p-Index From 2020 - 2025
1.953
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Silvarum
Hard N. Pollo, Hard N.
Unknown Affiliation

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Pola Perburuan Satwa Liar di Desa Mekaruo Kecamatan Dumoga Barat Manansang, Verginia Yolanda; Tasirin, Johny S.; Pollo, Hard N.
Silvarum Vol. 3 No. 3 (2024): Silvarum
Publisher : Fakultas Pertanian, Universits Sam Ratulangi, Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35791/sil.v3i3.50934

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur persepsi masyarakat Desa Mekaruo terhadap perburuan satwa liar serta melakukan evaluasi terhadap pengetahuan masyarakat tentang hutan, satwa liar, perburuan satwa liar dan melakukan kajian tentang pola perburuan satwa liar yang dilakukan oleh masyarakat Desa Mekaruo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan sebagai panduan wawancara, di mana pertanyaan dapat dikembangkan saat wawancara sedang berlangsung. Untuk survey persepsi penentuan jumlah responden menggunakan aplikasi Sample Size Calculator. Untuk penentuan responden dilakukan secara acak sistematik (Systematic random). Untuk survey pola perburuan menggunakan snowball sampling berdasarkan informasi survei persepsi dengan teknik wawancara mendalam. Selanjutnya data hasil survey dimasukkan ke dalam tabel menggunakan software Excel kemudian di analisis menggunakan software R. Pertanyaan persepsi menghasilkan format data berupa data kuantitatif (skoring) dengan menggunakan skala Likert sedangkan data pola perburuan menggunakan format data kualitatif. Hasil survey persepsi menunjukan masyarakat masih menganggap daging satwa liar adalah daging konsumsi. Umumnya masyarakat di Desa Mekaruo menjadikan perburuan satwa liar sebagai mata pencaharian karena kurangnya lapangan pekerjaan, sebagian masyarakat yang memiliki lahan pertanian melakukan perburuan karena untuk memberantas hama.
Kupu-kupu sebagai Bioindikator Kesehatan Ekosistem di Hutan Tampusu, Areal Pertanian sekitarnya dan Areal Wisata Danau Linow Tobo, Tasya Selintobo; Pollo, Hard N.; Tasirin, Johny S.
Silvarum Vol. 3 No. 3 (2024): Silvarum
Publisher : Fakultas Pertanian, Universits Sam Ratulangi, Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35791/sil.v3i3.53946

Abstract

Penilaian kesehatan ekosistem secara kualitatif merupakan suatu cara untuk mengetahui kondisi suatu ekosistem berdasarkan salah satu atribut ekosistem, yaitu struktur organisasinya. Keragaman jenis kupu-kupu merupakan salah satu ukuran struktur ekosistem yang secara bersama-sama dengan jenis-jenis bioindikator dapat dijadikan sebagai ukuran bagi kesehatan statu ekosistem. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman jenis kupu-kupu, jenis-jenis bioindikator dan kondisi ekosistem di Hutan Tampusu, areal pertanian sekitarnya dan areal wisata Danau Linow. Metode penelitian yang digunakan ialah Metode Jalur. Jalur memotong garis kontur pada areal berlereng, sepanjang 400 m dengan lebar 10 m ke kiri dan ke kanan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1). jumlah, jenis dan keragaman kupu-kupu pada ekosistem hutan Tampusu lebih tinggi dan beragam dari pada di areal wisata Danau Linow dan areal pertanian, dan areal wisata Danau Linow lebih tinggi dan beragam dari pada areal pertanian; (2). terdapat 12 jenis kupu-kupu bioindikator di Hutan Tampusu dimana Appias zarinda memiliki individu terbanyak yaitu 16 individu; di areal wisata Danau Linow sebanyak 14 jenis dengan individu terbanyak ialah Melanitis pyrrha yaitu 6 individu; dan di areal pertanian sebanyak 4 jenis dengan individu terbanyak ialah Vindula dejone celebensis yaitu 14 individu; dan (3). terdapat 20 jenis tumbuhan pakan imago kupu-kupu di seluruh areal penelitian; dengan temperatur udara, kelembaban udara dan intensitas cahaya rata-rata di areal pertanian, areal wisata Danau Linow dan Hutan Tampusu masing-masing sebesar 23.90 oC, 24.84 oC, 23.98 oC; 0.73 %, 0.73 %, 0.75 %; 1336.47 Lux, 1280.84 Lux dan 1308.37 Lux; dengan jumlah 1 strata tajuk pada areal pertanian, 4 strata tajuk pada areal wisata Danau Linow, dan 5 strata tajuk pada Hutan Tampusu. Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi ekosistem hutan Tampusu lebih baik dan lebih sehat dari pada di areal wisata Danau Linow dan areal pertanian, dan areal wisata Danau Linow lebih baik dari pada areal pertanian.
Identifikasi Komunitas Tumbuhan dan Perubahan Jenis pada Tiap Tahap Suksesi di Taman Hutan Raya Gunung Tumpa H. V. Worang Sari, Putri Dian; Pollo, Hard N.; Tasirin, Johny S.
Silvarum Vol. 4 No. 1 (2025): Silvarum
Publisher : Fakultas Pertanian, Universits Sam Ratulangi, Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35791/sil.v4i1.56525

Abstract

Secara umum, hutan-hutan yang telah terfragmentasi menjadi hutan-hutan yang berukuran kecil akan terisolasi karena terciptanya barrier ekologi. Ukuran hutan yang kecil hanya dapat mendukung jumlah spesies tertentu seperti pada Taman Hutan Raya (Tahura) Gunung Tumpa H. V. Worang. Pada kondisi yang demikian, jumlah spesies yang ada akan rentan mengalami kepunahan secara lokal dan proses suksesinya akan dapat berjalan dengan lambat. Berdasarkan hal tersebut perlunya penelitian tentang identifikasi komunitas tumbuhan dan perubahan jenis pada tiap tahap suksesi di Tahura Gunung Tumpa H. V. Worang. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis tumbuhan pada areal hutan yang berstrata A, B, C, D, dan E. Selain itu, untuk mengetahui perubahan jenis pada tiap tahap suksesi. Penelitian ini menggunakan metode Random Sampling dengan membuat 15 plot yang dibagi menjadi 3 plot pada setiap area yang berstratum A - E, B - E, C - E, D - E, dan E Terdapat 1038 individu dengan 70 jenis tumbuhan yang termasuk dalam 36 famili. Pada stratum A - E ditemukan sebanyak 2 jenis dengan 464 individu, stratum B - E sebanyak 5 jenis dengan 193 individu, stratum C - E sebanyak 41 dengan 140 individu, stratum D - E sebanyak 28 dengan 114 dan stratum E sebanyak 26 jenis dengan 127 individu. Perubahan jenis pada tiap tahap suksesi memiliki perubahan jenis yang signifikan dimana setiap strata terdapat jenis tumbuhan yang berbeda.
Perilaku Bertelur Maleo (Macrocephalon maleo) di Bentang Alam Binerean, Bolaang Mongondow Selatan Baussa, Yustus; Pollo, Hard N.; Tasirin, Caroline N. A. C.
Silvarum Vol. 4 No. 1 (2025): Silvarum
Publisher : Fakultas Pertanian, Universits Sam Ratulangi, Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35791/sil.v4i1.56812

Abstract

Burung Maleo (Macrocephalon maleo) merupakan salah satu burung endemik Pulau Sulawesi yang sangat unik dan banyak diperhatian. Maleo Senkawor dapat ditemukan pada habitat hutan dataran rendah dan tinggi untuk aktivitas hariannya. Untuk peneluran, mereka memanfaatkan pasir atau tanah di dekat aktivitas geotermal atau pinggir pantai untuk menggali dan mengubur telurnya yang berukuran relatif besar untuk proses inkubasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perilaku bertelur burung maleo di Bentang Alam Binerean, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Sulawesi Utara. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November – Desember 2023 dengan melakukan pengamatan di nesting ground. Pengamatan dilakukan pada jam 05:00-10:00 WITA kemudian diamati mulai dari datang ke nesting groud sampai kembali ke hutan. Berdasarkan hasil penelitian perilaku bertelur maleo, jantan dan betina menghabiskna waktu yaitu menggali lubang dengan frekuensi relatif 2,04 dan 1,68. Burung maleo paling cepat datang ke nesting ground pada jam 05:22 dan paling lambat jam 07:50. Durasi waktu burung maleo saat berada di lokasi bertelur terdiri dari perilaku pengintaian, menggali, bertelur, menutup lubang, membuat sarang tipuan berlangsung selama 1-3 jam. Kata Kunci: Perilaku bertelur, Burung Maleo (Macrohepalon maleo), Bentang Alam Binerean.
Komunitas Tumbuhan pada Beberapa Tipe Lahan Berhutan di Tanjung Pulisan, Sulawesi Utara Umboh, Belini; Pollo, Hard N.; Tasirin, Johny S.
Silvarum Vol. 4 No. 1 (2025): Silvarum
Publisher : Fakultas Pertanian, Universits Sam Ratulangi, Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35791/sil.v4i1.58116

Abstract

Hutan pantai ini memiliki banyak manfaat yaitu dapat merendam pukulan gelombang tsunami, mencegah terjadinya abrasi pantai, melindungi ekosistem darat dari terpaan angin dan badai, pengendalian erosi, tempat untuk berkembang baik jenis satwa, penghasilan bahan baku industri kosmetik, biodiesel dan obat-obatan. Tanjung Pulisan Likupang Kecamatan Likupang Timur adalah salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara. Tujuan dari penelitian ini adalah utuk mengidentifikasi jenis-jenis tumbuhan pada padang savana, areal berhutan sekunder, hutan pantai dan hutan matur di Tanjung Pulisan Likupang dan mengetahui perbedaan jenis pada tiap tutupan lahan. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian ini menggunakan metode Random Sampling sebagai penentu titik pertama pada setiap jalur. Hasil penelitian menunjukan di tipe tutupan lahan Tanjung Pulisan Likupang, Sulawesi Utara terdapat 76 Jenis tumbuhan dan 610 individu. Di Noma 169 individu, Ecotrail di temukan 154 individu, Savana 119 individu, Hutan Pantai 168 individu.
Keragaman Jenis Kupu-kupu Pada Beberapa Tipe Tutupan Lahan Sebagai Penunjang Ekowisata Di Wilayah KEK Likupang Baleya, Yerico Vanquish; Tasirin, Johny S.; Pollo, Hard N.
Silvarum Vol. 4 No. 1 (2025): Silvarum
Publisher : Fakultas Pertanian, Universits Sam Ratulangi, Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35791/sil.v4i1.58145

Abstract

Terdapat kenyataan bahwa pengembangan suatu areal wisata sangat jarang memaksimalkan potensi yang ada. Untuk wilayah WCL di KEK Likupang terdapat potensi butterfly watching yang dapat dikembangkan sehubungan dengan keanekaragaman jenis kupu-kupu yang cukup melimpah saat ini. Potensi wisata butterfly watching merupakan daya tarik tersendiri bila dikembangkan di wilayah WCL di KEK Likupang. Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui keanekaragaman dan perbedaan jenis kupu-kupu pada bukit terbuka, areal hutan sekunder, dan garis pantai di areal WCL di Wilayah KEK Likupang. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2024. Pengambilan data dan sampel kupu-kupu dan tumbuhan pakan imago dilakukan pada pukul 08:00 - 11:00 dan 13:00-16:00 dengan 3 kali pengulangan di setiap jalur transek dengan jeda antara 9 hari pengamatan yaitu: hari pertama dengan ulangan A, hari ke 2 ulangan B, dan hari ke 3 ulangan C. Panjang transek 500 m, lebar 5 m ke kanan, 5 m ke kiri dan diambil titik koordinatnya. Pengambilan data dan sampel dicatat dengan menggunakan tally sheet. Keanekaragaman hayati kupu-kupu tertinggi ditemukan di hutan sekunder sebanyak 37 jenis (S =5.43, H'=30.4, E=0.84) diikuti oleh garis pantai 22 jenis (S=3.75, H'=2.47, E=0.89) dan bukit terbuka 20 jenis (S=3.26, H'=2.60, E=0.87). Total jenis yang ditemukan adalah 40 (S=5.41, H'=30.4, E=0.84).
Penilaian Sumberdaya Alam di Sekitar Danau Pulisan, Linow dan Tampusu, Kota Tomohon, Sulawesi Utara: Capung (Odonata) sebagai Biondikator. Kaligis, Kevin H.; Pollo, Hard N.; Tulung, Max
Silvarum Vol. 2 No. 1 (2023): Silvarum
Publisher : Fakultas Pertanian, Universits Sam Ratulangi, Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (313.328 KB) | DOI: 10.35791/sil.v2i1.43540

Abstract

Capung (Ordo Odonata) merupakan salah satu kelompok serangga yang memiliki keanekragaman yang sangat tinggi. Capung mudah dikenali dari tubuhnya yang khas, memiliki sayap dua pasang, licin tanpa bulu maupun sisik umumnya berwarna terang dengan corak beragam. Faktor-faktor tersebut akan menjadi pembatas penyebaran beberapa spesies capung, terutama spesies capung endemik yang memiliki faktor fisik yang spesifik. Kondisi fisik habitat yang optimal akan mempengaruhi keberadaan spesies capung. Tujuan penelitian ini menghitung jumlah species capung, jumlah tumbuhan, mengukur temperatur air, temperatur udara, kekeruhan air, pH air, total partikel terlarut TDS, menganlisis jenis-jenis capung (Odonata) yang bertindak sebagai bioindikator dan menentukan status kualitas air berdasarkan Family Biotic Index FBI. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa species capung yang diperoleh berjumlah 13 species, diantaranya di Danau Linow 8 species dan di Danau Pulisan 5 species. Tumbuhan penyusun ditemukan di Danau Pulisan, Linow dan tampusu yaitu 21 jenis. Hasil perhitungan jumlah total famili dari FBI yaitu 7,94 buruk sekali terpolusi berat bahan organik. Danau Linow bedasarkan FBI terdapat 2 famili Ceonagrionidae dan Libellulidae. Hasil perhitungan jumlah total family dari FBI yaitu 7,84 tingkat   pencemaran buruk sekali terpolusi berat bahan organik.
Inventarisasi Jenis Dan Sebaran Pohon Pakan Julang Sulawesi (Aceros cassidix) di Taman Hutan Raya Gunung Tumpa H.V. Worang, Sulawesi Utara Runtu, Jonathan; Pollo, Hard N.; Nurmawan, Wawan
Silvarum Vol. 2 No. 1 (2023): Silvarum
Publisher : Fakultas Pertanian, Universits Sam Ratulangi, Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (305.763 KB) | DOI: 10.35791/sil.v2i1.43541

Abstract

Pada awalnya Gunung Tumpa merupakan kawasan hutan lindung yang kemudian melalui SK.434/Menhut-II/2013 tanggal 17 Juni 2013 berubah fungsi menjadi Taman Hutan Raya. Selanjutnya berdasarkan pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republic Indonesia Nomor SK.2364/Menhut-VII/KUH/2015 tanggal 28 mei 2015 Hutan Lindung Gunung Tumpa ditetapkan menjadi Taman Hutan Raya Gunung Tumpa (TAHURA) dengan luas 208, 81 Ha. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui jenis tumbuhan pakan julang sulawesi di kawasan Taman Hutan Raya Gunung Tumpa. Metode pengumpulan data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diambil di lapangan dengan cara observasi, pengamatan, dan pengukuran. Untuk jalur observasi dengan menggunakan cara eksplorasi dan perjumpaan dengan julang sulawesi didasarkan pada suara dan penglihatan langsung saat burung hinggap dan makan Sedangkan data sekunder diperoleh secara tidak langsung yakni dari studi pustaka sebagai acuan untuk mengetahui jenis pohon pakan. Data yang diperoleh pada hasil pengamatan akan dikelompokkan dan dibuat dalam bentuk tabel kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 15 individu pohon dari 5 famili tumbuhan yang digunakan julang sulawesi sebagai pohon singgah, pohon tidur, dan pohon pakan. Berdasarkan sebaran pohon Terdapat 6 jenis  pohon pakan, yang ditemukan berbuah ada 4 yaitu Ficus fistulosa, Ficus altissima, Cananga odorata dan Ficus tinctoria. sisanya yang tidak berbuah Ficus benjamina, Dracontomelon dao.
Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat Di Desa Elusan Kabupaten Minahasa Selatan Lanes, Aldo; Nurmawan, Wawan; Pollo, Hard N.
Silvarum Vol. 2 No. 1 (2023): Silvarum
Publisher : Fakultas Pertanian, Universits Sam Ratulangi, Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (316.08 KB) | DOI: 10.35791/sil.v2i1.43542

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi jenis-jenis tumbuhan obat yang ada di Desa Elusan Kecamatan Minahasa Selatan beserta pemanfaatannya. Metode yang digunakan yaitu wawancara dan observasi lapangan. Pemilihan informan yang digunakan dalam observasi yaitu menggunakan teknik Snowball sampling. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat 24 jenis tumbuhan dari 16 famili yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Anggota famili yang paling banyak dijumpai adalah Euphorbiaceae dan Zingiberaceae masing-masing 4 jenis. Herba merupakan habitus terbanyak yang dimanfaatkan sebanyak 11 jenis, dan bagian daun paling banyak digunakan untuk diolah menjadi obat. Sumber perolehan tumbuhan umumnya ditemukan di pekarangan (16 jenis), cara pengolahan dengan cara direbus paling banyak dilakukan (16 jenis) dan manfaat dari tumbuhan obat dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti, sakit perut, sakit gigi, kolesterol, lambung, diare dan sakit belakang.
Vegetasi Hutan Pantai Di Batu Angus, Sulawesi Utara Gusti, Zul; Pollo, Hard N.; Tasirin, Johny S.
Silvarum Vol. 3 No. 1 (2024): Silvarum
Publisher : Fakultas Pertanian, Universits Sam Ratulangi, Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35791/sil.v3i1.49455

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman jenis dan menganalisis pola suksesi vegetasi hutan pantai di kawasan Batu Angus, Sulawesi Utara. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2023 menggunakan metode jalur berpetak pada tiga tipe tutupan lahan yakni Tepi Pantai, Daerah Punggungan Bukit , dan Daerah Lembah. Data dianalisis secara kuantitatif menggunakan kekayaan jenis, indeks Shannon-Wiener dan Sum of Dominance Ratio (SDR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis tertinggi vegetasi hutan pantai di Batu Angus diperoleh pada tutupan Tanah Berpasir (H'=2.03, 15 jenis) diikuti dengan tutupan lahan Vegetasi Alami (H'=1.66, 15 jenis) dan Padang Alang-Alang (H'=0.28, 6 jenis). Jenis paling dominan adalah Guettarda speciosa dengan nilai SDR 67,6. Jenis dengan kerapatan tertinggi adalah Guettarda speciosa dengan 25, 135, dan 185 individu/ha berturut-turut pada fase pohon, tiang dan pancang. Pada habitus nonpohon, Cycas rumphii memiliki kerapatan paling tinggi di semua tipe tutupan yakni 120, 80 dan 50 individu/ha berturut-turut di Tepi Pantai, Daerah Punggungan Bukit , dan Daerah Lembah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di Batu Angus memiliki keanekaragaman jenis vegetasi sebesar 26 jenis dari 22 suku vegetasi yang teramati.