SISKA KUSUMAWATI, SISKA
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

LEKSIKON BUDAYA DALAM UNGKAPAN PERIBAHASA SUNDA (Kajian Antropolinguistik) KUSUMAWATI, SISKA
LOKABASA Vol 7, No 1 (2016): Vol. 7, No. 1, April 2016
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v7i1.3421

Abstract

AbstrakPenelitian ini mempunyai tujuan untuk mendeskripsikan leksikon budaya yang ada dalam ungkapan dan peribahasa Sunda. Deskripsinya memiliki empat hal, yaitu kosa kata budaya dalam ungkapan peribahasa Sunda, klasifikasi unsur budaya dalam ungkapan peribahasa Sunda, struktur kata unsur budaya dalam ungkapan peribahasa Sunda, dan makna kata yang ada dalam unsur budaya dalam ungkapan peribahasa Sunda. Sumber data dalam penelitian ini adalah buku ungkapan  peribahasa Sunda. Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif. Data dikumpulkan melalui tekhnik studi bibliografis. Analisis data menggunakan tehnik unsur langsung. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 255 kata dalam unsur budaya. Klasifikasi unsur budaya dalam ungkapan peribahasa Sunda dibagi ke dalam tujuh yang mengacu kepada tujuh unsur budaya di antaranya: (1) sistem mata pencaharian (2) sistem organisasi sosial, (3) sistem ilmu pengetahuan, (4) sistem teknologi, (5) bahasa, (6) sistem kesenian dan (7) sistem religi. Struktur kosa kata yang terdapat dalam leksikon unsur budaya yaitu prefiksasi (+N-), (+di-), (+ka-), (+sa-), infikasai (-in-), sufiksasi (-an), (-eun), (-an) dan kombinasi afiks (di-an), (ka-an), (pang-an), (N-an) dan (pa-an), reduplikasi dwimurni, reduplikasi dwipurwa dan kompisisi dibagi tiga fungsi yaitu fungsi nominal, fungsi verbal, dan fungsi adjektival. Makna leksikon budaya mengacu pada tujuh unsur kebudayaan. AbstractThe objective of this study was to describe the cultural lexicons in Sundanese phrases and proverbs. The description cover cultural vocabulary in the expression of Sundanese proverb, classification of elements in the expression of Sundanese proverb, the structure of words in the expression of Sundanese proverb, and the meaning of words in the expression of Sundanese proverb. Source of data in this study is a book of expression of Sundanese proverb. This study used a descriptive method. Data were collected through a bibliographic study technique. The data analysis employed a direct element technique. Based on the results of the study, there are 255 words of cultural element. The classification of cultural elements in the expression of Sundanese proverb is divided into seven elements of culture. They are (1) livelihood (2) social organization, (3) knowledge, (4) technology, (5) language, (6) art, and (7) religion. The structure of the vocabulary contained in the lexicon of the cultural elements is the prefix (+ N-), (+ in-), (+ Ka), (+ darling), infix (-in-), suffix (late), (- eun), (late), and affix combinations (in-an), (ka-an), (pang-an), (N's) and (pa-an), dwimurni reduplication, dwipurwa reduplication. The composition is divided into three functions, i.e. nominal, verbal, and adjectival. The meaning of cultural lexicon refers to the seven elements of culture.
Penyuluhan Mencegah Bullying di Lingkungan Sekolah pada Siswa Prihatin, Lilik; Nooryanto, Fista Herry; Suyani, Suyani; Suryadi, Suryadi; Halim, Abdul; Kusumawati, Siska
JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan Vol. 6 No. 1 (2023): JIIP (Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan)
Publisher : STKIP Yapis Dompu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (240.963 KB) | DOI: 10.54371/jiip.v6i1.1361

Abstract

Kegiatan ini bertujuan untuk mensosialisasikan edukasi dalam pencegahan bullying serta mempunyai kepedulian sosial terhadap anak-anak khususnya di lingkungan sekolahan. Metode pengabdian ini dilakukan dalam bentuk penyuluhan menggunakan metode partisipatif, ceramah dan diskusi. Menurut partisipan penyuluh, khususnya peserta didik disekolah dengan adanya kegiatan ini sangat mengedukasi tentang bagaimana berperilaku baik agar tidak menimbulkan bullying, banyak anak yang merasa mendapat bullying walaupun dalam konteks bergaul entah itu dalam sikap maupun perkataan. Hasil yang diperoleh dalam kegiatan ini adanya peningkatan pemahaman bahwa dalam bergaul harus berperilaku yang baik, tidak mengeluarkan kalimat-kalimat mengejek, menghina fisik orang, merendahkan dan lain sebagainya yang menimbulkan sakit hati seseorang. Selama berlangsungnya kegiatan, siswa sangat antusias dengan penyuluhan ini karena sebagai pedoman motivasi siswa di lingkungan sekolah atau di masyarakat. Mereka menjadi paham dengan perkataan dan perbuatan yang tidak baik adalah salah satu dari sikap atau kategori bullying. Selama ini siswa belum mengikuti atau mendapatkan penyuluhan ini. Mengenai hal tersebut, sehingga kegiatan ini dirasa sangat penting dalam memberi edukasi, berperilaku yang baik, serta memperkokoh mental siswa. Oleh karena itu, kegiatan pengabdian ini semoga dapat memberikan manfaat bagi siswa dan diharapkan dapat dilakukan secara berkelanjutan khususnya memberikan “Penyuluhan mencegah bullying di lingkungan sekolah” serta menumbuhkan kesadaran dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan ini dapat dikatakan terlaksana dengan baik dan lancar, yang ditandai dengan adanya peran aktif, diskusi serta tanya jawab dengan audiens selama kegiatan berlangsung.
Konsep Penyediaan Tanah untuk Permukiman dalam Rangka Perlindungan Tanah Pertanian Suryadi, Suryadi; Suyani, Suyani; Kusumawati, Siska
JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan Vol. 6 No. 1 (2023): JIIP (Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan)
Publisher : STKIP Yapis Dompu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (210.913 KB) | DOI: 10.54371/jiip.v6i1.1384

Abstract

Tujuan dari penulisan ini pertama adalah untuk menganalisa adanya konflik norma dengan diberlakukannya Undang Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Lahan Pertanian Berkelanjutan, Undang Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, dan Undang Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan Petani. Kedua adalah menganalisa konsep penyediaan tanah untuk permukiman dalam rangka perlindungan keberadaan tanah pertanian. Berbagai masalah yang menyangkut dengan tanah selalu timbul silih berganti, apalagi jika dikaitkan dengan pertumbuhan penduduk yang begitu cepat. Benturan kepentingan seringkali terjadi dalam praktik, bahwa suatu lokasi yang sama diminati oleh berbagai pihak pelaku pembangunan. Menjadi sangat krusial apabila, masalah pertanahan dihubungkan dengan penyelenggaraan perumahan maupun permukiman. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian normatif, yaitu penelitian hukum yang menitikberatkan pada kajian peraturan perundang-undangan yang meliputi lapisan keilmuan hukum yang terdiri atas kajian dogmatik hukum, teori hukum, dan filsafat hukum. Kesimpulan tulisan ini bahwa terjadinya konflik norma terhadap pengaturan alih fungsi tanah pertanian dan perlindungan lahan pertanian, serta meluasnya alih fungsi tanah pertanian akhir akhir ini sebenarnya tidak terlepas dari ketidakmampuan pemerintah dalam mengendalikan alih fungsi lahan. Disamping itu Konsep penyediaan tanah untuk pembangunan permukiman dalam rangka perlindungan keberadaan tanah pertanian adalah Konsep penyediaan tanah yang berkeadilan, yang berdasar kepastian hukum, dan yang memenuhi azas kemanfaatan.