Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Peran Perpustakaan dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Secara Mandiri di Perguruan Tinggi Hanoum, R. Nadia
Edulib Vol 2, No 1 (2012)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/edulib.v2i1.2264

Abstract

AbstrakTujuan akhir dan utama dari pembelajaran bahasa adalah kemampuan pembelajar bahasa untuk menggunakan bahasa yang dipelajari. Namun sayangnya lembaga pendidikan formal selama ini terpaku pada pendekatan-pendekatan tradisional yang lebih banyak memberikan penekanan pada struktur bahasa dan bukan pada bagaimana menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Selain karena faktor ukuran kelas yang besar yang tidak ideal untuk pembelajaran bahasa, hal ini juga dipicu oleh terbatasnya waktu tatap muka di kelas yang tidak memungkinkan terjadinya suatu proses pembelajaran bahasa yang efektif. Di tingkat perguruan tinggi dimana seorang peserta didik dituntut untuk lebih mandiri, permasalahan ini seharusnya dapat diatasi dengan meningkatkan peran dan layanan perpustakaan yang mendukung terlaksananya proses pembelajaran bahasa Inggris secara mandiri. Perpustakaan yang dapat menjalankan fungsinya dengan baik akan mampu menciptakan suasana pembelajaran mandiri yang dapat menunjang pembelajaran tatap muka di kelas. Selain itu, keberadaan sebuah Self Access Center (SAC), yaitu sebuah sarana belajar bahasa mandiri yang menungkinkan pengguna untuk belajar sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya akan mampu secara signifikan meningkatkan minat dan motivasi mahasiswa untuk belajar secara mandiri sehingga tujuan pembelajaran bahasa Inggris dapat tercapai. Kata Kunci: perpustakaan, pembelajaran bahasa Inggris, belajar mandiri, Self Access Center AbstractThe ultimate goal of learning English is the ability to use the target language. Unfortunately, formal education tends to use tradisional approach which focuses more on the language form instead of language use. This is triggered not only by the large class size but also by the limited time allocated for learning process in the class. In tertiary level where students are expected to be more independent in their learning, this problem should have been able to be solved by increasing the role and service of university library which supports self-directed independent learning. Library which can fulfill its functions well will be able to create the athmosphere of independent learning that assist learning process in the class. In addition, the establishment of a Self Access Center (SAC) in the library which enable students to learn according to their own needs and abilities will significantly increase students’ interest and motivation to learn independently so that the goal of learning English can be accomplished. Keywords: library, English learning, self-directed independent learning, Self Access Center  
MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI MAHASISWA MELALUI MEDIA SOSIAL Hanoum, R Nadia
EDUTECH Vol 13, No 3 (2014): DINAMIKA PENDIDIKAN DAN LAYANAN PEMBELAJARAN
Publisher : Prodi Teknologi Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/edutech.v13i3.3093

Abstract

Abstract. Social media allow their users to share, collaborate, and making network more flexibly without having to be in the same place and time. The use of social media in learning gives students more opportunities to interact and exchange information with each other through various activities like discussion, peer correction, and peer evaluation. Viewing from social learning and social constructivism theories, using social media in learning will affect students’ behavior and learning outcomes. The learning outcomes explored in this paper is the cognitive domain of analyze, evaluate, and create aspects. These three aspects are considered as higher order thinking skills which should be mastered by college students as it is at university level that quality human resources are expected to be generated.Keywords: higher order thinking skills, social media, social learning theoryAbstrak. Media sosial memungkinkan para penggunanya untuk berbagi, berkolaborasi, dan berjejaring secara lebih fleksibel tanpa harus berada pada tempat dan waktu yang sama. Penggunaan media sosial dalam pembelajaran memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada peserta didik untuk berinteraksi dan bertukar informasi dengan peserta didik lainnya melalui berbagai kegiatan seperti diskusi, mengoreksi informasi yang diberikan oleh teman atau kelompok lain atau memberikan penilaian terhadap kinerja atau penampilan teman sekelas. Jika dilihat dari teori belajar sosial dan teori konstruktivisme sosial, maka penggunaan media sosial dalam pembelajaran akan berdampak pada perilaku dan hasil belajar peserta didik. Hasil belajar yang dieksplor dalam artikel ini adalah domain kognitif aspek menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan. Ketiga aspek ini merupakan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang harus dapat dikuasai oleh mahasiswa mengingat pada level pendidikan tinggi lah diharapkan akan dihasilkan SDM yang berkualitas.Kata Kunci: keterampilan berpikir tingkat tinggi, media sosial, teori belajar sosial
Instructional Needs Analysis and Cultural Values in Online Learning Hanoum, Nadia; Silvana, Hana
International Journal of Education Vol 12, No 1 (2019): August 2019
Publisher : UPI Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/ije.v12i1.17776

Abstract

From a cultural perspective, the nature of online learning is related to learners’ high individualism and low power distance between learners and instructor, which is in contradictory with Indonesian cultural values of high collectivism and high power distance. This study aimed to analyze the cultural values of Indonesian learners, identify the instructional needs that were compatible with the learning culture, and design an instructional design framework which is compatible with the learning culture of Indonesian students in general so that the learning process can be maximized. This study employed quantitative descriptive method and a questionnaire was used as the instrument to gather data from a sample taken purposively, that is students who took online learning via Integrated Online Learning System (SPOT) learning management system. The results suggested that Indonesian students exhibited high power distance, low tolerance for uncertainty and were culturally more collectivist and feminine. These cultural values have implications on the process of online learning in three different areas, namely assessment, instruction, and communication. Thus, a framework of learning strategies has been proposed to overcome the problems posed by the learning culture of Indonesian students so that the online learning can be more effective.
IMPLEMENTASI COMMUNITY LANGUAGE LEARNING PADA PROGRAM CONVERSATION DALAM MENINGKATKAN SPEAKING SKILLS Priastiyadi, Dwiki; Rusmono, Doddy; Hanoum, R Nadia
PEDAGOGIA Vol 18, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/pdgia.v18i1.29465

Abstract

The Implementation of Massive Open Online Courses (MOOCs)-Based E-Learning System for College Level Learners Hana Silvana; Nadia Hanoum
ComTech: Computer, Mathematics and Engineering Applications Vol. 8 No. 2 (2017): ComTech
Publisher : Bina Nusantara University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21512/comtech.v8i2.3754

Abstract

This research aimed to find out how the implementation of MOOCs-based e-learning system was as an attempt to provide equal access to education athigher education level in Indonesia and to describe the user profile of MOOCs based e-learning. This research used a descriptive quantitative method, and the subjects of the research were 30 MOOCs participants drawn randomly. The design of the MOOCs-based e-learning implementedhad following features. Those were a) Bahasa Indonesia content; b) responsive media interface that can be accessed from a variety of devices; c) the use of short duration video content to facilitate buffering process; d) the use of interactive multimedia content; e) the use of social learningprinciples through the feature of discussion forum; and f) the use of gamification principles through the provision of badges for participants. The results of this research indicate that MOOCs-based e-learning system has the potential to improve the equal access to higher education with severalindicators. First, the majority of participants are females. Second, the latest education of most users is high school or vocational high school. Last, most have been working as employees.
PENGGUNAAN E-MODUL UNTUK MENINGKATKAN SELF-REGULATED LEARNING DAN KEMAMPUAN ASPEK READING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS Ellina Rienovita; R Nadia Hanoum
EDUTECH Vol 22, No 2 (2023)
Publisher : Prodi Teknologi Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/e.v22i2.62714

Abstract

Education is an important aspect that needs to be improved to face the increasingly complex and challenging developments of the 21st century. The goal of Indonesia's national education in the 21st century is to develop high-quality human resources. One of the qualities that humans must possess is the ability of self-regulated learning. This ability can be developed through education, one of which is through English language learning, especially reading skills. To improve reading and self-regulated learning abilities, this research used e-module as a learning medium. The e-module was developed by the researcher while paying attention to the aspects of reading and self-regulated learning. This quasi-experimental study aimed to determine whether the use of e-module can improve reading and self-regulated learning abilities. The study population consisted of 339 students, while the sample was 68 students from experimental and control classes at SMPN 29 Bandung. Data collection was carried out using a multiple-choice test instrument with 22 items to analyze the reading aspect, and a questionnaire with 30 items to collect data on the self-regulated learning aspect. The results showed a significant improvement in reading and self-regulated learning abilities after using the e-module. Based on the results of this research, it can be concluded that the use of e-module can significantly improve reading and self-regulated learning abilities. Therefore, e-module can be an alternative learning medium that can be utilized by teachers or schools to improve reading and self-regulated learning abilities of students. A recommendation for future research is to expand the sample size and conduct research using different methods to ensure the effectiveness of the e-module as a learning medium.Pendidikan merupakan hal penting yang perlu ditingkatkan untuk menghadapi perkembangan abad 21 yang semakin kompleks dan menantang. Tujuan pendidikan nasional abad 21 Indonesia adalah untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu kualitas manusia yang harus dimiliki adalah kemampuan self-regulated learning. Kemampuan tersebut dapat dikembangkan melalui pendidikan, salah satunya adalah melalui pembelajaran bahasa Inggris, khususnya kemampuan reading. Untuk meningkatkan kemampuan reading dan self-regulated learning, penelitian ini menggunakan media pembelajaran e-modul. E-modul dikembangkan oleh peneliti sendiri dengan memperhatikan aspek reading dan self-regulated learning. Penelitian ini dilakukan melalui quasi eksperimen dengan tujuan untuk mengetahui apakah penggunaan e-modul dapat meningkatkan kemampuan reading dan self-regulated learning. Populasi penelitian ini terdiri dari 339, sedangkan sampelnya 68 siswa dari kelas eksperimen dan kelas kontrol di SMPN 29 Bandung. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen tes berupa pilihan ganda dengan 22 butir soal untuk menganalisis aspek reading dan angket dengan 30 butir penyataan untuk mengumpulkan data tentang aspek self-regulated learning. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan signifikan pada kemampuan reading dan self-regulated learning setelah menggunakan e-modul. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penggunaan e-modul dapat meningkatkan kemampuan reading dan self-regulated learning secara signifikan. Oleh karena itu, e-modul dapat dijadikan alternatif media pembelajaran yang dapat dimanfaatkan oleh guru atau sekolah untuk meningkatkan kemampuan reading dan self-regulated learning bagi siswa. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah memperluas jumlah sampel dan melakukan penelitian dengan metode yang berbeda untuk memastikan efektivitas dari e-modul sebagai media pembelajaran.
Needs analysis on digital learning objects for university students Nadia Hanoum; Ahmad Fajar Fadlillah; Dadang Sukirman; Cepi Riyana
Inovasi Kurikulum Vol 21, No 2 (2024): Inovasi Kurikulum, May 2024
Publisher : Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jik.v21i2.62688

Abstract

Using Digital Learning Objects as learning resources is essential in blended learning. However, the availability is still limited, so there is a need to design and develop digital learning objects to help students meet learning objectives. This study identifies and analyzes students’ needs for Digital Learning Objects relevant to the course's characteristics. This study employs the descriptive survey method to provide a quantitative description of students’ preferences for different Digital Learning Objects. The data for this study was collected using a questionnaire distributed to 54 students as the sample. The results revealed that the Digital Learning Objects needed for the Audio Media course consisted of digital module (87 percent), video (79,6 percent), and animation (74,1 percent). As for the learning method, practicum (98 percent) and team-based project (81 percent) were preferable to discussion or presentation. It was also found that the digital module was more compatible with the majority of the materials covered in the course. Thus, developing Digital Learning Objects will include digital modules, instructional videos, and animation, which are expected to support students in a blended learning environment effectively. AbstrakPemanfaatan Objek Pembelajaran Digital sebagai sumber belajar merupakan hal yang penting dalam blended learning, namun ketersediaannya masih terbatas oleh karena itu perlu dirancang dan dikembangkan Objek Pembelajaran Digital yang dapat memudahkan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan mahasiswa terhadap Objek Pembelajaran Digital yang relevan dengan karakteristik mata kuliah yang diambilnya. Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif karena perlu memberikan gambaran kuantitatif tentang preferensi mahasiswa terhadap berbagai jenis Objek Pembelajaran Digital. Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada 54 mahasiswa sebagai sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Objek Pembelajaran Digital yang dibutuhkan pada mata kuliah Media Audio terdiri dari modul digital (87 persen), video (79,6 persen), dan animasi (74,1 persen). Sedangkan untuk metode pembelajaran, praktikum (98 persen) dan proyek berbasis tim (81 persen) lebih diutamakan dibandingkan diskusi atau presentasi. Ditemukan juga bahwa modul digital lebih kompatibel dengan sebagian besar materi yang dibahas dalam kursus. Oleh karena itu, pengembangan Objek Pembelajaran Digital akan mencakup modul digital, video instruksional, dan animasi, yang diharapkan dapat secara efektif mendukung mahasiswa dalam lingkungan pembelajaran terpadu.Kata Kunci: blended learning; kursus media audio; objek pembelajaran digital
Menjembatani Kesenjangan Digital: Pentingnya Pelatihan Guru dalam Mengembangkan Konten Pembelajaran Digital Dewi, Laksmi; Emilzoli, Mario; Hernawan, Asep Herry; Rullyana, Gema; Hanoum, R. Nadia; Priandani, Ai Pemi; Gumelar, Muhammad Raffy Maulana; Suwandi, Metsa Fajrianti Kusumah
Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol 10 No 1 (2025): Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat
Publisher : Universitas Mathla'ul Anwar Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30653/jppm.v10i1.1122

Abstract

Program pengabdian masyarakat ini dilaksanakan di SMK Bina Cendekia Cirebon dengan tujuan utama meningkatkan kompetensi guru dalam pengembangan konten digital microlearning sebagai solusi untuk menjembatani kesenjangan digital di sektor pendidikan. Program ini melibatkan 42 guru yang mengikuti serangkaian pelatihan, dimulai dengan identifikasi kebutuhan melalui Focus Group Discussion (FGD), diikuti dengan pelatihan teknis, dan diakhiri dengan evaluasi hasil. Hasil FGD menunjukkan bahwa banyak guru masih kesulitan dalam mengintegrasikan teknologi digital ke dalam pembelajaran. Oleh karena itu, pelatihan difokuskan pada pengembangan keterampilan teknis dan desain instruksional yang diperlukan untuk menciptakan materi digital berkualitas tinggi. Evaluasi pasca-pelatihan menunjukkan bahwa guru dengan pengalaman mengajar 0-5 tahun memiliki tingkat pemahaman tertinggi terhadap materi pelatihan. Sementara itu, guru dengan pengalaman lebih dari lima tahun menunjukkan tingkat pemahaman yang lebih bervariasi, dengan sebagian memperoleh pemahaman yang tinggi, tetapi sebagian lainnya mengalami kesulitan dalam menyerap materi secara optimal. Selain itu, Guru Produktif Tata Busana menunjukkan pemahaman tertinggi berdasarkan jabatan, yang mengindikasikan bahwa spesialisasi tertentu lebih responsif terhadap pelatihan ini. Meskipun hasilnya positif, tantangan seperti perbedaan tingkat literasi digital dan keterbatasan infrastruktur tetap menjadi kendala. Secara keseluruhan, program ini berhasil meningkatkan kompetensi guru dalam pengembangan konten microlearning dan memberikan kontribusi signifikan dalam mengurangi kesenjangan digital di bidang pendidikan. This community service program is carried out at SMK Bina Cendekia Cirebon to improve teacher competence in developing digital micro-learning content, a solution to bridge the digital divide in the education sector. The program involved 42 teachers who participated in a series of trainings, starting with identifying needs through FGD, then technical training, and ending with evaluating the results. The results of the FGD show that many teachers still have difficulties integrating digital technology into learning. Therefore, the training is focused on developing the technical and instructional design skills necessary to create high-quality digital materials. ost- training evaluation revealed that teachers with 0-5 years of teaching experience demonstrated the highest level of comprehension of the training materials. Meanwhile, teachers with more than 5 years teaching experience exhibited more varied levels of understanding, with some achieving high comprehension while others faced challenges in fully grasping the material. In addition, Productive Teachers of Fashion showed the highest understanding based on position, which indicates that certain specialties are more responsive to this training. Despite the positive results, challenges such as differences in digital literacy levels and limited infrastructure remain obstacles. Overall, this program has succeeded in improving teachers' competence in microlearning content development and significantly contributing to reducing the digital divide in education.