Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Analisis Penentuan Debit dan Muka Air Rencana Bagi Perencanaan Dermaga dan Alur Pelayaran Batubara di Sungai Eilanden, Papua (Hal. 95-104) Ibrahim, Indriyadi Anugrah; Muliati, Yati; Madrapriya, Fachrul
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 2, No 3: September 2016
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (358.225 KB) | DOI: 10.26760/rekaracana.v2i3.95

Abstract

ABSTRAK PT. Obio Indo Energi membutuhkan pendistribusian batubara dari lokasi tambang ke mother vessel, menyebabkan dibutuhkannya suatu fasilitas terminal khusus untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk melakukan perencanaan dermaga dan alur pelayaran, diperlukan beberapa analisis. Debit banjir rencana dihitung menggunakan metode HSS Nakayasu dimana hujan harian maksimum dihitung menggunakan distribusi frechet. Analisis hidraulika menggunakan perangkat lunak HEC-RAS 4.1 untuk mengetahui elevasi muka air.Ukuran kapal rencana adalah 1.000 DWT yang ditarik oleh tugboat dimana kebutuhan kedalaman minimal untuk alur pelayaran dan kolam putar sebesar 3,6 meter dari muka air minimum. Lebar alur pelayaran untuk dua jalur kapal sebesar 112 meter dengan luasan kolam putar sebesar 4.537 m2. Tipe dermaga yang dipilih adalah tipe jetty dilengkapi dengan 3 buah breasthing dolphin dan 2 buah mooring dolphin. Elevasi dermaga agar tidak tenggelam adalah +5,2 meter dari 0 meter.Kata kunci: analisis hidrologi, analisis hidraulika, HEC-RAS, muka air minimum ABSTRACTPT. Obio Indo Energi have to distribute coal from the mine to the mother vessel, causes a special terminal facility needed for fullfil they need. To planning the jetty and navigation channel, it may take some analysis. The discharge plan determinded by HSS Nakayasu method which the maximum daily rainfall determine by frechet distribution. Analysis hydraulics using software  HEC-RAS 4.1 for known the water surface.The switch of the ship size as 1.000 DWT who being towed by a tugboat which the minimally deep needs for navigation channel and turning basin as big as 3,6 meters from the minimum water surface. Navigation channel width for 2 ships as 112 meters with turning basin area as big as 4.537 m2. The result for jetty type is jetty type, which using 3 pieces breasthing dolphin and 2 pieces mooring dolphin. Jetty elevation that not floods is +5,2 meters from 0 meters.Keywords: hydrologic analysis, hydraulics analysis, HEC-RAS, minimum water surface
Perencanaan Pelabuhan Penyeberangan Desa Buton, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah (Hal. 56-65) Setiawan, Aji; Muliati, Yati; Madrapriya, Fachrul
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 2, No 4: Desember 2016
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (569.054 KB) | DOI: 10.26760/rekaracana.v2i4.56

Abstract

ABSTRAK Kondisi pelabuhan di desa Buton saat ini yang merupakan pelabuhan tradisional yang tidak memadai untuk menampung kapal-kapal yang berkapasitas besar untuk bersandar. Seiring dengan meningkatnya arus penduduk dan kendaraan di Desa Buton, Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah, maka dibutuhkan fasilitas pelabuhan yang memadai agar menunjang kemajuan perekonomian di desa Buton. Hasil perencanaan Pelabuhan di desa Buton menunjukkan bahwa dermaga jetty sesuai untuk kapal rencana penumpang maupun barang. Karakteristik kapal rencana pada pelabuhan ini adalah kapal dengan bobot 2000 GT agar terbesar pada daerah lokasi yaitu kapal Madani dengan 1106 GT dengan kapasitas 400 penumpang dan 22 kendaraan dapat berlabuh pada pelabuhan Penyeberangan Buton.Kata kunci: pelabuhan penyeberangan, buton, desain ABSTRACTButon port conditions in the village at this time which is a traditional port may be inadequate to accommodate ships of large capacity for lean. Along with the increasing flow of people and vehicles in the village of Buton, Morowali regency, Central Sulawesi province, it takes adequate port facilities in order to support economic progress in the village of Buton. Ports in the village planning results indicate that the pier jetty Buton according to plan boat passengers and goods. Characteristics ship in the port plans are ships weighing 2000 GT to be the largest in the location area that Madani ships with 1106 GT with a capacity of 400 passengers and 22 vehicles can be docked at the port of Buton Crossing. Keywords: ferry port, buton, design
Perencanaan Teknis Pangkalan Pendaratan Ikan Baruakol Kepulauan Sula Maluku Utara (Hal. 115-126) Narindra, Dwinanda; Muliati, Yati; Madrapriya, Fachrul
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 3, No 4: Desember 2017
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1437.582 KB) | DOI: 10.26760/rekaracana.v3i4.115

Abstract

ABSTRAKDesa Baruakol, Kabupaten Kepulauan Sula merupakan salah satu penghasil ikan terbesar di Provinsi Maluku Utara. Namun selama periode 2012-2014, total nilai tambah yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi mengalami penurunan menurut BPS (Badan Pusat Statistik). Pembangunan prasarana perikanan dibutuhkan untuk dapat membantu meningkatkan perekonomian daerah. Prasarana tersebut berupa pelabuhan ikan yang termasuk kedalam klasifikasi pangkalan pendaratan ikan (PPI). Analisis yang digunakan yaitu pasang surut dengan menggunakan metode Least Square dan metode Admiralty, dilanjutkan dengan perhitungan fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang. Hasil pasang surut yang digunakan adalah metode Least Square dengan hasil tunggang pasut yang didapat sebesar 2,04 m serta HWS pada elevasi +2,39 m dan LWS +0,35 m. Dengan dilengkapi fasilitas pokok dengan luas total sebesar 7.982 m2 sedangkan untuk fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang seluas 2.692 m2.Kata kunci: perencanaan teknis, metode pasang surut, pangkalan pendaratan ikanABSTRACTBaruakol Village, in Sula Islands Region is one of the largest fish resource in North Maluku Province. However, during the 2012-2014 period, the total additional value generated by the economic sectors are decreasing, according to BPS (Badan Pusat Statistik) / National Statistic Centre. Developing fishing port infrastructure is needed to help improving the regional economy. The infrastructure is formed as fishing port that classification type of PPI. The tidal analysis is Least Square method and Admiralty method, and  calculation of basic facilities, functional facilities and supporting facilities. The tidal ebb & flow test is using Least Square method the result obtained from tidal ebb & flow test is 2.04 m and HWS elevation at +2.39 m and LWS at +0.35 m. Equipped with basic facilities with total area of 7,982 m,2 meanwhile coverage area for functional facilities and supporting facilities is 2,692 m2.Keywords: technical planning, tidal method, fishing port type PPI
Studi Perencanaan Alur Pelayaran Optimal Berdasarkan Hasil Pemodelan Software SMS-8.1 di Kolong Bandoeng, Belitung Timur (Hal. 71-80) Syamsudin, Aldila Putri; Muliati, Yati; Madrapriya, Fachrul
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 3, No 1: Maret 2017
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (872.961 KB) | DOI: 10.26760/rekaracana.v3i1.71

Abstract

ABSTRAK Rencana pengembangan daerah pariwisata di Kolong (Danau) Bandoeng Kabupaten Belitung Timur menggunakan kapal rencana yaitu kapal Yacht 473 GT. Alur pelayaran yang menghubungkan Laut Serdang dan Kolong Bandoeng memiliki dimensi yang sempit tidak memungkinkan kapal rencana untuk berlayar, sehingga dibutuhkan dimensi alur pelayaran baru sebagai prasarana penghubung antara Kolong Bandoeng dan Laut Serdang. Analisis dilakukan pada dua alur rencana berdasarkan hasil perhitungan dimensi alur dan pemodelan arus serta sedimentasi menggunakan software SMS 8.1. Hasil analisis didapatkan lebar alur lurus sebesar 64 m dan membelok 81 m, radius sebesar 433 m dengan dan kedalaman alur sebesar -5 m. Kecepatan arus pada alur lurus 0,075 m/s lebih besar dibandingkan pada alur membelok 0,067 m/s. Sebaran sedimen pada alur lurus lebih besar dibandingkan alur membelok, dengan sedimentasi yang sama sebesar 0,0075 m-0,009 m per 15 hari. Alur membelok dipilih sebagai alur pelayaran optimal (1.800 m). Volume pengerukan sebesar 159,019 m³.Kata kunci: alur pelayaran, kecepatan arus, sedimentasi, SMS 8.1. ABSTRACTPlan of tourism area development in Kolong (Lake) Bandoeng, East Belitung as using Yacht 473 GT. The  narrow wide of navigation channel between sea Serdang and Kolong Bandoeng cause the ship is impossible to sail. Hence it we need to determine the dimention of new navigation channel, so it can be used for the yacht. Analysis was made for two navigation channel based on the product of channel dimension and current modeling along with sedimentation using SMS 8.1 software. The result shows that the width of straight channel is 64 m and curving 81 m, the radius is 433 m with and the depth of channel is -5 m. The current velocity of straight channel is 0.075 m/s bigger than on curving channel 0.067 m/s. Sedimentation spread on straight channel is bigger than on curving channel with same number of sedimentation 0.0075 m-0.009 m every 15 days. Curving channel selected as the optimal navigation channel (1,800 m). The dregging volume is 159.019 m³.Keywords: navigation channel, current velocity, sedimentation, SMS 8.1.
Analisis Hidrodinamika Menggunakan Software SMS 8.1 dalam Rangka Pengembangan Pelabuhan Penyeberangan Kaledupa, Sulawesi Tenggara (Hal. 124-135) Pratama, Angga Rizki; Muliati, Yati; Madrapriya, Fachrul
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 2, No 4: Desember 2016
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (896.942 KB) | DOI: 10.26760/rekaracana.v2i4.124

Abstract

ABSTRAKPulau Kaledupa membutuhkan sebuah pelabuhan penyeberangan, untuk memudahkan mobilisasi roda 4 agar pembangunan infrastruktur tidak terhambat. Perencanaan pelabuhan Kaledupa membutuhkan beberapa data, antara lain hidro-osenografi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis gelombang dan arus menggunakan software SMS 8.1 dan merencanakan pelabuhan. Hasil pemodelan software digunakan untuk menentukan posisi dermaga dalam kondisi aman, perencanaan fasilitas menggunakan Keputusan Menteri Perhubungan. Hasil analisis menunjukkan bahwa tinggi gelombang maksimum di dermaga 0,065 m < 1 m, dan kecepatan arus 0,0018 m/s < 2 m/s  sehingga dermaga aman untuk kapal berlabuh dari arah arus timur laut. Tenggang pasut sebesar 1,90 m, maka dermaga yang digunakan adalah tipe moveable bridges untuk kapal feri tipe Ro-Ro. Kedalaman kolam pelabuhan adalah 5 m dan kedalaman alur pelayaran adalah 5,6 m.Kata kunci: desain pelabuhan, gelombang, arus, SMS 8.1 ABSTRACTKaledupa island need a ferry port to facilitate 4 wheels mobilization to ease an infrastructure. The planning of Kaledupa port need takes some data and one of it is hydro-oceanography data. The purpose of this study are to analyze wave and tides using SMS 8.1 software and to design a port. The result from software modelling used to determine the position of port in safety condition, design of facilities using The Transport Minister’s Decision. The analysis result shows that the maximum wave height at the dock was 0.065 m < 1 m and the speed’s current 0.0018 m/s < 2 m/s so the dock is safe for berthing the ship from Northeast direction. The tidal range is 1.90 m so the dock will be using is a “moveable bridges” for the ferry ship Ro-Ro type. The depth of the turning basin is 5 m and the depth of shipping channel is 5.6 m.Keywords: port design, waves, current, SMS 8.1
Desain Pelabuhan Penyeberangan di Tambelan, Provinsi Kepulauan Riau (Hal. 13-25) Sucilestari, Resti; Muliati, Yati; Madrapriya, Fachrul
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 3, No 2: Juni 2017
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (907.042 KB) | DOI: 10.26760/rekaracana.v3i2.13

Abstract

ABSTRAKTambelan merupakan salah satu pulau terluar dan terpencil di Kabupaten Bintan. Hal tersebut membuat kurangnya akses transportasi di wilayah tersebut. Masyarakat Tambelan umumnya berprofesi sebagai nelayan sehingga dalam memenuhi kebutuhan keseharian, masyarakat Tambelan memasok barang dan jasa dari luar pulau melalui pelabuhan laut Tambelan. Aktivitas pelabuhan laut yang lambat menjadi salah satu kendala utama dalam pendistribusian kebutuhan pokok dan mobilisasi masyarakat Tambelan dari luar pulau, oleh karena itu Tambelan membutuhkan sebuah pelabuhan penyeberangan untuk memudahkan mobilisasi dan aksesbilitas masyarakat dari luar pulau.Desain pelabuhan dipengaruhi oleh volume angkutan dan tinggi gelombang yang berada di sekitar rencana lokasi pelabuhan. Tinggi gelombang rencana didapatkan dengan proses hindcasting yang berupa peramalan gelombang dengan data angin jam-jaman. Hasil analisis menunjukkan bahwa tinggi gelombang maksimum (H25) sebesar 0,815 m selama 4,455 detik.Desain Pelabuhan Penyeberangan Tambelan ini berdasarkan analisis proyeksi pergerakan penumpang dan barang untuk kapal feri tipe Ro-Ro 1.000 GRT dengan elevasi dermaga 4,5 m dan kedalaman alur pelayaran adalah 6 m. Pelabuhan Penyeberangan Tambelan ini dilengkapi fasilitas darat dengan luas total 2.491,2 m2 dan area kolam pelabuhan seluas 53.000 m2.Kata kunci: hindcasting, pelabuhan, penyeberangan. ABSTRACTTambelan is one of the outer island and isolated area of district of Bintan. It made the lack of access to transport in that region. Population of Tambelan generally work as fisherman and to get supply of daily needs from outside the island through the seaports Tambelan. The fishermen needs the a convenience port to sells their fish to outside Bintan island. Tambelan also requires a ferry ports to facilitate the mobilization and accessibility of people from outside the island.Port design is influenced by the volume of freight and high waves that were around the planned location of the port. High waves hindcasting plan determine by the process in the form of forecasting waves with wind data an hour. The analysis showed that the maximum wave height is 0.815 m for 4.455 seconds.Design Tambelan ferry port is based on passanger and commodity movement analysis, that suit to ferry ship type Ro-Ro 1,000 GRT with dock elevation of 4.5 m and a depth of the shipping lanes is 6 m. Tambelan ferry ports is equipped many facilitiy with a total area of 2,491.2 m2 dan port basin area of 53,000 m2.Keywords: hindcasting, port design, ferry.
Desain Pelabuhan Penyeberangan di Tambelan, Provinsi Kepulauan Riau Sucilestari, Resti; Muliati, Yati; Madrapriya, Fachrul
RekaRacana: Jurnal Teknil Sipil Vol 3, No 2: Juni 2017
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekaracana.v3i2.13

Abstract

ABSTRAKTambelan merupakan salah satu pulau terluar dan terpencil di Kabupaten Bintan. Hal tersebut membuat kurangnya akses transportasi di wilayah tersebut. Masyarakat Tambelan umumnya berprofesi sebagai nelayan sehingga dalam memenuhi kebutuhan keseharian, masyarakat Tambelan memasok barang dan jasa dari luar pulau melalui pelabuhan laut Tambelan. Aktivitas pelabuhan laut yang lambat menjadi salah satu kendala utama dalam pendistribusian kebutuhan pokok dan mobilisasi masyarakat Tambelan dari luar pulau, oleh karena itu Tambelan membutuhkan sebuah pelabuhan penyeberangan untuk memudahkan mobilisasi dan aksesbilitas masyarakat dari luar pulau.Desain pelabuhan dipengaruhi oleh volume angkutan dan tinggi gelombang yang berada di sekitar rencana lokasi pelabuhan. Tinggi gelombang rencana didapatkan dengan proses hindcasting yang berupa peramalan gelombang dengan data angin jam-jaman. Hasil analisis menunjukkan bahwa tinggi gelombang maksimum (H25) sebesar 0,815 m selama 4,455 detik.Desain Pelabuhan Penyeberangan Tambelan ini berdasarkan analisis proyeksi pergerakan penumpang dan barang untuk kapal feri tipe Ro-Ro 1.000 GRT dengan elevasi dermaga 4,5 m dan kedalaman alur pelayaran adalah 6 m. Pelabuhan Penyeberangan Tambelan ini dilengkapi fasilitas darat dengan luas total 2.491,2 m2 dan area kolam pelabuhan seluas 53.000 m2.Kata kunci: hindcasting, pelabuhan, penyeberangan. ABSTRACTTambelan is one of the outer island and isolated area of district of Bintan. It made the lack of access to transport in that region. Population of Tambelan generally work as fisherman and to get supply of daily needs from outside the island through the seaports Tambelan. The fishermen needs the a convenience port to sells their fish to outside Bintan island. Tambelan also requires a ferry ports to facilitate the mobilization and accessibility of people from outside the island.Port design is influenced by the volume of freight and high waves that were around the planned location of the port. High waves hindcasting plan determine by the process in the form of forecasting waves with wind data an hour. The analysis showed that the maximum wave height is 0.815 m for 4.455 seconds.Design Tambelan ferry port is based on passanger and commodity movement analysis, that suit to ferry ship type Ro-Ro 1,000 GRT with dock elevation of 4.5 m and a depth of the shipping lanes is 6 m. Tambelan ferry ports is equipped many facilitiy with a total area of 2,491.2 m2 dan port basin area of 53,000 m2.Keywords: hindcasting, port design, ferry.
ANALISIS KEBUTUHAN DAN KETERSEDIAAN AIR IRIGASI UNTUK PENINGKATAN HASIL PERTANIAN DI DAERAH IRIGASI CIMOYAN KABUPATEN PANDEGLANG Madrapriya, Fachrul; Arismawati, Marrilyn
Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran Vol. 7 No. 4 (2024): Special Issue Vol. 7 No. 4 Tahun 2024
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jrpp.v7i4.36729

Abstract

Daerah Irigasi Cimoyan berada di Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. Saat ini Daerah Irigasi Cimoyan sedang dibangun Bendung di Sungai Cimoyan sebagai sumber air dan saluran irigasi dalam rangka peningkatan hasil pertanian, sebelumnya Daerah Irigasi Cimoyan masih berupa sawah tadah hujan. Berdasarkan hal tersebut, maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kebutuhan dan ketersediaan air serta mendapatkan pola tanam yang efektif untuk daerah irigasi Cimoyan dengan luas 963 ha. Dengan luas DAS 13.07 km2 menggunakan metode FJ Mock didapat debit andalan sungai terbesar yaitu 1265.57 lt/detik. Perhitungan kebutuhan air daerah irigasi Cimoyan menggunakan data klimatologi selama 10 tahun dengan metode Penman dengan luas lahan 963 ha yaitu sebesar 2.45 lt/detik/ha. Berdasarkan neraca air alternatif pola tanam yang sesuai yaitu pola tanam alternatif 3 padi-padi-palawija dengan awal Tanam Oktober 2 dan ketersediaan air dapat memenuhi kebutuhan air irigasi.
PEMODELAN ALTERNATIF PENGENDALIAN BANJIR DENGAN PERANGKAT LUNAK HEC-RAS 2D DI SUNGAI CIMOYAN KABUPATEN PANDEGLANG Arismawati, Marrilyn; Madrapriya, Fachrul
Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran Vol. 7 No. 4 (2024): Special Issue Vol. 7 No. 4 Tahun 2024
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jrpp.v7i4.36730

Abstract

Sungai Cimoyan yang terletak di Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten saat ini sedang dibangun Bendung yang akan dimanfaatkan untuk mengairi Daerah Irigasi. Dalam proses pembangunan bendung telah terjadi banjir dibeberapa lokasi. Terjadinya banjir berdampak pada kerugian moril dan materil yang dialami penduduk yang bertempat tinggal di sekitar lokasi terdampak banjir sungai cimoyan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberadaan Bendung berdampak pada banjir dan bagaimana dampak pembangunan saluran pengelak yang bertujuan untuk mengendalikan banjir dengan menggunakan pemodelan HEC-RAS. Simulasi dilakukan dengan 3 kondisi yaitu kondisi eksisting sebelum ada bendung, kondisi setelah ada bendung, kemudian dimodelkan penanggulangan banjir dengan membuat saluran pengelak. Berdasarkan hasil pemodelan, didapat bahwa dengan pembangunan saluran pengelak dapat mengurangi banjir Q5 sebesar 41.340 m3/det dengan lebar dasar saluran pengelak sebesar 3.20 m, tinggi 4 m dan panjang saluran 250 m. Pada banjir Q25 pembangunan saluran pengelak tidak mengurangi dampak genangan banjir secara signifikan.