Dadang Sukirman
Universitas Pendidikan Indonesia

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

The effectiveness socialization of the Kurikulum Merdeka independently change in high schools Siak District Wenny Fitria; Dadang Sukirman
Inovasi Kurikulum Vol 20, No 1 (2023): Inovasi Kurikulum, February 2023
Publisher : Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jik.v20i1.53644

Abstract

In the 2022/2023 school year, the Ministry of Education, Culture, and Research provides an opportunity for schools not Sekolah Penggerak to implement the Kurikulum Merdeka independently. Government support for schools that implement the IKM independently change is provided primarily by the Platform Merdeka Mengajar (PMM). In PMM, all information about the Kurikulum Merdeka is available and can accessed by teachers and schools. Socialization of the Kurikulum Merdeka is no longer provided through training and education, but teachers and schools learn independently by accessing the platform. Although PMM is a breakthrough in the world of Indonesian education, the implementation at the education unit level still reaps the pros and cons. There are still many teachers in Indonesia who are unaware of this government program regarding PMM. Using a qualitative method, the author wants to know how the effectiveness of the socialization of the Kurikulum Merdeka through PMM in schools in Siak District that implement the Kurikulum Merdeka through independent change. The results showed that using PMM in these schools was not optimal, teachers preferred that the socialization be carried out face-to-face with a capabilities trainer. AbstrakPada tahun ajaran 2022/2023 Kemendikbudristek memberi kesempatan kepada sekolah yang bukan Sekolah Penggerak untuk menerapkan Kurikulum Merdeka secara mandiri. Dukungan utama yang diberikan pemerintah kepada sekolah yang menerapkan IKM jalur mandiri adalah dengan menyediakan Platform Merdeka Mengajar (PMM). Di PMM tersedia semua informasi tentang Kurikulum Merdeka yang bisa diakses oleh guru dan sekolah. Sosialisasi mengenai Kurikulum Merdeka tidak lagi diberikan melalui diklat-diklat dan pelatihan berjenjang, melainkan guru dan sekolah belajar mandiri dengan mengakses platform tersebut. Walaupun PMM merupakan terobosan baru di dunia pendidikan Indonesia, tetapi penerapan dan penggunaannya di lapangan, masih menuai pro dan kontra. Masih banyak guru-guru di Indonesia yang belum mengetahui program pemerintah mengenai PMM ini. Dengan menggunakan metode kualitatif, penulis ingin mengetahui bagaimana efektivitas sosialisasi Kurikulum Merdeka melalui PMM di sekolah-sekolah di Kabupaten Siak yang menerapkan Kurikulum Merdeka melalui jalur mandiri berubah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan PMM di sekolah-sekolah tersebut belum maksimal, masih banyak guru yang tidak mengetahui keberadaan PMM tersebut, guru-guru lebih memilih sosialisasi dilakukan secara tatap muka dengan narasumber yang mempunyai kapabilitas di bidangnya.Kata Kunci: Kurikulum Merdeka; Platform Merdeka Mengajar; sosialisasi Kurikulum Merdeka
Trends of education and training teacher competency in information and communication technology Piksa Dewi Ekantiningsih; Dadang Sukirman
Jurnal Inovasi Teknologi Pendidikan Vol 10, No 1 (2023): March
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/jitp.v10i1.52630

Abstract

Era industri 4.0 adalah masa dimana semua bidang pekerjaan melibatkan teknologi. Perubahan teknologi secara besar-besaran terjadi di era industri 4.0, tidak terkecuali dunia pendidikan. Dunia pendidikan harus mampu mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu bersaing di era industri 4.0. Pengembangan SDM khususnya pendidik adalah salah satu hal yang harus diperhatikan dalam era industri 4.0 dan pendidikan 4.0. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan kajian kepustakaan (library research) yang berusaha menggambarkan pentingnya pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi untuk meningkatkan kompetensi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di era industri 4.0. Pada penelitian ini penulis menggunakan beragam sumber tertulis seperti artikel, buku dan dokumen-dokumen yang relevan dengan kajian dalam penelitian ini. Studi ini mefokuskan pada implementasi pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi untuk meningkatkan kompetensi TIK guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi cukup efektif untuk meningkatkan kompetensi TIK pada guru dalam menghadapi era industri 4.0. 
The Use of Mobile Phones in Improving the Character of Children's Curiosity Effy Mulyasari; Mohammad Ali; Dadang Sukirman
DWIJA CENDEKIA: Jurnal Riset Pedagogik Vol 7, No 2 (2023): September 2023
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/jdc.v7i2.78126

Abstract

Handphone menjadi perangkat elektronik yang digunakan oleh setiap orang sebagai alat komunikasi dan media yang mempengaruhi karakter anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis penggunaan handphone dalam mengembangkan karakter rasa ingin tahu anak. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian dilaksanakan di Bandung. Subjek penelitian ini yaitu orang tua yang memiliki anak usia sepuluh tahun. Metode yang digunakan antara lain studi Pustaka dan wawancara mendalam. Hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis interaktif, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Hasil dari penelitian ini adalah penggunaan handphone yang difasilitasi oleh orang tua dengan baik dapat mengembangkan karakter rasa ingin tahu anak. Anak dapat menggunakannya untuk bermain game, membeli sesuatu pada platform online yang tersedia di handphone, berkomunikasi dengan orang lain, terutama teman dan keluarga, senang mengembangkan program untuk menjual sesuatu, serta membuat toko online untuk menjual barang bekas. Namun, dalam pelaksanaannya, terdapat kendala terutama dalam pengawasan jam menggunakan handphone. Oleh sebab itu, disarankan kepada orang tua untuk mengarahkan anak dalam penggunaan handphone secara tepat terutama dalam mengembangkan karakter rasa ingin tahu anak.
URGENSI PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM LAYANAN INFORMASI PUBLIK PADA MASA PANDEMI Dadang Sukirman; Hana Silvana
EDUTECH Vol 22, No 1 (2023)
Publisher : Prodi Teknologi Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/e.v22i1.53596

Abstract

The Covid 19 pandemic began to occur in early 2020 in Indonesia. This incident was the beginning of the imposition of activity restrictions and direct interaction to maintain distance and reduce activities outside the house. This led to adjustments so that activities could run as they should. Services provided face-to-face are subject to restrictions. One of the solutions to overcome this problem is online services based on information technology. One of them is to develop services by utilizing internet-based technology. The Integrated Service Unit at UPI is an institution that has duties and functions in service to users, both the academic community and the general public. In carrying out its duties, ULT UPI needs to develop and innovate so that it can satisfy users. In carrying out its main task, it needs to be supported by facilities or instruments that assist in the effort to provide excellent service to stakeholders. The purpose of this research is to determine the extent to which ULT services can provide excellent service for users by developing using information technology. The population of this study was 7000 users and using the Yamane formula obtained 380 respondents. The results showed that the description of the information services needed by the public through ULT services in a summary graph of the distribution of information services needed by the public through ULT services with a response value of Very Satisfied in the good category, Satisfied was in the very good category, the rest were in the moderate category. The results showed that the ULT service gave the highest user satisfaction in the satisfied category. Thus, ULT services have provided services that provide satisfaction to users in the good category. While the dissatisfaction response for ULT services is the lowest value.Pandemi Covid 19 mulai terjadi pada awal tahun 2020 di Indonesia. Peristiwa ini menjadi awal diberlakukannya pembatasan aktivitas dan interaksi langsung menjadi menjaga jarak dan mengurangi aktivitas keluar rumah. Hal ini menyebabkan penyesuaian agar aktivitas dapat berjalan sebagai mana mestinya. Pelayanan yang dilakukan melalui tatap muka dilakukan pembatasan. Salah satu solusi yang dilakukan dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah pelayanan online berbasis teknologi informasi. Salah satunya adalah dengan melakukan pengembangan layanan dengan memanfaatkan teknologi berbasis internet. Unit Layanan Terpadu di UPI merupakan lembaga yang mempunyai tugas dan fungsi dalam pelayanan kepada pengguna baik civitas akademika maupun masyarakat umum. Dalam melaksanakan tugas utamanya, perlu didukung dengan fasilitas atau instrumen yang membantu dalam upaya memberikan pelayanan prima kepada stakeholder. Tujuan Penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui sejauhmana layanan ULT dapat memberikan layanan prima bagi pengguna dengan pengembangan menggunakan teknologi informasi. Populasi penelitian ini sebanyak 7000 pengguna, dengan menggunakan rumus Yamane diperoleh 380 orang responden. Hasil penelitian diperoleh hasil bahwa didapatkan gambaran layanan Informasi yang dibutuhkan publik melalui layanan ULT dalam grafik ringkasan sebaran layanan Informasi yang dibutuhkan publik melalui layanan ULT dengan nilai respon Sangat Puas dalam kategori baik, Puas berada pada kategori sangat baik, sisanya adalah kategori cukup. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa layanan ULT memberikan kepuasan pada pengguna tertinggi terdapat pada kategori puas. Dengan demikian layanan ULT telah memberikan layanan yang memberikan kepuasan pada pengguna/user pada kategori baik. Sedangkan respon ketidakpuasan untuk layanan ULT berada dengan nilai terendah.
Fungsi Manajemen Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Sri Mariam; Dadang Sukirman
Inovasi Kurikulum Vol 18, No 2 (2021): Inovasi Kurikulum, August 2021
Publisher : Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jik.v18i2.36457

Abstract

Pendidikan PAUD ialah pembelajaran berupa bimbingan serta pengetahuan dasar sesuai dengan tingkatan perkembangannya. Dalam proses pembelajaran nya dibutuhkan fungsi manajemen kurikulum yang dilaksanakan secara khusus. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji fungsi manajemen kurikulum yang dilaksanakan di TK. Penelitian ini berangkat dari suatu kasus dalam manajemen kurikulum yakni kurangnya kualifikasi pendidik yang profesional, ketersediaan sarana prasarana, kepala sekolah yang tidak kompeten dalam merumuskan kurikulum dan lain sebagainya. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dan metode deskriptif. Pengumpulan data berbentuk wawancara serta observasi dan literatur semacam buku, jurnal dari sumber terpercaya. Dalam perencanaan kurikulum Kepala Sekolah dan tenaga kependidikan menyusun tujuan serta kegiatan yang akan dilaksanakan. Muatan pembelajaran meliput nilai agama dan moral, kalimat pujian, sifat Tuhan dan ciptaan-ciptaan-NYA, membiasakan pengenalan benda-benda baru, lingkungan baru dan pembiasaan bertanya, pengenalan anggota tubuh, kebersihan dan makanan bergizi, menyapa guru, berani mengemukakan pendapat. Kegiatan pembelajaran berupa pembelajaran di kelas dan lingkungan. Pengawasan dan evaluasi dilakukan pada proses melaksanakan kurikulum baik ranah sekolah maupun tingkat kelas, sarana prasarana dan evaluasi hasil belajar peserta didik.Kata Kunci : Manajemen Kurikulum, Pendidikan Anak Usia Dini, Taman Kanak-Kanak PAUD education is learning in the form of guidance and basic knowledge according to the level of development. In the learning process, a curriculum management function is needed that is carried out specifically. This article aims to examine the functions of curriculum management implemented in kindergartens. This research departs from a case in curriculum management, namely the lack of professional educator qualifications, the availability of infrastructure, incompetent school principals in formulating curriculum and so on. The study used a qualitative approach and descriptive method. Data collection is in the form of interviews and observations and literature such as books, journals from trusted sources. In planning the curriculum, the principal and education staff prepare goals and activities to be carried out. The learning content includes religious and moral values, sentences of praise, the nature of God and His creations, getting used to the introduction of new objects, new environments and habituation to ask questions, introduction of body parts, cleanliness and nutritious food, greeting teachers, daring to express opinions. Learning activities in the form of learning in the classroom and the environment. Supervision and evaluation is carried out in the process of implementing the curriculum, both at the school and class level, infrastructure facilities and evaluating student learning outcomes.
Need assessment of Al-Mumtaaz Islamic Elementary School students’ food literacy competencies Haura Dzakira Sahla; Dadang Sukirman
Inovasi Kurikulum Vol 21, No 3 (2024): Inovasi Kurikulum, August 2024
Publisher : Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jik.v21i3.71522

Abstract

Al-Mumtaaz Islamic Elementary School Karawang has created various programs to support students' food literacy knowledge and skills. However, the programs implemented by schools have not been supported with systematic curriculum planning and clear food literacy competencies that meet students’ needs. Therefore, this research aims to develop food literacy competency and identify the student's actual performance in food literacy. This research uses McNeil's Need Assessment Model method, which consists of 4 stages. The first stage produces several learning objectives with insight into food literacy from various literature sources. The second stage produces food literacy competencies for elementary school students, which multiple experts have validated. The third stage is an initial formative assessment to look for gaps between food literacy competencies and the conditions of 58 Phase A (Level 1 2) students. The initial formative assessment results show that 98,3% of students are above the minimum competency category. Even so, there is still a gap in food literacy knowledge among students. The final stage is to provide program recommendations for schools according to the analysis of student performance. AbstrakSD Islam Al-mumtaaz Karawang telah membuat beragam program untuk mendukung pengetahuan dan keterampilan siswa sekolah dasar untuk memperoleh kecakapan literasi pangan. Namun, program yang telah dilakukan oleh sekolah belum ditunjang dengan perencanaan kurikulum yang baik dan tujuan kompetensi literasi pangan yang jelas dan sesuai kebutuhan usia peserta didik, latar belakang budaya, latar belakang agama, dan lingkungan sekolah. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk menyusun tujuan kompetensi literasi pangan dan mengidentifikasi kemampuan aktual siswa berdasarkan tujuan kompetensi yang telah disusun. Penelitian ini menggunakan metode Need Assessment Model dari McNeil yang terdiri dari 4 tahapan. Tahap pertama menghasilkan sejumlah tujuan - tujuan pembelajaran yang memiliki wawasan literasi pangan dari berbagai sumber literatur. Tahap kedua menghasilkan peta kompetensi literasi pangan untuk jenjang SD yang telah divalidasi oleh berbagai ahli. Tahap ketiga adalah melakukan asesmen formatif awal untuk mencari kesenjangan antara kompetensi literasi pangan dengan kondisi aktual siswa SD Fase A sejumlah 58 siswa. Dimana hasil asesmen formatif awal menunjukkan bahwa 98,3% murid SD Fase A menunjukkan tingkat kompetensi literasi pangan pada kategori cakap dan mahir. Meskipun begitu, masih terdapat kesenjangan pengetahuan literasi pangan pada siswa. Tahap terakhir adalah memberikan program rekomendasi untuk sekolah sesua dengan analisis kemampuan siswa.Kata Kunci: pengembangan kurikulum; literasi pangan; asesmen kebutuhan
Needs analysis on digital learning objects for university students Nadia Hanoum; Ahmad Fajar Fadlillah; Dadang Sukirman; Cepi Riyana
Inovasi Kurikulum Vol 21, No 2 (2024): Inovasi Kurikulum, May 2024
Publisher : Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jik.v21i2.62688

Abstract

Using Digital Learning Objects as learning resources is essential in blended learning. However, the availability is still limited, so there is a need to design and develop digital learning objects to help students meet learning objectives. This study identifies and analyzes students’ needs for Digital Learning Objects relevant to the course's characteristics. This study employs the descriptive survey method to provide a quantitative description of students’ preferences for different Digital Learning Objects. The data for this study was collected using a questionnaire distributed to 54 students as the sample. The results revealed that the Digital Learning Objects needed for the Audio Media course consisted of digital module (87 percent), video (79,6 percent), and animation (74,1 percent). As for the learning method, practicum (98 percent) and team-based project (81 percent) were preferable to discussion or presentation. It was also found that the digital module was more compatible with the majority of the materials covered in the course. Thus, developing Digital Learning Objects will include digital modules, instructional videos, and animation, which are expected to support students in a blended learning environment effectively. AbstrakPemanfaatan Objek Pembelajaran Digital sebagai sumber belajar merupakan hal yang penting dalam blended learning, namun ketersediaannya masih terbatas oleh karena itu perlu dirancang dan dikembangkan Objek Pembelajaran Digital yang dapat memudahkan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan mahasiswa terhadap Objek Pembelajaran Digital yang relevan dengan karakteristik mata kuliah yang diambilnya. Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif karena perlu memberikan gambaran kuantitatif tentang preferensi mahasiswa terhadap berbagai jenis Objek Pembelajaran Digital. Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada 54 mahasiswa sebagai sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Objek Pembelajaran Digital yang dibutuhkan pada mata kuliah Media Audio terdiri dari modul digital (87 persen), video (79,6 persen), dan animasi (74,1 persen). Sedangkan untuk metode pembelajaran, praktikum (98 persen) dan proyek berbasis tim (81 persen) lebih diutamakan dibandingkan diskusi atau presentasi. Ditemukan juga bahwa modul digital lebih kompatibel dengan sebagian besar materi yang dibahas dalam kursus. Oleh karena itu, pengembangan Objek Pembelajaran Digital akan mencakup modul digital, video instruksional, dan animasi, yang diharapkan dapat secara efektif mendukung mahasiswa dalam lingkungan pembelajaran terpadu.Kata Kunci: blended learning; kursus media audio; objek pembelajaran digital
Teacher competence development in Kurikulum Merdeka implementation: A literature study Endang Purwati; Dadang Sukirman
Inovasi Kurikulum Vol 21, No 1 (2024): Inovasi Kurikulum, February 2024
Publisher : Himpunan Pengembang Kurikulum Indonesia (HIPKIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jik.v21i1.62277

Abstract

The Kurikulum Merdeka is an innovation in the world of education that requires teachers to play an active role in developing their competencies. This article aims to analyze the concept and model of teacher competency development, factors influencing teacher competency development, and effective strategies or methods for developing teacher competency in implementing the Kurikulum Merdeka. This article uses a qualitative descriptive research method by collecting literature from various sources that discuss teacher competence development. These factors influence teacher competence development and effective strategies or methods for developing teacher competence in implementing the Kurikulum Merdeka. Several significant findings from this literature review include that teachers have a strategic role in developing all aspects of human personality and abilities. Effective strategies and methods for developing teacher competency are also written, including training and development, collaboration and sharing, and the use of technology in learning. From these findings, it can be concluded that developing teacher competence in implementing the Kurikulum Merdeka requires understanding the concepts and types of teacher competence. These factors influence teacher competence development and effective strategies or methods for developing teacher competence. Hopefully, this article can provide insight and recommendations for educational practitioners in developing teacher competency in the Kurikulum Merdeka era. AbstrakKurikulum Merdeka Belajar merupakan inovasi dalam dunia pendidikan yang menuntut peran aktif guru dalam mengembangkan kompetensi mereka. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis konsep dan model pengembangan kompetensi guru, faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kompetensi guru, serta strategi atau metode yang efektif untuk mengembangkan kompetensi guru dalam implementasi Kurikulum Merdeka. Artikel ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan mengumpulkan berbagai literatur dari berbagai sumber yang membahas tentang pengembangan kompetensi guru, faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kompetensi guru, dan strategi atau metode yang efektif untuk mengembangkan kompetensi guru dalam implementasi Kurikulum Merdeka. Beberapa temuan penting dari kajian literatur ini antara lain guru memiliki peran strategis dalam mengembangkan seluruh aspek kepribadian dan kemampuan manusia. Selain itu dituliskan juga strategi dan metode yang efektif untuk mengembangkan kompetensi guru antara lain pelatihan dan pengembangan, kolaborasi dan sharing, serta penggunaan teknologi dalam pembelajaran. Dari temuan-temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengembangan kompetensi guru dalam implementasi Kurikulum Merdeka memerlukan pemahaman tentang konsep dan jenis-jenis kompetensi guru, faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kompetensi guru, serta strategi atau metode yang efektif untuk mengembangkan kompetensi guru. Artikel ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan rekomendasi bagi para praktisi pendidikan dalam mengembangkan kompetensi guru dalam era Kurikulum Merdeka.Kata Kunci: Implementasi kurikulum; kompetensi digital; kompetensi guru; Kurikulum Merdeka.