Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Etika dalam Penyiaran dan aturannya Winda Kustiawan; Zulfah Hannum Bahri; Aqilah Anisah Parkha Siregar; Sabna Sabilla; Syahraini Puspa Daulay; Nursadimah Brutu; Emyah Kampina; Elsa Jeynita Agustias; Lukman Hakim; Abdulrahman Pais Nasution
Jutkel: Jurnal Telekomunikasi, Kendali dan Listrik Vol 3 No 2 (2022): Jutkel: Jurnal Telekomunikasi, Kendali dan Listrik
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Parepare kerjasama P3M STKIP Muhammadiyah Enrekang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Menuju era digital yang semakin canggih,sudah sepatutnya ada aturan yang jelas dalam era informasi digital seperti sekarang ini.Jika tidak maka masyarakat yang akan terkena imbasnya. Masyarakat akan semakin sulit memilih mana berita yang benar-benar objektif dalam memberikan pemberitaan dan mana media yang dalam pemberitaannya memihak pada suatu golongan tertentu. Proses demokratisasi di Indonesia menempatkan masyarakat sebagai pemilik dan pengendali utama ranah penyiaran. Oleh karena frekuensi adalah milik masyarakat dan sifatnya terbatas, maka penggunaannya harus sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat. Sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat artinya adalah media penyiaran harus menjalankan fungsi pelayanan masyarakat yang sehat. Penyiaran berfungsi sebagai media informasi, pendidikan, kebudayaan, hiburan, kontrol sosial, perekat sosial, ekonomi, wahana pencerahan, dan pemberdayaan masyarakat. Penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang urgensi hukum dan etika dalam penyiaran serta UU penyiaran dan korelasinya denga konten siaran yang ada saat ini.
Ukhuwah Islamiyah Envelops the Life of the Mesjid Village Community Amidst the Difference Between the Muhammadiyah Community and the NU Community Zulfah Hannum Bahri; Heny Trie Dina Aliya; Sallimah Zarli Lubis; Farhan Sauqi Abdi Harahap
MAQOLAT: Journal of Islamic Studies Vol. 1 No. 3 (2023): Transformative Islamic Thought Based on the Qur'an
Publisher : Perkumpulan Dosen Fakultas Agama Islam Indramayu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58355/maqolat.v1i3.18

Abstract

Kelurahan Masjid is one of the strategic locations in the spread of Islamic dakwah because of its strategic location in the middle of the city.  The Mosque Community with different organizational backgrounds, namely Muhammadiyah and NU, worship in four different mosques, but all four are active mosques in the field of organization, namely: Raya Al Maksum Mosque Medan, Taqwa Muhammadiyah Mosque of Mahkamah, Ar Raudha Mosque and An Nazhafah Mosque  .  The majority of the people who cover the environment are Muhammadiyah people.  The Muhammadiyah community in that environment tends to carry out worship activities at the Taqwa Muhammadiyah Mosque of Mahkamah.  Likewise with the NU community who carry out worship activities at the Ar Raudha and An Nazhafah Mosques.  At first the Kelurahan Masjid community was quite homogeneous because there was only one ideology of Muhammadiyah.  Only then did Nahdatul Ulama appear.  Since the emergence of Nahdatul Ulama, the community which was originally a homogeneous society, then there has been a transition to become a heterogeneous society so that there was a categorization of NU and Muhammadiyah and even had conflicts even though it was only in the form of criticism.