Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PEMBELAJARAN BINA DIRI DALAM MEMBANTU PEMAHAMAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA PUTRI TUNAGRAHITA Tjasmini, Mimin
EDUTECH Vol 13, No 2 (2014): KURIKULUM 2013 DAN INOVASI PEMBELAJARAN
Publisher : Prodi Teknologi Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/edutech.v13i2.3100

Abstract

Abstract. mentally disabled adolescents besides experiencing barriers to the aspect of intelligence, they also have a drag on the aspect of social adaptation. They are less favored by other adolescents because of their behaviors that do not comply with the norms of society such as masturbating in any place, kissing anyone without shame, even having sexual intercourse, which in turn lead to pregnancy. Other conditions that make people in general dislike them because they look slouchy at the time of menstruation. Mentally disabled girls often do not realize if their shirt had been red by blood because her underwear is wet. The learning that leads to solving the above problem is the lesson of Self-Development. Self-Development means training skills for mentally disabled children to enable them to take care for themselves such as dressing, bathing, to the toilet (urinating, defecating) and to skillfully perform Vulva Hygiene. The obstacles faced in the Self-Development learning is in the lack of facilities and equipment to train the activity and the ability of teachers to find strategies, media and task analysis of the issues.Keywords: mentally disabled, female adolescents, Self-DevelopmentAbstrak, remaja tunagrahita selain mengalami hambatan pada aspek kecerdasan, mereka pun memiliki hambatan pada aspek adaptasi sosial. Mereka kurang disukai oleh remaja seusianya berkaitan dengan perilaku yang tidak sesuai dengan norma masyarakat seperti melakukan masturbasi disembarang tempat, tanpa rasa malu mencium siapa saja, bahkan melakukan hubungan seksual yang pada akhirnya menyebabkan kehamilan. Kondisi lain yang membuat orang pada umumnya kurang menyukai karena mereka berpenampilan jorok pada saat mengalami menstruasi. Anak tunagrahita tidak menyadari bajunya sudah merah oleh darah karena pakaian dalamnya sudah basah. Pembelajaran yang mengarah pada pemecahan masalah diatas yaitu pelajaran Bina Diri. Bina Diri berarti melatih keterampilan anak tunagrahita untuk mampu merawat diri seperti berpakaian, mandi, ke toilet (BAK, BAB) dan terampil melakukan Vulva Hygiene. Kendala – kendala yang dihadapi dalam pembelajaran Bina Diri berupa sarana dan alat untuk melatih kegiatan itu serta kemampuan guru dalam mencari strategi, media dan analisis tugas dari berbagai persoalan itu.Kata kunci : Anak Tunagrahita, Bina Diri.
ARAH PEMBELAJARAN ANAK CEREBRAL PALSY Tjasmini, Mimin
PEDAGOGIA Vol 12, No 2 (2014)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/pedagogia.v12i2.3323

Abstract

Anak Cerebral Palsy memiliki hambatan yang kompleks seperti : hambatan fisik dan motorik, kecerdasan intelektual, sosial emosi, hambatan visual, audio, kinestetik bahkan sensasi rasa. Area kerusakan di otak menyebabkan berbagai jenis anak CP seperti spastik, atetoid, rigid, ataxia, treamor dan tipe campuran.Pembelajaran bagi mereka harus memuat berbagai pengembangan kemampuan yaitu (1) pengembangan intelektual dan akademik, (2) membantu perkembangan fisik, (3) meningkatkan perkembangan emosi dan penerimaan diri anak, (4) mematangkan aspek social, (5) mematangkan moral dan spiritual, (6) meningkatkan ekspresi diri, dan (7)mempersiapkan masa depan anak.Keywords : Cerebral Palsy, Pembelajaran
Pengaruh Latihan Kolase Berbahan Alam untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Permulaan pada Anak Cerebral Palsy di SLB Risantya Bandung Safitri, Elsa Nurmayanti; Tjasmini, Mimin
JASSI ANAKKU Vol 17, No 1 (2017): JASSI Anakku: Volume 17, Issue 1, 2017
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (436.232 KB) | DOI: 10.17509/jassi.v17i1.7654

Abstract

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh latihan kolase berbahan alam untuk meningkatkan kemampuan menulis permulaan pada anak cerebral palsy, umumnya untuk semua anak dengan kondisi cerebral palsy yang memiliki hambatan dalam motorik halusnya. Penelitian ini dilakukan di SLB Risantya Bandung. Penelitian ini dilakukan pada satu subyek yang sedang duduk di kelas IV SD, karena subjek yang bersangkutan mengalami permasalahan dalam menulis permulaan yaitu menebalkan. Teknik pengumpulan data melalui tes perbuatan, sedangkan analisis data menggunakan persentase, dengan indikator menebalkan garis lurus, menebalkan garis bergelombang, menebalkan perpaduan garis lurus dan bergelombang, menebalkan huruf vokal, menebalkan huruf konsonan bilabial, menebalkan suku kata bilabial, dan menebalkan kata benda berhuruf bilabial. Adapun hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kondisi baseline 1 (A-1) mean level nya sebesar 42,42%, kemudian mean level pada kondisi intervensi (B) sebesar 51,76%, serta mean level pada kondisi baseline 2 (A-2) sebesar 67,41%. Berdasarkan perhitungan di atas, dapat dinyatakan bahwa melalui latihan kolase berbahan alam sangat berpengaruh besar dalam meningkatkan kemampuan menulis permulaan pada siswa cerebral palsy (HT), terbukti berpengaruh dari kenaikan mean level pada setiap kondisi.
Peran Guru Pembimbing Khusus (GPK) dalam Pembinaan Perilaku Adaptif Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Inklusi Tjasmini, Mimin; Chandra Z., M.
JASSI ANAKKU Vol 12, No 1 (2012): JASSI Anakku: Volume 12, Issue 1, 2012
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6770.365 KB) | DOI: 10.17509/jassi.v12i1.4001

Abstract

Perilaku adaptif merupakan salah satu hambatan yang dimiliki oleh anak tunagrahita selain permasalahan kognitifnya. Lingkungan menuntut agar anak tunagrahita dapat menyesuaikan perilaku sesuai dengan norma, peraturan dan kultur yang berlaku. Peran pembinaan perilaku adaptif yang khususnya dilakukan selama di sekolah inklusi oleh GPK merupakan satu srategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini. Fokus dalam penelitian ini adalah untuk menggambarkan bagaimana peran Guru Pembimbing Khusus dalam pembinaan perilaku adaptifpada anak tunagrahita ringan di sekolah inklusi SD SIAS Cihanjuang Kab. Bandung Barat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif tentang peran GPK dalam pembinaan perilaku adaptif pada anak tunagrahita ringan di sekolah inklusi. Penelitian ini dilakukan terhadap tiga orang GPK satu orang guru reguler, dan satu orang tua. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Hasil penelitian diketahui bahwa GPK sudah melakukan pembinaan perilaku adaptif tetapi belum maksimal dalam implikasinya. Ada beberapa hal yang menjadi titik hambatan yang dialami oleh GPKdalam proses pembinaan perilaku adaptif pada ATG ringan ini, antara lain: Peran GPK dalam Penyusunan Program Pembinaan Perilaku Adaptif, Koordinasi GPK dengan Pihak Sekolah dan Orang Tua, Bimbingan GPK dengan Anak, dan Bantuan GPK terhadap Guru Reguler. Dalam mengaplikasikan pembinaan perilaku adaptif dibutuhkan koordinasi, kerjasama dan konsolidasi dengan semua pihak agar pembinaan ini berjalan dengan efektif dan efisien.Kata Kunci: Perilaku Adaptif, GPK, ATG Ringan, Sekolah Inklusi
Penggunaan Metode Contextual Teaching Learning pada Mata Pelajaran IPA untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bagian Tumbuhan pada Anak Tunagrahita Ringan Di Kelas V Herawati, Aat; Tjasmini, Mimin; Heryati, Euis
JASSI ANAKKU Vol 13, No 1 (2013): JASSI Anakku: Volume 13, Issue 1, 2013
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2670.87 KB) | DOI: 10.17509/jassi.v13i1.4050

Abstract

Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan metode Contextual Teaching Learning, yang dianggap sebagai metode pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran IPA, dengan tujuan meningkatkan kemampuan anak Tunagrahita ringan dalam mengenal bagian tumbuhan.Peneliti menggunakan metodologi dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dengan tujuan dapat menyelesaikan permasalahan yang ada dengan menggunakan tiga siklus. Sebagai subyek penelitiannya adalah siswa SDLB SLB-C YKB kabupaten Garut, yang berjumlah empat orang, terdiri dari dua orang laki-laki dan dua orang perempuan. Data yang diperoleh dianalisis melalui peningkatan nilai berbentuk tabel perkembangan nilai siswa. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan melalui tahapan siklus-siklus. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode Contextual Teaching Learning dapat meningkatkan kemampuan memahami bagian dari tumbuhan pada anak Tunagragita ringan kelas V SDLB SLB-C YKB kabupaten Garut.Kata kunci: Metode pembelajaran, Contextual Teaching Learning
Implementation of Integrated Quality Management in Curriculum Development at MAN 1 Bandung Erihadiana, Mohamad; Baihaqi, Wildan; Tjasmini, Mimin; Supiyardi, Supiyardi; Andrivat, Zul
Khazanah Pendidikan Islam Vol 5, No 3 (2023): Khazanah Pendidikan Islam
Publisher : Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/kp.v5i3.32663

Abstract

This research aims to implement integrated quality management in curriculum development at MAN 1 Bandung, establishing a significant link between the two through a thorough literature review and on-site observations. The impact of integrated quality management is palpable in the heightened relevance and meticulous review processes preceding curriculum formulation, ensuring the educational institution produces high-quality outputs. Employing a qualitative research methodology, the study delves into the intricate dynamics of integrated quality management and its transformative influence on curriculum development. Qualitative methods, including interviews, document analysis, and participant observations, enable an in-depth exploration of stakeholder perspectives and experiences, aiming to uncover the underlying mechanisms that enhance the overall quality of the curriculum. By critically analyzing qualitative data, the research identifies areas of improvement, effective practices, and challenges associated with integrating quality management principles, providing actionable insights for educational stakeholders. Ultimately, the study contributes to the academic discourse on curriculum development and guides ongoing efforts to optimize educational processes at MAN 1 Bandung through the integration of a robust quality management framework.
Konseptualisasi Pendidikan Multikultural dalam Mewujudkan Karakter Kebangsaan Supiyardi; Selamet; Ruswandi, Uus; Tjasmini, Mimin; Adrivat, Zul
Indonesian Journal of Islamic Education Studies (INJURIES) Vol. 2 No. 2 (2024): Indonesian Journal of Islamic Education Studies (INJURIES)
Publisher : PT. Pusmedia Group Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61227/injuries.v2i2.99

Abstract

National character is the nature and values of a nation shown by its people in their behavior and character. This research discusses how the concept of multicultural education creates character that is in accordance with nationality. In the implementation of multicultural education in schools. First, implement the contribution approach in the classroom. This level is the most frequently implemented and most widely used in the first phase of the ethnic revival movement. Second, Implementation of Additive Education in the Classroom. At this stage, material, concepts, themes and perspectives are added to the curriculum without changing the structure, objectives and basic characteristics. This additive approach is often complemented by books, modules, or subject areas. Third, the transformation approach in the classroom changes the basic assumptions of the curriculum and fosters students' basic competencies in viewing concepts, issues, themes and problems from several perspectives and ethnic points of view. Fourth, the social action approach includes all the elements of the transformation approach, but adds a component that requires students to take action related to the concepts, issues, or problems studied in the unit. Keywords: Conceptualization; Multicultural Education; National Character