Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

SITUS YOMOKHO DI DISTRIK SENTANI TIMUR, KABUPATEN JAYAPURA Suroto, Hari
Naditira Widya Vol 6, No 1 (2012): April 2012
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v6i1.81

Abstract

Abstrak. Penelitian situs Yomokho ditujukan untuk mengungkapkan bentuk kehidupan manusia melalui materibudaya yang terkandung di dalam tanah. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka, survei, danekskavasi. Data yang terjaring dari survei adalah konsentrasi himpunan cangkang moluska pada sejumlah bagianbukit, tonggak hunian, dan struktur jajaran batu. Data ekskavasi berupa fragmen gerabah, manik-manik, cangkangmoluska, arang, tulang binatang dan manusia, serta lapisan budaya yang tebal. Hasil analisis artefaktual memberigambaran perilaku dan pemanfaatan situs oleh masyarakat masa perundagian, sedangkan analisis kontekstualmemperkuat dugaan bahwa situs tersebut merupakan bekas pemukiman.
TRADISI BERBURU SUKU BAUZI DI MAMBERAMO RAYA (Hunter Tradition of Bauzi Tribe in Mamberamo Raya) Suroto, Hari
Jurnal Penelitian Arkeologi Papua dan Papua Barat Vol 6, No 2 (2014): November 2014
Publisher : BALAI ARKEOLOGI PAPUA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (397.088 KB)

Abstract

Especially prehistoric tradition of hunting and gathering tradition has continued until today in Bauzi tribe in Mamberamo Raya. This paper aims to discuss the tradition of hunting on Bauzi tribe, hunting equipment used and the strategy used in hunting. This study is descriptive and exploratory. Data collection was done of the literature study and interviews. Hunting animals is an activity undertaken Bauzi tribe throughout the year. Hunting methods used by individuals that hunt, hunt groups, and hunt groups using dogs. The strategy used in the hunt that is trapping, reconnaissance and attack suddenly, diving and attacked the crocodile in the water. Animal bone as a tool used in everyday life Bauzi tribe. ABSTRAKTradisi prasejarah terutama tradisi berburu dan meramu masih berlangsung hingga saat ini pada suku Bauzi di Mamberamo Raya. Tulisan ini bertujuan untuk membahas tradisi berburu pada suku Bauzi, peralatan berburu yang digunakan dan strategi yang dipakai dalam berburu. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan bentuk penalaran induktif dan pendekatan kualitatif, serta pendekatan etnoarkeologi. Pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan studi kepustakaan, observasi lapangan dan wawancara. Berburu binatang merupakan aktivitas suku Bauzi yang dilakukan sepanjang tahun. Metode berburu yang digunakan yaitu berburu yang dilakukan individu, berburu kelompok, serta berburu kelompok menggunakan anjing. Strategi yang digunakan dalam berburu yaitu pemasangan perangkap, pengintaian serta penyerangan mendadak, menyelam dan menyerang buaya dalam air. Tulang binatang buruan dimanfaatkan sebagai bahan alat dalam kehidupan sehari-hari suku Bauzi.
BUDAYA AUSTRONESIA Dl KAWASAN DANAU SENTANI (Austroneslan Culture In the Sentani Lake Area) Suroto, Hari
Jurnal Penelitian Arkeologi Papua dan Papua Barat Vol 8, No 2 (2016): November 2016
Publisher : BALAI ARKEOLOGI PAPUA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2625.917 KB)

Abstract

Pottery artifacts distribution and language show that Austroneslan speakers mostly settle, do activity, and interact with indigenous Papua In the coastal. Sentani Lake area is located in north part of Papua, in which Sentani language belongs to the non-Austronesian (phylum Trans New Guinea). This study is aimed to reveal the influence of Austroneslan culture in Sentani Lake area through descriptive and qualitative methods. The data is gathered by conducting surface survey, environmental observation, and ethnoarchaeological approach. The influence of Austroneslan culture in Sentani Lake area is brought through the coastal communities in Vanimo, Altape, and East Sepik Papua New Guinea. Artifacts as the evidences showing the influence of Austroneslan culture am in the form of pottery, glass bracelet, glass beads, and bronze artifacts. It is also shown through a pottery making tradition, tattoo, alcoholic drink, leadership system, and the breeding of dog, pig, and chicken. AbstrakPersebaran artefak gerabah dan bahasa menunjukan penutur Austronesia lebih banyak bermukim, beraktivitas, dan berinteraksi dengan penduduk asli Papua di pesisir. Kawasan Danau Sentani terletak di pesisir utara Papua, bahasa Sentani tergoiong dalam bahasa non-Austronesia (phylum Trans New Guinea). Tuiisan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh budaya Austronesia di Kawasan Danau Sentani. Tulisan ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode pengumpuian data dilakukan dengan survei permukaan tanah serta pengamatan lingkungan, serta perdekatan etnoarkeologi. Pengaruh budaya Austronesia di Kawasan Danau Sentani melaiui masyarakat pesisir di Vanimo, Aitape, dan Sepik Timur Papua Nugini. Aftefek yang menjadi bukti pengaruh budaya Austronesia yaitu gerabah, geiang kaca, manik-manik kaca, artefak pemnggu, Pengaruh iainnya yaitu tradlsi pembuatan gerabah, tradlsi tato, pembuatan minuman beralkohol, sistem kepemimpinan serta pemeiiharaan anjing, babi dan ayam.
MAKNA MOTIF LUKISAN MEGALITIK TUTARI [The Meaning of Tutari Megalitical Motif] Djami, Erlin Novita Idje; Suroto, Hari
Jurnal Penelitian Arkeologi Papua dan Papua Barat Vol 9, No 1 (2017): Juni 2017
Publisher : BALAI ARKEOLOGI PAPUA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1068.519 KB)

Abstract

In the megalithic period, humans living around the Tutari hill have poured their minds through paintings on rocky boulders spread across the slopes of Tutari Hill. Painting Megalithic Tutari describes ideas or ideas and behavior of society in the form of symbols, which express the natural environment and socio-cultural conditions of the community. The existence of these paintings is very interesting to know the shape and meaning. The purpose of this paper is to know the meaning of motifs megalithic painting Tutari. The methods used are stylistic analysis and contextual analysis. The motifs of the paintings contained in the Tutari Megalithic Site are human motifs, anthropomorphic images, flora, fauna, cultural objects, and geometric. These motifs have meaning related to the beliefs, daily life, and environmental circumstances of Lake Sentani in prehistoric times.  ABSTRAKPada masa megalitik, manusia yang hidup di sekitar bukit Tutari telah menuangkan alam pikiran mereka melalui lukisan pada bongkah-bongkah batu yang tersebar luas di lereng Bukit Tutari. Lukisan Megalitik Tutari menggambarkan gagasan atau ide dan perilaku masyarakat dalam bentuk simbol-simbol, yang mengekspresikan lingkungan alam dan keadaan sosial budaya masyarakatnya. Keberadaan lukisan-lukisan tersebut sangat menarik untuk diketahui bentuk dan maknanya. Tujuan tulisan ini adalah untuk mengetahui makna motif lukisan megalitik Tutari. Metode yang digunakan adalah analisis stilistik dan analisis kontekstual. Motif lukisan yang terdapat di Situs Megalitik Tutari berupa motif manusia, gambar antropomorfik, flora, fauna, benda budaya, dan geometris. Motif-motif ini memiliki makna yang berkaitan dengan kepercayaan, kehidupan seharihari, serta keadaan lingkungan Danau Sentani pada jaman prasejarah.
JAYAPURA PADA ERA PERANG PASIFIK Suroto, Hari
Jurnal Penelitian Arkeologi Papua dan Papua Barat Vol 5, No 1 (2013): Juni 2013
Publisher : BALAI ARKEOLOGI PAPUA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (494.02 KB)

Abstract

Jayapura on World War II or the Pacific War into direct battle between Japan and the Allies. This research aims to determine military strategy in the Pacific War in Jayapura, and to know the direct impact of the Pacific War against Jayapura and its inhabitants. The method used in this paper is the collection of data by conducting archaeological surveys in the area of Lake Sentani and Jayapura, interviews, and literature. Pacific War which caused much destruction it has also brought a constructive effect on construction activity Jayapura.AbstrakJayapura pada Perang Dunia II atau Perang Pasifik menjadi medan pertempuran langsung antara Jepang dan Sekutu. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui strategi militer dalam Perang Pasifik di Jayapura, serta mengetahui dampak langsung Perang Pasifik terhadap Jayapura dan penduduknya. Metode yang digunakan dalam penulisan ini yaitu pengumpulan data dengan melakukan survei arkeologi di Kawasan Danau Sentani dan Kota Jayapura, wawancara dan studi pustaka. Perang Pasifik yang banyak menyebabkan kehancuran itu juga telah membawa akibat yang konstruktif terhadap aktivitas pembangunan Jayapura.
PEMASYARAKATAN HASIL-HASIL PENELITIAN BALAI ARKEOLOGI JAYAPURA Suroto, Hari
Jurnal Penelitian Arkeologi Papua dan Papua Barat Vol 3, No 2 (2011): November 2011
Publisher : BALAI ARKEOLOGI PAPUA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (32.675 KB)

Abstract

Correctional results of archaeological research has been done by the Institute for Archaeology Jayapura consists of exhibitions, seminars, publications in print media, publications in electronic media, publishing, film documentary, archaeological workshops, and websites. Corrections is expected to benefit the academic, practical, and ideological. Correctional activities do not reach out to more stake holders, it is because of the vast territory of Papua and geographical conditions that are difficult to reach, correctional activities for this new archaeological limited in the district / town the Jayapura and District Keerom. Another constraint is human resources and limited funds.
BABI DALAM BUDAYA PAPUA (Pig in The Papua Culture) Suroto, Hari
Jurnal Penelitian Arkeologi Papua dan Papua Barat Vol 6, No 1 (2014): Juni 2014
Publisher : BALAI ARKEOLOGI PAPUA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (195.832 KB)

Abstract

The pig is an integral part of the culture in the highlands of Papua. Nevertheless, to this day still happening cross of opinion among experts about when the first swine entered in Papua. This paper will discuss the beginning of pigs in Papua and Papuan cultural values associated with the presence of a pig. Data was collected with a literature study, in this paper used descriptive qualitative method. Beginning of the presence of swine in Papua brought by Austronesian speakers. Pig bones found in cave sites north coast of Papua. The presence of pigs in Papua are very influential in Papuan culture. ABSTRAKBabi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari budaya di daerah dataran tinggi Papua. Meskipun demikian, sampai hari ini masih saja terjadi persilangan pendapat antar para ahli mengenai kapan pertama kali babi masuk di Papua. Tulisan ini akan membahas awal mula babi di Papua dan nilai-nilai budaya Papua yang terkait dengan keberadaan babi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan, dalam tulisan ini digunakan metode deskriptif kualitatif. Awal mula keberadaan babi di Papua dibawa oleh penutur Austronesia. Tulang-tulang babi ditemukan di situs-situs gua pesisir utara Papua. Keberadaan babi di Papua sangat berpengaruh pada budaya Papua.
PERAN PENERBANGAN PERINTIS DALAM MENGUBAH PERADABAN PRASEJARAH KE MODERN Dl PEGUNUNGAN PAPUA {The Aviation Pioneer1S Role in Changing Prehistoric to Modern Civilization in the Mountain Range of Papua) Suroto, Hari
Jurnal Penelitian Arkeologi Papua dan Papua Barat Vol 8, No 1 (2016): Juni 2016
Publisher : BALAI ARKEOLOGI PAPUA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3034.985 KB)

Abstract

The geographical condition of Papua Mountain Range is hard to reach, isolated from the landline, and possessing a community that lives in prehistoric tradition. Airplane becomes the most effective means of transportation to connect the world. This study is aimed to find out the history of aviation pioneer in the Mountain Range of Papua as well as its role in modernizing the local civilization. The methods used in this research are field observation and literature review. The analysis uses historical and contextual environment approaches. Aviation in the Mountain Range of Papua is pioneered by missionaries of Colonial era. The aviation pioneer has opened communication to the world and created new civilization. During its development, educational and medical facilities, economic and governmental activities are established and centered nearby the airport. AbstrakKondisi geografis pegunungan Papua sangat sulit dijangkau, terisolasi jalur darat, masyarakatnya hidup dalam tradisi prasejarah. Pesawat terbang menjadi satu-satunya sarana transportasi yang paling efektif untuk menghubungkan dengan dunia luar. Tujuan tulisan ini yaitu untuk mengetahui sejarah penerbangan perintis di pegunungan Papua serta peran penerbangan perintis di pegunungan Papua dalam memodernkan peradaban setempat. Metoda penelitian yang digunakan yaitu observasi lapangan dan studi pustaka. Analisis menggunakan pendekatan sejarah dan pendekatan kontekstual lingkungan. Penerbangan perintis di pegunungan Papua dipelopori oleh misionaris pada masa pemerintahan Belanda. Penerbangan perintis telah membuka komunikasi dengan dunia luar serta memunculkan peradaban baru. Dalam perkembangannya didirikan fasilitas pendidikan, kesehatan dan aktivitas ekonomi serta pemerintahan berpusat di sekitar lapangan terbang.
Pelestarian Sumberdaya Budaya Dalam Bingkai Otonomi Khusus Papua (STUDI KASUS CRM PAPUA) Suroto, Hari
Jurnal Penelitian Arkeologi Papua dan Papua Barat Vol 1, No 1 (2009): Juni 2009
Publisher : BALAI ARKEOLOGI PAPUA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2488.551 KB)

Abstract

The influence of globalization has been seriously threat for the endurance whether tangible or intangible culture now days. It is surely needed to find a concept to preserve the Papua’s culture so that it can’t be swept away. If it doesn’t work, the next generation of Papua will lose their basic culture because of globalization and modernism. Until now, the people and provincial government didn’t give a full attention to the cultural resources. However, Papua’s culture can be a high potential culture. So that the way to advantage and developed the culture resources must be aim to preservation.
BUDAYA AUSTRONESIA DI PAPUA Suroto, Hari
Jurnal Penelitian Arkeologi Papua dan Papua Barat Vol 1, No 2 (2009): November 2009
Publisher : BALAI ARKEOLOGI PAPUA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (129.934 KB)

Abstract

Papua has a strategic location in the western Pacific region, as a connector between South East Asia and Pacific Region that makes it a strategic place to transit from both west and east. On 1500 to 1000 BC there were a new wave of migration from Austronesia. The colonist left a vivid track about their journey through ocean and islands which can be seen form their archaeological sites. These sites were found in Admiralty island on the north of New Guinea to the east of Samoa island on West Polynesia. The strongest evidence on the migration of the Austronesian in Pacific is the language. The imigrant from Austronesia who came to Pacific settled accross the coastal area of north Papua. The influence of Austronesian culture in Papua that is only on north coast Papua, the Cendrawasih bay and the Bird’s Head Peninsula is particularly the Melanesian language, which actually a development of local Papua language influenced by the Austronesian language. Other influence they made is the tradition of the making and utilization of vessels. It is because this tradition was widely unknown in mid Papua mountains and south-coast Papua. Then the other Austronesian characteristics are the structured hierarchical organization, which applied hereditary and tattoo tradition.