secara efektif dan memunculkanperilaku bekerja secara tim yang efektif. Kombinasi metode inhouse (di dalam ruangan) dan outdoor (di luar ruangan) menjadi metode yang tepat untuk memberi pemahaman dan kesadaran pentingnya komunikasi organisasi sebagai luaran. Follow up. Konsultasi intensif dalam hal komunikasi organisasi maupun problem organisasional lainnya.
FATHER INVOLVEMENT PADA KELUARGA UNTUK MENGHINDARKAN ANAK DARI PERILAKU DISRUPTIVE Dyah Siti Septiningsih; Nur’aeni Nur’aeni; Pambudi Rahardjo
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LPPM UMP Vol 1 (2019): PROSIDING SEMINAR NASIONAL LPPM UMP 2019
Publisher : Lembaga Publikasi Ilmiah dan Penerbitan (LPIP)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (877.933 KB)

Abstract

Father involvement/ keterlibatan ayah dalam pengasuhan adalah keikutsertaan positif ayah dalam kegiatan berupa interaksi langsung dengan anak-anaknya, memberikan kehangatan, melakukan pemantauan dan kontrol terhadap aktivitas anak, serta bertanggungjawab terhadap keperluan dan kebutuhan anak. Padakenyataan yang terjadi, ibu lebih memiliki peran aktif dalam pengasuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan konsep co parenting/pengasuhan bersama antara suami dan istri agar anaknya terhindar dari perilaku disruptif. Penelitian menggunakan pendekatan grounded theory, sebab peneliti mengupayakan untuk memahami gejala yang bersifat proses yang memiliki kecenderungan berubah, dan berorientasi pada tujuan serta hasil. Peneliti memilih 2 pasangan suami istri yang memiliki anak berusia 1 – 5 tahun sebagai subjek penelitian, sebab pada pasangan tersebut suaminya terlibat dalam pengasuhan berdampingan dengan istrinya. Peneliti memilih subjek penelitian melalui skrining menggunakan angket tentang keterlibatan ayah dalam pengasuhan. Peneliti mengumpulkan data menggunakan metode wawancara dan observasi, dan menganalisis datanya melalui pengkodean berupa proses menguraikan data, kemudian menyusun konsep. Kesimpulan atau temuan penelitiannya adalah, keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak diterapkandengan menggunakan dimensi keterlibatan ayah meliputi paternal engagement, paternal accessibility dan paternal responsibility. Masing-masing dimensi tersebut ditunjukkan dengan aktivitas keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak. Keterlibatan ayah tersebut sangat mendukung istri dalam melakukan pengasuhan sehingga terbentuklah konsep pengasuhan bersama atau co parenting. Pengasuhan bersama tersebut, secara preventif dapat menghindarkan anaknya yang berusia 4 dan 5 tahun dari perilaku negatif. Hal itu karena anak mendapatkan pelayanan psikologis berupa kenyamanan dalam berperilaku positif. Kenyamanan yang diperoleh anak merupakan pre disposisi untuk terhindarnya dari perilaku disruptive. Co Parenting/pengasuhan bersama antara ayah dan ibu menggunakan pendekatan sifat asli dari laki-laki yaitu maskulin dan sifat asli perempuan yaitu feminin.
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA DI SMK DENGAN PENDEKATAN STEM Akhmad Jazuli; Fitrianto Eko Subekti; Karma Iswasta Eka; Pambudi Rahardjo
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LPPM UMP Vol 4 (2022): PROSIDING SEMINAR NASIONAL LPPM UMP 2022
Publisher : Lembaga Publikasi Ilmiah dan Penerbitan (LPIP)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Revolusi industry 4.0 memberi ruang dunia pendidikan untuk mengembangkan inovasi sain yang didukung oleh matematika. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mencetak lulusannya untuk menjadi tenaga yang terampildalam mengambangkan inovasi sain. Pendekatan STEM (Science Technology Engenering Mathematics) memberiruang untuk pengembangan sain yang didukung oleh matematika. Tujuan Penelitian ini untuk mengembangkanbahan ajar matematika SMK di wilayah Banyumas dengan mengambil 3 jurusan keahlian yang berbeda, yaitujurusan tata busana di SMK 3 Purwokerto, jurusan teknik komputer dan jaringan di SMK Telkom Purwokerto danjurusan teknik pemesinan di SMK Muhammadiyah 2 Ajibarang. Jenis penelitian ini adalah R&D. Pengambilandata dengan dokumen, tes, angket, dan wawancara. Analisis data menggunakan model Miles dan Huberman. Hasilpenelitian sebagai berikut : (1) Pelajaran matematika di SMK untuk semua kejuruan adalah sama, sehingga porsiketerkaitan matematika dengan masing-masing materi kejuruan berbeda-beda. (2) keterkaitan materi matematikadengan materi kejuruan Tata Busana sebesar 20% khususnya pada materi deret, SPLDV, program linier,permutasi dan geometri transformasi. (3) keterkaitan materi matematika dengan materi kejuruan Teknik Komputerdan Jaringan sebesar 11,1% khusunya pada materi logika dan statistika. (4) keterkaitan materi matematika dengan materi kejuruan Teknik Pemesinan sebesar 15% khusunya pada materi geometri dan deret. (5) Rancanganhandout matematika berbasis STEM untuk masing-masing kejuruan layak dikembangkan menjadi bahan ajarmatematika untuk masing-masing kejuruan.
PELAKU PEDOFILIA (Tinjauan Dari Faktor Penyebab dan Aspek Dinamika Psikologis) Pambudi Rahardjo; Kaniya Puri
PSIMPHONI Vol 2, No 1 (2021): Maret
Publisher : Lembaga Publikasi Ilmiah dan Penerbitan (LPIP)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (194.065 KB) | DOI: 10.30595/psimphoni.v1i2.8136

Abstract

This study aims to find out the psychological dynamics in pedophiles. The focus of research is the factors causing pedophile behavior in perpetrators. This study uses a qualitative method with a case study approach. The results showed that the perpetrator was a person known by the victim, namely the neighbor and the teacher. In general, the three participants have similarities in the factors causing pedophile behavior. The main common factors of the three participants in this study are the lack of affection from the family, especially the father figure, low self-esteem, failure to have a relationship with a partner, feeling disappointed or frustrated, consumption of pornographic content, and the inability to control sexual desire. Meanwhile, the different factors of the three participants were poor environment, having a less harmonious family background, relatively low level of economy, and education. Having-teen sexual experiences or have been victims of sexual harassment, having been physically abused or the victims of bullying and having sexual disorders can also be the factors. In addition, all three participants had a lack of sex education or understanding related to participants' cognitive aspects. There are also some factors related to affective aspects, namely feelings of guilt or even feeling of satisfaction after these three participants engage in inpedophile behavior. The conative aspect includes other factors such as the consumption of pornographic content, and the way participants give the lure to the victims and their threats, as well as how to perform pedophile behavior by inserting genitals into the victim's anus and then touching, pressing down the victim's genitals.
Turnover Intention: Peran Job Insecurity dan Organizational Trust pada Karyawan Toserba: Zhazid Nur Muhammad, Retno Dwiyanti*, Ugung Dwi Ario Wibowo, Pambudi Rahardjo Zhazid Nur Muhammad; Retno Dwiyanti; Ugung Dwi Ario Wibowo; Pambudi Rahardjo
JISOSEPOL: Jurnal Ilmu Sosial Ekonomi dan Politik Vol. 1 No. 2 (2023): JISOSEPOL : Jurnal Ilmu Sosial Ekonomi dan Politik
Publisher : Samudra Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61787/jqzwrv74

Abstract

Penurunan tingkat kinerja karyawan dapat disebabkan oleh turnover intention yang ada di dalam lingkungan perusahaan atau organisasi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh job insecurity dan organizational trust terhadap turnover intention pada karyawan Toserba X. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan teknik pengumpulan data kuisioner skala likert populasi dan sample sebanyak 95 karyawan Toserba X. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Uji reliabilitas menggunakan alpha croncbach. Skala job insecurity memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,908, skala organizational trust memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,932, skala turnover intention memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,971. Berdasarkan Hasil analisis yang sudah dilakukan mengenai pengaruh job insecurity dan organizational trust terhadap turnover intention pada karyawan Toserba X mendapati adanya pengaruh yang signifikan job insecurity dan organizational trust terhadap turnover intention pada karyawan Toserba X. Job insecurity memberikan sumbangan efektif sebesar 77,3% terhadap turnover intention, dan organizational trust memberikan sumbangan efektif sebesar 38,1% terhadap turnover intention.