Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Enigma Kejahatan dalam Sekam Filsafat Ketuhanan Andri Fransiskus Gultom
Intizar Vol 22 No 1 (2016): Intizar
Publisher : Pusat Penelitian dan Penerbitan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19109/intizar.v22i1.542

Abstract

Artikel ini membahas tentang problematika kejahatan dalam kaitannya dengan keberadaan Tuhan. Kejahatan yang kerap dihadapi manusia dalam hidup menjadi persoalan yang coba diruntut berdasar perspektif filsafat ketuhanan. Dalam artikel ini, adanya kejahatan yang terdapat di dalam sepanjang sejarah kehidupan manusia, menghadirkan pertanyaan mendasar tentang keberadaan Tuhan. Tuhan yang diyakini sebagai Yang Maha Baik dihadapkan dengan realita kejahatan dalam kontestasi ide filosofis. Terdapat empat tema pembahasan yang berawal dari pertanyaan-pertanyaan filosofis perihal relasi kejahatan dengan ketuhanan, yaitu: apa itu teodise? Apa itu kejahatan? Beranjak dari pertanyaan tersebut, penulis mendapati bahwa kejahatan merupakan suatu kenyataan yang disebut dengan enigma.  Kenyataan enigmatik yang dihadapi manusia dalam kehidupan tersebut memposisikan manusia sebagai subjek yang rentan (vulnerable subject) tatkala berhadapan dengan kejahatan. This article discusses about the problematics of crime in relation to the existence of God. Crimes that are often faced by humans in life have been problems that try tracing based on existence of god perspective. In this article, the crimes contained in the history of human life, presents a fundamental question about the existence of God. God is believed to be the Most Good confronted with the reality of crime in the contestation of philosophical ideas. There are four discussion themes which start from the philosophical questions regarding the relationship with Divinity crime, namely: what is it theodicy? What is crime? Moving on from these questions, the authors found that the crime is a reality called the Enigma. The fact of the Enigmatic faced by humans in the life has been positioned that humans as a vulnerable subject whenthey are dealing with crime.
KERAPUHAN EVIDENSI DALAM CIVIC LITERACY Andri Fransiskus Gultom
Sophia Dharma: Jurnal Filsafat, Agama Hindu, dan Masyarakat Vol 5 No 1 (2022): SOPHIA DHARMA
Publisher : Program Studi Filsafat Agama Hindu IAHN Gde Pudja Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (517.022 KB) | DOI: 10.53977/sd.v5i1.523

Abstract

The debate about civic literacy in philosophical discourse in Indonesia is still rare. This paper may have initiated this debate by anchoring philosophical criticism to the research of Armaidy Armawi and Raharjo in the Journal of Philosophy Vol 31, No. 1 of 2021 entitled: "Evaluation of Civic Literacy Socialization Program in the Formation of Young Citizen Ethics." The fundamental aim of this paper lies in the power to critique research that has fragile evidence in the discussion of civic literacy. This study uses qualitative methods with verstehen, trouble mapping, interpretation, and Myra Zarnowski's thought experiments. The research findings: first, the fragility of the evidence occurred in the two researchers due to experiencing the epistemological break. Second, the fragility of the two researchers' evidence is in the content of civic literacy because the evaluation of the two researchers missed by presenting lack of data so that the peak achievement in civic literacy is not directed at the well-inform citizens, but is concerned with the explanatory bias that exists in ethics. The recommendations of this study focus on civic literacy, which contains a structure on reading themes and civic values that can answer the needs of citizens. The implication is sense of the citizens engagement to realizing social justice.
Mengapa Filsafat Perlu Ada di Jantung Pemikiran Civitas Academicus? Andri Fransiskus Gultom
Sophia Dharma: Jurnal Filsafat, Agama Hindu, dan Masyarakat Vol 6 No 1 (2023): SOPHIA DHARMA
Publisher : Program Studi Filsafat Agama Hindu IAHN Gde Pudja Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims to reveal the ontological urgency of philosophy for the academic community in higher education. This research uses qualitative methods by conducting verstehen (understanding the text as a posttranslational datum from primary and secondary sources both verbatim and in thick description), trouble mapping (mapping problem sitting), interpretation (interpreting explicit and implicit messages). The results of the study found first, the existence of philosophy exists in forma and materia. Forma, in the onto-epistemological sense i.e. there is a thought anchored as a dialectical logos. Materia, namely, philosophy of existences as a system in the lex generalist curriculum in the form of a course that contains the history of thought (historical discourse) in tension with schemes, between the flow of various statements and variants of disputation. Second, there is a mental readiness to be in tension (in the debate room in the form of scientific rebuttals) for the academic community, both between lecturers and students, fellow lecturers, and fellow students. Thus, psycho-social takes the form of emotions, and action needs to be postponed (epoche) in debate. Rationality, thus, precedes psychological impulses.
Strategi Anti Perundungan di Media Sosial dalam Paradigma Kewarganegaraan Andri Fransiskus Gultom; Suparno Suparno; Ludovikus Bomans Wadu
De Cive : Jurnal Penelitian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 3 No. 7 (2023): Juli
Publisher : Actual Insight

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56393/decive.v3i7.1689

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan strategi anti perundungan di media sosial dalam paradigma kewarganegaraan. Situasi ini bertolak dari situasi perundungan yang masih terjadi di lingkunan pendidikan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, studi dokumen, dan fokus kelompok Teknik analisis data dilakukan dengan transkripsi data, pengkodean, analisis tema, dan interpretasi serta penarikan kesimpulan. Temuan penelitian, pertama, adanya perundungan yang terjadi dengan teknologi media sosial diatasi melalui teknoloi media sosial juga. Artinya, penelitian ini menggunakan strategi internal dalam paradigma kewarganegaraan untuk anti perundungan dengan menggunakan teknologi media sosial terutama memaksimalkan penggunaan instagram untuk mengimplementasikan melalui kampanye anti perundungan dengan melakukan penyebaran pamflet. Isi pamflet tentang ajakan untuk tidak melakukan kekerasan, ujaran, penghinaan, dan merendahkan sesama teman. Adanya kampanye melalui pamflet ini, bagi beberapa orang, setuju dan ada komentar-komentar positif dan dukungan yang masuk di akun media sosial kampanye anti perundungan ini. Rekomendasi, strategi anti perundungan menjadi bentuk antisipasi dengan menggunakan media sosial dan aksi langsung.
Albert Camus And Kierkegaard on Existential Isolation to Indonesia Citizen Gultom, Andri Fransiskus
Sophia Dharma: Jurnal Filsafat, Agama Hindu, dan Masyarakat Vol 6 No 2 (2023): SOPHIA DHARMA
Publisher : Program Studi Filsafat Agama Hindu IAHN Gde Pudja Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Existential isolation has become a problem that makes anxiety. Existential isolation is an academic term for ramification in three fields of science namely phenomenology, humanistic psychology, and existentialism. All three fields are in the realm of philosophy. Existential isolation in phenomenology focuses on the individual's direct experience and personal understanding of reality as the main subject that is worthy of attention. This research employed the existential-phenomenological method by investigating the mode of human existence in the pandemic situation. A study of existential isolation is illustrated by two characters, Rieux and Paneleux, in Albert Camus' novel, La Peste. The results of this study are (1) the meaning of existential isolation was anxiety and fear of death; (2) the existential isolation of Camus was in Rieux and Paneloux while witnessing death and then experiencing solitude. Kierkegaard's existential isolation exists in childhood experiences as his father gives examples of unscrupulous life and the cancellation of an engagement with Regine Olsen; (3) the juxtaposition between Camus and Kierkegaard's thoughts for citizens of Indonesia can be found in the idea of subjectivity, the vitality of life, and communication. The recommendations of this research are anchored in the ethics of care in the pandemic era.
Strategi Warga Negara dalam Upaya Pencegahan Bencana Banjir di Desa Tawangrejeni, Turen, Kabupaten Malang Gultom, Andri Fransiskus; Wadu, Ludovikus Bomans; Zakaria, Fahmi Arif
Jurnal Panorama Hukum Vol 8 No 1 (2023): Juni
Publisher : Fakultas Hukum Universitas PGRI Kanjuruhan Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21067/jph.v8i1.8916

Abstract

Bencana banjir merupakan fenomena alam yang terjadi secara alamiah dan menjadi permasalahan di Desa Tawangrejani. Banyak sampah yang berserakan sebagai penyebab terjadinya banjir. Menurut BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten Malang dalam berita harian Kompas menuliskan banjir besar di Desa Tawangrejani Kecamatan Malang rata-rata biasa terjadi empat sampai lima kali pertahun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami bagaimana masyarakat pluralis di Desa Tawangrejani Kecamatan malang tetap menjaga solidaritas sosial mereka dalam menangani bencana banjir yang terjadi meskipun mereka berasal dari ras/etnis yang berbeda-beda. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Sumber data primer di peroleh dari lapangan, baik dari hasil observasi maupun wawancara dengan informan yang diambil dari pihak-pihak terkait, yaitu aparatur desa Tawangrejani Kecamatan Turen dan warga pluralis setempat. Hasil penelitian menemukan bahwa Strategi warga negara dengan demikian ini berupaya mencegah terjadinya bencana banjir di desa Tawang rejeni dengan cara terjun langsung untuk membantu memaksimalkan kegiatan gotong royong sebagai wujud solidaritas sosial.
Prasarana Peribadatan untuk Meningkatkan Nilai Ketuhanan di Mushola Warofi Gultom, Andri Fransiskus; Tursini, Umi; Indiraswari, Susmita Dian; Zakaria, Fahmi Arif
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 4 No. 1 (2024): Juni
Publisher : Actual Insight

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56393/jpkm.v4i1.2356

Abstract

Upaya untuk meningkatkan ketakwaan iman memerlukan prasarana peribadata yang tersedia di tempat ibadah. Prasarana peribadatan tersebut diusahakan sebagai bentuk pengabdian yang didasarkan pada nilai Ketuhanan yang ada pada sila pertama Pancasila. Proyek pengabdian ini berfokus untuk pembuatan rak Al-quran yang bertujuan untuk mengimplementasikan nilai-nilai Ketuhanan yang ada pada diri warga negara Indonesia. Rak Al-quran ini akan dibuat dengan memanfaatkan bahan kayu untuk menciptakan tempat Ibadah yang lebih terawat dan lebih rapi dengan desain yang menarik. Dalam pengabdian ini, tim juga menyediakan prasarana lain berupa buku-buku yang bertema ketuhanan yang menyesuaikan tempat pengabdian. Hal tersebut mendasarkan pada wujud ketakwaan pada Ketuhanan Yang Maha Esa. Tim pengabdian melibatkan beberapa organ masyarakat dari berbagai latar belakang untuk berpartisipasi dalam pembuatan pengabdian rak dan penyediaan buku-buku bertema ketuhanan. Keterlibatan tersebut memperkuat rasa Ketuhanan dan gotong-royong dalam mewujudkan peran warga negara sekaligus warga agama (jamaah). Dengan pengabdian ini, tim berharap dapat memperkuat rasa peduli diantara masyarakat Indonesia, serta memberikan dampak positif bagi warga negara.
Objektivisme Nilai dalam Fenomenologi Max Scheler Gultom, Andri Fransiskus
De Cive : Jurnal Penelitian Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 4 No. 4 (2024): April
Publisher : Actual Insight

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56393/decive.v4i4.2107

Abstract

Penelitian ini berfokus pada dua problem utama dalam nilai: (1) pencarian pada hakikat nilai dalam jejak-jejak pemikiran Max Scheler (2). nilai dalam tegangan objektivisme dan subjektivisme. Nilai-nilai itu dalam pemikiran Scheler lebih didasari oleh filsafat yang memengaruhinya. Penelitian ini menggunakan metode fenomenologi-hermeneutis dengan langkah-langkah: pertama, melakukan pembacaan tekstual in sensu stricto pada beberapa karya Scheler, kedua, mengaitkan teks dengan problem nilai dengan konteks. Ketiga, reduksi fenomenologis. Keempat, interpretasi dan apropriasi. Temuan penelitian, pertama, penyelesaian problem nilai antara objektivitas dan subjektivitas. Kedua, hakikat nilai ditemukan Scheler merupakan satu jenis objek yang sama sekali tidak dapat dimasuki oleh rasio. Rasionalisme modern menurunkan nilai ke posisi yang lebih rendah atau berusaha untuk menggabungkannya dengan entitas rasio. Para rasionalis melakukan penyesuaian dengan logique du coeur yang tidak memiliki kaitan dengan logika intelek, namun yang menetapkan hierarki dan hukum yang sama tepatnya dengan jenis logika yang terakhir. Dengan istilah yang khas Scheler, nilai menyatakan diri pada kita melalui persepsi sentimental dalam preferensi, cinta, dan benci.
The Cultural Problems about the Adaptation of Manggarai Students in Malang City Gultom, Andri Fransiskus
Humanus Vol 23, No 2 (2024)
Publisher : Pusat Kajian Humaniora FBS Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/humanus.v23i2.125105

Abstract

This research is motivated by the cultural complexity between Manggarai students and Java students in Malang city, Indonesia.  There are misunderstandings due to the meeting of two different cultures. The research purpose is to find out the adaptation problems of Manggarai students in Malang city. The research method is qualitative with an ethnographic approach, namely emic. The data collection techniques are observation, interview and documentation. The analysis technique uses interpretation with a cultural paradigm. The results showed that the cultural problem of adaptation in the ethnographic point of view is the difficulty of adapting between students from Manggarai (migrants) and students from Java (host culture). The main reason for the difficulty in adapting starts from the language, the situation of feeling like a foreigner so that they feel culture shock with the new culture. Consequences of adaptation problems: limited communication between the two parties, the problem of occurring situations that are not familiar and easily offended due to misunderstanding and suspicion in the use of language. Ethnographic analysis helps adaptation problems through cultural trajectories from the immigrant side by being humble to learn conversations in everyday Javanese. The trajectory is carried out communally with initiatives from regional organizations (Lembor Malang Big Family Association or IKBLM) to build meeting points and familiarity with Javanese students. Research recommendations, different cultures can be crossed with cultural ideas and actions to accept differences starting from migrants and facilitated by decision-making parties.
Efektivitas Sosialisasi Hak Kekayaan Intelektual dalam Meningkatkan Kesadaran dan Daya Saing Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Desa Tajinan Zakaria, Fahmi Arif; Tursini, Umi; Gultom, Andri Fransiskus; Indiraswari, Susmita Dian; Anas, Dimas Emha Amir Fikri
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 4 No. 2 (2024): Desember
Publisher : Actual Insight

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56393/jpkm.v4i2.2698

Abstract

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Desa Tajinan terkait Hak Kekayaan Intelektual (HKI), khususnya dalam pendaftaran merek dagang. Metode yang digunakan meliputi ceramah, diskusi interaktif, dan simulasi pendaftaran merek, dengan pendekatan partisipatif yang melibatkan 26 perwakilan UMKM dari berbagai bidang usaha, termasuk kuliner, kerajinan tangan, dan perdagangan. Hasil survei menunjukkan peningkatan signifikan dalam pemahaman peserta, di mana tingkat kesadaran tentang pentingnya HKI naik dari 25% sebelum sosialisasi menjadi 80% setelah kegiatan dilaksanakan. Selain itu, 90% peserta memahami konsep dasar HKI dan 75% merasa lebih percaya diri untuk mendaftarkan produk mereka ke lembaga terkait. Meskipun demikian, kendala seperti biaya pendaftaran, prosedur administrasi yang rumit, dan minimnya pendampingan teknis pasca-sosialisasi masih menjadi hambatan utama. Kegiatan ini merekomendasikan adanya program lanjutan yang lebih intensif, seperti pendampingan teknis dan subsidi biaya pendaftaran HKI, untuk memastikan hasil yang berkelanjutan. Diperlukan kolaborasi berkelanjutan antara pemerintah, akademisi, dan lembaga pendamping untuk memastikan penerapan HKI yang efektif dan berkelanjutan.