Iif Rahmat Fauzi, Iif Rahmat
Unknown Affiliation

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

TUMPANGSARI SORGUM DAN KEDELAI UNTUK MENDUKUNG PRODUKTIVITAS LAHAN TBM KARET (HEVEA BRASILIENSIS MUELL ARG) Tistama, Radite; Dalimunthe, Cici Indriani; Sembiring, YanRiska Venata; Fauzi, Iif Rahmat; Hastuti, Ratih Dewi; Suharsono, Suharsono
Jurnal Penelitian Karet JPK : Volume 34, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.jpk.v34i1.222

Abstract

Penanaman sorgum (Sorghum bicolor) dan kedelai (Glycine max) sebagai tanaman tumpangsari merupakan pilihan yang tepat untuk mendukung upaya pengembangan pertanian berkelanjutan dan peningkatan produksi pangan Indonesia.  Lahan karet belum menghasilkan cukup luas untuk dimanfaatkan untuk upaya tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pola tanam tumpangsari yang tepat dan melihat interaksinya terhadap tanaman karet baik dalam hal penyebaran penyakit jamur akar putih dan kesuburan tanah. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor perlakuan dengan tiga ulangan. Faktor perlakuan yang digunakan yaitu jarak tanaman tumpangsari 0,5 m, 1 m dan 1,5 m terhadap tanaman karet, dan jenis tanaman tumpangsari yaitu sorgum dan kedelai. Penelitian dilakukan di gawangan tanaman karet umur 1 tahun (TBM 1) dan umur 3 tahun (TBM 3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh jarak tanaman tumpangsari pada setiap perlakuan tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan tanaman karet. Tanaman tumpangsari sorgum dan kedelai meningkatkan pH, fosfor, nitrogen, dan kapasitas tukar kation (KTK) di dalam tanah, serta dapat menekan penyebaran penyakit Jamur Akar Putih (JAP). Produksi tumpangsari menunjukkan pola tanam kedelai dan sorgum terbaik pada jarak tanam 0,5 m dari tanaman karet dan tumpangsari sorgum dan kedelai (tunggal) pada TBM 1 dapat memberikan keuntungan serta nilai tambah bagi usahatani karet. Diterima : 6 Januari 2016 / Direvisi : 20 Juli 2016 / Disetujui : 30 Juli 2016 How to Cite : Tistama, R., Dalimunthe, C., Sembiring, Y., Fauzi, I., Hastuti, R., & Suharsono, S. (2016). Tumpangsari sorgum dan kedelai untuk mendukung produktivitas lahan TBM Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg). Jurnal Penelitian Karet, 0, 61-76. Retrieved from http://ejournal.puslitkaret.co.id/index.php/jpk/article/view/222
KELAYAKAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KARET DI KABUPATEN TANAH BUMBU KALIMANTAN SELATAN Fauzi, Iif Rahmat; Bukit, Ernita; Andriyanto, Mochlisin; Istianto, Istianto
Jurnal Penelitian Karet JPK : Volume 34, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.jpk.v34i1.229

Abstract

Kalimantan Selatan merupakan salah satu sentra perkebunan karet di Indonesia, tidak terkecuali tanaman karet. Salah satu diantara tiga belas  kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan yang memiliki potensi bagi pengembangan perkebunan karet adalah Kabupaten Tanah Bumbu. Dengan teknik budidaya yang masih tradisional, saat ini produktivitas lahan perkebunan karet di Kabupaten Tanah Bumbu umumnya masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kelayakan pengembangan perkebunan karet di Kabupaten Tanah Bumbu. Penelitian dilakukan pada tahun 2014 dengan metode survei dan dianalisis secara diskriptif kualitatif dan kuantitatif melalui pendekatan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) dan kelayakan finansial proyek menurut empat kriteria investasi yaitu Nett Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (B/C Ratio), dan Payback Period (PBP). Hasil analisis menunjukkan bahwa pengembangan perkebunan karet di kedua kecamatan sampel seluas ±5.620 Ha di Kecamatan Kusan Hulu sebagai Satuan Lahan I dan ±11.261 Ha di Kecamatan Satui sebagai Satuan Lahan II mendapatkan respon positif dari 90% responden. Secara finansial besaran nilai dari empat kriteria investasi masing-masing adalah NPV sebesar IDR 243 Milyar dan IDR 187Milyar, B/C ratio sebesar 2,08 dan 1,99, selanjutnya IRR sebesar 27,20% dan 17,53%, dan PBP selama 8 tahun 3 bulan dan 13 tahun 9 bulan. Berdasarkan keempat kriteria tersebut maka program pengembangan perkebunan karet di Kabupaten Tanah Bumbu dinilai layak.    Diterima : 4 Agustus 2015 / Direvisi : 15 Juli 2016 / Disetujui : 26 Juli 2016 How to Cite : Fauzi, I., Bukit, E., Andriyanto, M., & Istianto, I. (2016). Kelayakan pengembangan perkebunan karet di Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan. Jurnal Penelitian Karet, 34(1), 107-118. Retrieved from http://ejournal.puslitkaret.co.id/index.php/jpk/article/view/229
PERBANDINGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PENYADAP DI PERKEBUNAN KARET YANG BERJARAK DEKAT DAN JAUH DARI PERKOTAAN Fauzi, Iif Rahmat; Bukit, Ernita; Pane, Erwin; Rahman, Abdul; Siregar, Tumpal H. S.
Jurnal Penelitian Karet JPK : Volume 33, Nomor 2, Tahun 2015
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.jpk.v33i2.181

Abstract

Seiring dengan melemahnya harga karet, isu mengenai kesejahteraan rumah tangga penyadap menjadi problem tersendiri bagi perusahaan perkebunan karet. Penelitian bertujuan mengkaji isu kesejahteraan rumahtangga penyadap pada dua kategori perkebunan karet. Penelitian dilakukan melalui metode survey dengan dua kategori perusahaan, yaitu perusahaan perkebunan dengan lokasi kebun berada dekat dengan ibu kota provinsi dan perusahaan perkebunan dengan lokasi kebun berada jauh dari ibu kota provinsi. Sampel ditentukan secara sengaja sesuai dengan kategori perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan rumah tangga penyadap di kebun kota dapat dikategorikan lebih baik dari rumah tangga penyadap di kebun terpencil, namun rendahnya kesejahteraan rumah tangga penyadap di kedua kebun belum menyentuh level kerawanan pangan. Keterbatasan akses memperoleh layanan pendidikan, usaha dan perdagangan, dan layanan pemerintah menjadi alasan agar menejemen perusahaan mampu menyediakan fasilitas untuk memenuhi kebutuhannya sendiri atau melalui mekanisme fungsi koperasi. Diterima : 9 Februari 2015; Direvisi : 18 Mei 2015; Disetujui : 15 Juli 2015 How to Cite : Fauzi, I. R., Bukit, E., Pane, E., Rahman, A., & Siregar, T. H. S. (2015). Perbandingan tingkat kesejahteraan rumah tangga penyadap di perkebunan karet yang berjarak dekat dan jauh dari perkotaan. Jurnal Penelitian Karet, 33(2), 167-174. Retrieved from http://ejournal.puslitkaret.co.id/index.php/jpk/article/view/181
KERAGAAN SISTEM PREMI PENYADAP DI BEBERAPA PERUSAHAAN PERKEBUNAN KARET Fauzi, Iif Rahmat; Syarifa, Lina Fatayati; Herlinawati, Eva; Siagian, Nurhawaty
Jurnal Penelitian Karet JPK : Volume 32, Nomor 2, Tahun 2014
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.jpk.v32i2.162

Abstract

Produktivitas tanaman di perusahaan perkebunan karet selain dipengaruhi oleh faktor teknis budidaya juga dipengaruhi oleh faktor nonteknis seperti manajemen penyadapan. Faktor manajemen penyadapan yang paling berpengaruh dalam mendorong produktivitas adalah sistem premi. Premi merupakan suatu penghargaan yang diberikan oleh perusahaan kepada pekerja yang telah melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan sistem premi di beberapa perusahaan perkebunan karet. Penelitian dilakukan pada tahun 2012 dengan metode survei dan wawancara. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive yaitu dengan memilih sentra perkebunan karet terbesar di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum jenis premi penyadap di perusahaan perkebunan karet meliputi premi sadap hari biasa (premi prestasi, premi kerajinan, dan premi khusus), premi sadap hari libur, dan premi sadap bebas. Untuk mendukung penyadapan memperoleh hasil yang optimal maka diberikan premi kepada pekerja lain yang berkaitan dengan operasional panen. Di antara jenis premi pekerja lain yang dianggap penting adalah premi mandor besar, mandor sadap, TAP kontrol induk, TAP kontrol afdeling, koordinator produksi, krani afdeling, pembantu krani, pekerja TPH, dan penjaga afdeling. Seorang mandor dan TAP kontrol memiliki kontribusi dalam menentukan kelas penyadap. Perannya pada beberapa kebun berada di bawah kendali afdeling. Nilai premi seorang mandor dan TAP kontrol diatur sedemikian rupa sehingga berbanding lurus dengan nilai premi penyadap. Pada kondisi tersebut penerapan fungsi kelas penyadap yang berkaitan langsung dengan kualitas penyadapan menjadi tidak representatif. Selain faktor peran dari fungsi pengawasan, nilai insentif yang diatur dalam sistem premi dinilai belum mampu mendorong penyadap melakukan penyadapan sesuai norma. Diperlukan sistem premi yang tegas terhadap perbedaan kelas penyadap dan peran pengawas yang berdiri sendiri di luar stuktur afdeling sebagaimana yang disampaikan dalam studi ini. Diterima : 5 Desember 2013; Direvisi : 28 Februari 2014; Disetujui : 30 Mei 2014  How to Cite : Fauzi, I. R., Syarifa, L. F., Herlinawati, E., & Siagian, N. (2014). Keragaan sistem premi penyadap di beberapa perusahaan perkebunan karet. Jurnal Penelitian Karet, 32(2), 157-180. Retrieved from http://ejournal.puslitkaret.co.id/index.php/jpk/article/view/162
ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR BIAYA DAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA PADA PENERAPAN SISTEM SADAP FREKUENSI RENDAH DI PERUSAHAAN PERKEBUNAN KARET, SUMATERA UTARA: Cost structure change analysis and labor requirement for the implementation of low frequency tapping systems in rubber plantation companies LINDAWATI, LINDAWATI; Fauzi, Iif Rahmat; TISTAMA, Radite; ATMININGSIH, ATMININGSIH
Jurnal Penelitian Karet JPK : Volume 42, Nomor 1, Tahun 2024
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.jpk.v42i1.888

Abstract

Rendahnya harga dan terbatasnya jumlah tenaga penyadap terampil merupakan masalah utama yang dihadapi perusahaan perkebunan karet saat ini. Penerapan sistem sadap frekuensi rendah adalah salah satu strategi yang dilakukan untuk menghadapi masalah tersebut. Sistem sadap frekuensi rendah adalah konsep manajemen penyadapan yang berorientasi pada rendahnya kebutuhan biaya dan tenaga kerja penyadapan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur biaya dan kebutuhan tenaga kerja pada penerapan sistem sadap frekuensi rendah. Penelitian dilakukan dengan metode explanatory research melalui observasi lapangan, studi literatur, dan simulasi data. Analisis anggaran parsial dilakukan untuk melihat kelayakan finansial perubahan sistem sadap dari sistem sadap konvensional d3 ke sistem sadap frekuensi rendah d4, d5, dan d6. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan sistem sadap frekuensi rendah d4, d5, d6 menyebabkan penurunan biaya tenaga penyadap masing-masing sebesar 25%, 40%, dan 50%. Sebaliknya, untuk mengantisipasi penurunan produksi akibat berkurangnya hari sadap efektif maka terjadi kenaikan biaya stimulansia masing-masing sebesar 18%, 23% dan 43%. Total biaya produksi akibat perubahan sistem sadap d3 ke sistem sadap d4, d5, d6 berkurang masing-masing 22%, 35%, dan 57%. Perubahan struktur biaya lebih disebabkan oleh perubahan jumlah HK akibat penurunan kebutuhan HK penyadap dan kenaikan kebutuhan HK stimulansia. Penerapan sistem sadap dari d3 ke d4, d5, d6 mengakibatkan perubahan tingkat kelayakan finansial usaha dari nilai RCR sebesar 1,39 menjadi masing-masing sebesar 1,20; 1,08; dan 0,90. Penerapan sistem sadap frekuensi rendah masih cenderung dinamis dan lebih merupakan program penurunan biaya yang bertujuan untuk mempertahankan kondisi finansial perusahaan dalam jangka pendek. Sebagai rencana strategis, penerapan sistem sadap frekuensi rendah bertujuan untuk mengantisipasi masalah kelangkaan tenaga penyadap terampil dalam jangka panjang agar perusahaan perkebunan karet tetap berada dalam posisi yang kompetitif.
MODEL NILAI SISTEM AGRIBISNIS PETANI KARET RAKYAT DI KABUPATEN LANGKAT Pakpahan, Plawer Arimbi; FAUZI, IIF RAHMAT; Lubis, Yusniar; Hasibuan, Syahbudin; Siregat, Akbar; Siregar, Tumpal H.S.
Jurnal Penelitian Karet JPK : Volume 43, Nomor 1, Tahun 2025
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.jpk.v43i1.981

Abstract

Indonesia memiliki luas perkebunan karet yang mencapai 3.676.000 ha, menjadikannya negara dengan lahan perkebunan karet terluas di dunia. Namun, Indonesia masih berada di peringkat kedua sebagai produsen karet alam dunia setelah Thailand. Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara, memiliki potensi besar dalam pengembangan pertanian, termasuk karet. Namun, pertumbuhan produksi sawit yang pesat di Kabupaten Langkat mengancam keberlanjutan sektor karet dan dampaknya terhadap ekosistem lokal. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Model Nilai Sistem Agribisnis Petani Karet Rakyat di Kabupaten Langkat. Metode penelitian meliputi analisis Multidimensional Scaling (MDS) untuk mengevaluasi potensi karet agroekonomi dan analisis Multidimensional Scaling – Rapfish (MDS-Rapfish) untuk menilai keberlanjutan agribisnis karet alam pada subsistem input, on-farm, off-farm, output, dan penunjang. Structural Equation Modelling-Partial Least Squares (SEM-PLS) digunakan untuk menganalisis hubungan antara faktor indeks keberlanjutan dan sistem agribisnis karet alam yakni dimensi ekonomi dan sosial, dimensi ekologi serta teknologi dan infrastruktur. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor ekonomi dan sosial memiliki tingkat keberlanjutan yang cukup tinggi (koefisien 0,597 dan p < 0,001), sementara faktor ekologi menunjukkan hubungan negatif yang signifikan terhadap keberlanjutan (koefisien -0,376 dan p < 0,001). Teknologi dan infrastruktur menunjukkan tingkat keberlanjutan yang rendah, dengan koefisien 0,110 dan p = 0,263 untuk teknologi.. Selain itu, dimensi agribisnis, termasuk subsistem input, output, onfarm, offfarm, dan penunjang, juga menunjukkan tingkat keberlanjutan yang kurang memadai. Perlu upaya lebih lanjut dalam pengembangan pertanian karet yang berkelanjutan di Kabupaten Langkat, termasuk perbaikan praktik pertanian, investasi dalam teknologi ramah lingkungan, dan peningkatan infrastruktur dan layanan penunjang