Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Prevensi saat Pandemi Covid 19 pada Masyarakat Seputih Raman Lampung Tengah Tahun 2022 Mirza Junando; Nurmasuri Nurmasuri; Rasmi Zakiah Oktarlina; Pius Ave Rafael Silalahi; Axcellia Theresa; Roviq Umam S
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung Vol 6, No 2 (2022): JK Unila
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jkunila6269-74

Abstract

Perilaku prevensi sudah banyak diajarkan bahkan sedari kecil seperti ajakan mencuci tangan  sebelum makan. Perilaku prevensi ini sangat berpengaruh kepada kesehatan baik dalam jangka panjang misal gaya hidup sehat bagi penyakit kronis maupun pada penyakit menular. Denganadanya pandemi Covid-19, perilaku preventif kembali digalakkan dan CDC pun memberikan anjuran dengan menerapkan beberapa sikap yang kemudian dapat dilihat pada skala clean and condition. Selain dengan perilaku prevensi, vaksinasi menjadi salah satu cara pemerintah untukmeningkatkan kekebalan kelompok dan mengurangi angka morbiditas dan mortalitas. Masyarakat juga dikenal luas sering melakukan swamedikasi atau tindakan mengobati diri sendiri tanpa resep dokter. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan  imunitas tubuh maupun untukmengatasi gejala sakit ringan. Tindakan swamedikasi baiknya tetap dilakukan dengan rasional. Berbagai ajakan sosialisasi maupun pengadaan posko Covid-19 dan penyemprotan desinfektan sudah dilakukan di berbagai daerah di Lampung Tengah. Pada penelitian ini ingin dilihat apakah upaya pemerintah dan Gugus Covid-19 telah cukup untuk menciptakan perilaku sehat yang baik di masyarakat dengan mengukurnya menggunakan kuesioner. Hasil dari penelitian ini diharapkandapat dilihat gambaran perilaku prevensi, penerimaan vaksinasi, serta swamedikasi yang dilakukan oleh masyarakat Lampung Tengah selama masa pandemi Covid-19.    Kata kunci: perilaku prevensi, Covid-19.
Nutrasetikal Sebagai Terapi Komplementer Pada Major Depressive Disorder (MDD) Era Yesica Damanik; Mirza Junando; Muhammad Fitra Wardhana
Medula Vol 13 No 3 (2023): Medula
Publisher : CV. Jasa Sukses Abadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53089/medula.v13i3.630

Abstract

Major depressive disorder (MDD) is known as a type of major depression characterized by altered mood, impaired cognitive function, anhedonia (inability to be able to feel pleasure), vegetative disorders such as insomnia, and fatigue or anorexia. Major depressive disorder (MDD) is one of the most common mental disorders worldwide, as well as one of the most disabling. The current treatment is inadequate so that about two-thirds of those treated with first-line antidepressants do not achieve remission. A therapeutic approach using nutraceutical can improve the response to cases of resistance in antidepressants. Nutraceutical is used as the prevention and treatment of various diseases or neurological disorders without or minimal side effects. A therapeutic approach using nutraceutical can improve the response to cases of resistance in antidepressants by targeting neurobiological pathways associated with the pathophysiology of depression. The purpose of writing this article is to find out the nutraceutical that can be consumed as complementary therapies of major depressive disorder (MDD). The source search method is done through the Google Scholar and Pubmed search engines. The results of the search found several nutraceutical, namely Probiotics, Omega-3 Polyunsaturated Fatty Acids (n-3 PUFAs), Vitamin D, S-Adenosylmethionine (SAMe) and Lactobacillus Plantarum HRAL9 have antidepressant activity. Nutraceutical has the potential to be a complementary therapy in effective major depressive disorder (MDD) therapy.
Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Tingkat Pendidikan Terhadap Perilaku Penyimpanan Obat Di Rumah Pada Pasien Puskesmas Kabupaten Lampung Tengah Widyaningrum, Diah Ayu; Rasmi Zakiah Oktarlina; Mirza Junando; Dwi Aulia Ramdini
Sains Medisina Vol 2 No 6 (2024): Sains Medisina
Publisher : CV. Wadah Publikasi Cendekia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63004/snsmed.v2i6.453

Abstract

Penyimpanan obat sebaiknya dilakukan secara tepat kerena dapat memengaruhi stabilitas dan kualitas obat. Tingkat pengetahuan dan tingkat pendidikan merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi perilaku penyimpanan obat di rumah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan tingkat pendidikan terhadap perilaku penyimpanan obat di rumah. Metode yang digunakan merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan kuantitatif menggunakan metode asosiatif dan studi cross-sectional (potong lintang). Instrumen yang digunakan berupa kuesioner dengan responden berupa pasien atau pendamping pasien yang berkunjung ke Puskesmas Gedung Sari dan Puskesmas Karang Anyar, Kabupaten Lampung Tengah. Hasil penelitian ini diolah menggunakan perangkat lunak statistik dengan metode uji Fisher-Exact. Hasil penelitian didapatkan 192 responden yang memenuhi kriteria inklusi. Data yang telah dianalisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dan tingkat pendidikan terhadap perilaku penyimpanan obat di rumah pada pasien di Puskesmas Kabupaten Lampung Tengah. Hubungan tingkat pengetahuan terhadap perilaku penyimpanan obat di rumah didapatkan p-value sebesar 0,000 dan hubungan tingkat pendidikan terhadap perilaku penyimpanan obat di rumah didapatkan p-value sebesar 0,000. Terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan dengan perilaku penyimpanan obat di rumah pada pasien di Puskesmas Kabupaten Lampung Tengah.
Article Review: Evaluasi Penggunaan Antibiotik Menggunakan Metode ATC/DDD Pada Pasien Demam Tifoid Salsabila Zaneta Aurelia; Mirza Junando; Muhammad Fitra Wardhana Sayoeti; Dwi Aulia Ramdini
Sains Medisina Vol 3 No 2 (2024): Sains Medisina
Publisher : CV. Wadah Publikasi Cendekia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63004/snsmed.v3i2.528

Abstract

Demam tifoid adalah infeksi yang disebabkan oleh Salmonella enterica subspecies enterica serovar Typhi (Salmonella typhi) dan masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia, dengan prevalensi mencapai 1,6% dari total populasi. Antibiotik merupakan pilihan utama dalam terapi demam tifoid, tetapi munculnya strain Salmonella typhi yang resisten, termasuk jenis Multi Drug Resistant (MDR) dan Extensively Drug Resistant (XDR), telah meningkatkan tantangan dalam pengobatan penyakit ini secara efektif. Article review ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik pada pasien demam tifoid dengan metode Anatomical Therapeutic Chemical (ATC)/Defined Daily Dose (DDD), yang diukur dalam DDD/100 patient days, sebagai indikator efektivitas dan rasionalitas terapi antibiotik. Studi ini menggunakan pendekatan literature review, dengan artikel yang diperoleh melalui pencarian di Google dan Google Scholar menggunakan kata kunci "Evaluasi penggunaan antibiotik dengan metode Anatomical Therapeutic Chemical (ATC)/Defined Daily Dose (DDD) pada pasien demam tifoid" yang kemudian diseleksi berdasarkan kriteria inklusi. Hasil Article review dari 8 artikel menunjukkan bahwa antibiotik sefalosporin generasi ketiga, seperti seftriakson (83,80 DDD/100 patient days) dan sefiksim (76,4 DDD/100 patient days), serta golongan fluorokuinolon seperti levofloksasin (30,00 DDD/100 patient days), memiliki nilai DDD/100 patient days tertinggi, yang menunjukkan penggunaan antibiotik yang kurang selektif. Oleh karena itu, diperlukan penerapan Antibiotic Stewardship Program (ASP) untuk mengoptimalkan penggunaan antibiotik dan mengurangi resistensi bakteri.
Analisis Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia : Literature Review Aurellia Anggun Sriani; Muhammad Fitra Wardhana Sayoeti; Nurma Suri; Mirza Junando
Galen: Jurnal Riset Ilmu Farmasi dan Kesehatan Vol. 1 No. 2 (2025): Galen: Jurnal Riset Ilmu Farmasi dan Kesehatan
Publisher : PT Pustaka Cendekia Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.71417/galen.v1i2.52

Abstract

Diabetes melitus (DM) tipe 2 merupakan kelainan metabolisme yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa dalam darah akibat berkurangnya produksi insulin atau masalah dalam fungsi insulin. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti faktor-faktor yang berdampak terhadap munculnya DM tipe 2. Tinjauan pustaka ini dilakukan dengan mencari informasi secara akurat menggunakan sumber dari PubMed dan Google Scholar, dengan kata kunci "DM" dan "faktor risiko". Studi ini menunjukkan bahwa faktor risiko seperti usia, riwayat keluarga, aktivitas fisik, obesitas, tekanan darah tinggi, pola makan, stres, dan kebiasaan merokok dapat berhubungan dengan perkembangan DM tipe 2. Oleh karena itu, upaya pencegahan melalui pendidikan, pola hidup sehat, dan deteksi dini sangat penting untuk menurunkan jumlah kasus serta komplikasi yang terkait dengan DM tipe 2.
Potensial Ekstrak Herbal Kunyit (Curcuma Longa) Sebagai Anti Bakteri dan Anti Inflamasi Regi Afriyana; Mirza Junando; Nurmasuri Nurmasuri
Jurnal Agromedicine Unila: Jurnal Kesehatan dan Agromedicine Vol. 10 No. 1 (2023): Jurnal Kesehatan dan Agromedicine
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kunyit (Curcuma longa) merupakan salah satu tanaman herbal  yang sangat dikenal berkhasiat terutama bagian rimpangnya. Kunyit dibudidayakan secara luas di India, Cina, Indonesia, dan negara-negara tropis lainnya. Senyawa aktif yang terkandungdalam rimpang kunyit antara lain yaitu Kurkuminoid, Minyak atsiri, Resin (termasuk terpenoid, triterpenoid, fenilpropena),lemak, Karbohidrat, vitamin dan sebagainya. Kurkumin dipercaya mampu bekerja sebagai anti bakteri diantaranya sepertibakteri Staphylococcus.aureus dan Escherichia coli yang diharap dapat menjadi alternatif untuk mengatasi infeksi dan dapatmengurangi terjadinya resistensi dari penggunaan antibiotik. Mekanisme Kurkumin sebagai zat anti bakteri adalah denganmenghancurkan dinding sel dan menyebabkan kematian pada sel bakteri. Selain sebagai anti bakteri, Kunyit jugaidipercayamemiliki efek farmakologis sebagai  anti inflamasi atau peradangan dalam tubuh dengan mekanisme menghambat berbagaimolekul yang terlibat dalam dalam proses inflamasi. Tujuanipenulisan dari artikel ini adalah untuk mengetahui potensiekstrak herbal Kunyit (Curcuma Longa) sebagai anti bakteri dan anti inflamasi. Metode penelusuran sumber dilakukan melaluimesin pencarian Google Scholar,Pubmed,idan Elsevier. Hasil penelusuran ditemukan bahwa ektrak Kunyit memiliki potensisebagai anti bakteri dan anti inflamasi secara efektif. Semakin besar konsentasi pada ekstrak maka efek farmakologis yangditimbulkan semakin besar. Kata Kunci: Kunyit (Curcuma Longa), Antibakteri, Anti Inflamasi.