Besse Mardianti
Universitas PGRI Palembang

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Kearifan Lokal Budaya Bugis Dalam Mantra Cenningrara Dan Mantra Pabbura Dalam Kajian Semantik Pada Suku Bugis Di Desa Sumberjaya Kabupaten Banyuasin Besse Mardianti; Yessi Fitriani; Missriani Missriani
Jurnal Pembahsi (Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia) Vol. 12 No. 2 (2022): Jurnal Pembahsi (Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia)
Publisher : Universitas PGRI Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31851/pembahsi.v12i2.9552

Abstract

Kearifan lokal suatu identitas atau kepribadin setiap budaya suatu bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap, bahkan mengolah kebudayaan yang berasal dari luar atau bangsa lain menjadi watak dan kemampuan dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, penelitian ini yaitu alternatif sebagai penggerak agar tidak menghilangnya kearifan lokal yang terdapat dalam budaya Bugis yaitu mantra cenningrara dan mantra pabbura.. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan jenis-jenis, fungsi, dan makna dalam mantra cenningrara dan mantra pabbura pada suku Bugis di Desa Sumberjaya Kabupaten Banyuasin. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode deskriptif.Data dalam penelitian ini berupa tuturan kata-kata dan kalimat menggunakan bahasa Bugis berbentuk mantra cenningrara dan mantra pabbura. Hasil menunjukkan bahwa mantra cenningrara sebagai doa yang digunakan pada hubungan cinta dan kasih serta kecantikan sedangkan mantra pabbura sebagai bahan pengobatan alternatif untuk menyembuhkan penyakit. Selain itu dalam penelitian ini dapat dihubungan dengan pendidikan untuk mencapai pembelajaran pada suatu mata pelajaran bahasa Indonesia dan menambah pengetahuan kepada peserta didik dan juga pendidik mengenai sastra lisan masyarakat yaitu puisi rakyat seperti mantra.
Kearifan Lokal Budaya Masyarakat Bugis dalam Tradisi Mattampung Di Desa Sumberjaya Kabupaten Banyuasin (Suatu Kajian Semiotik) Besse Mardianti; Missriani Missriani; Muhammad Ali
Jurnal Ilmiah Dikdaya Vol 13, No 1 (2023): April
Publisher : Universitas Batanghari Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33087/dikdaya.v13i1.412

Abstract

The mattampung tradition is a tradition of changing tombstones, this tradition has existed from the ancestors as a form of family responsibility in order to get the best place with Allah SWT. This study aims to (1) describe a sign and meaning contained in the mattampung tradition of the Bugis community in Sumberjaya Village, Banyuasin Regency in Peirce's semiotic study (2) describe the local wisdom values of the culture of the Bugis community in Sumberjaya Village, Banyuasin Regency. The method in this research is to use qualitative research with descriptive methods. The data in this study is information obtained through direct research results from informants. The data sources in this study were people who were seen as having knowledge of the mattampung tradition. Data collection techniques in this study used observation techniques, interview techniques, and documentation techniques. The results in the study show that the results of the signs used in this mattampung tradition include: 7 kinds of cakes; cows, wall of graves, barazanji, mappasili, manisa/tombstones, leppek-leppek and bananas, side dishes, and puluk. Local wisdom values in the mattampung tradition include: compromise values, religious values, historical values, shared values, mutual cooperation values, deliberation values, and tolerance values