Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

KELAYAKAN PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KARET DI KABUPATEN TANAH BUMBU KALIMANTAN SELATAN Fauzi, Iif Rahmat; Bukit, Ernita; Andriyanto, Mochlisin; Istianto, Istianto
Jurnal Penelitian Karet JPK : Volume 34, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.jpk.v34i1.229

Abstract

Kalimantan Selatan merupakan salah satu sentra perkebunan karet di Indonesia, tidak terkecuali tanaman karet. Salah satu diantara tiga belas  kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan yang memiliki potensi bagi pengembangan perkebunan karet adalah Kabupaten Tanah Bumbu. Dengan teknik budidaya yang masih tradisional, saat ini produktivitas lahan perkebunan karet di Kabupaten Tanah Bumbu umumnya masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kelayakan pengembangan perkebunan karet di Kabupaten Tanah Bumbu. Penelitian dilakukan pada tahun 2014 dengan metode survei dan dianalisis secara diskriptif kualitatif dan kuantitatif melalui pendekatan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) dan kelayakan finansial proyek menurut empat kriteria investasi yaitu Nett Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (B/C Ratio), dan Payback Period (PBP). Hasil analisis menunjukkan bahwa pengembangan perkebunan karet di kedua kecamatan sampel seluas ±5.620 Ha di Kecamatan Kusan Hulu sebagai Satuan Lahan I dan ±11.261 Ha di Kecamatan Satui sebagai Satuan Lahan II mendapatkan respon positif dari 90% responden. Secara finansial besaran nilai dari empat kriteria investasi masing-masing adalah NPV sebesar IDR 243 Milyar dan IDR 187Milyar, B/C ratio sebesar 2,08 dan 1,99, selanjutnya IRR sebesar 27,20% dan 17,53%, dan PBP selama 8 tahun 3 bulan dan 13 tahun 9 bulan. Berdasarkan keempat kriteria tersebut maka program pengembangan perkebunan karet di Kabupaten Tanah Bumbu dinilai layak.    Diterima : 4 Agustus 2015 / Direvisi : 15 Juli 2016 / Disetujui : 26 Juli 2016 How to Cite : Fauzi, I., Bukit, E., Andriyanto, M., & Istianto, I. (2016). Kelayakan pengembangan perkebunan karet di Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan. Jurnal Penelitian Karet, 34(1), 107-118. Retrieved from http://ejournal.puslitkaret.co.id/index.php/jpk/article/view/229
ISOLASI BAKTERI PEREDUKSI SULFAT UNTUK MEMPERBAIKI SIFAT KIMIA TANAH BEKAS TAMBANG BATUBARA DAN PENGARUHNYA TERHADAP KARET (HEVEA BRASILIENSIS) DI POLIBEG Sembiring, YanRiska Venata; Andriyanto, Mochlisin; Siagian, Nurhawaty; Widyati, Enny; Azwir, Azwir
Jurnal Penelitian Karet JPK : Volume 34, Nomor 2, Tahun 2016
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.jpk.v34i2.223

Abstract

Teknik pertambangan terbuka pada lahan bekas tambang batubara di Sumatera Barat mengakibatkan vegetasi penutup tanah hilang, pemadatan tanah, kahat unsur hara, reaksi masam, top soil tipis, rendah bahan organik, tekstur tanah buruk, toksisitas mineral, kandungan logam tinggi dan mengganggu aktivitas mikroorganisme tanah. Mikroba tanah seperti Bakteri Pereduksi Sulfat (BPS) dapat dimanfaatkan untuk perbaikan sifat kimia tanah dalam mendukung revegetasi lahan bekas tambang batubara. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan isolat BPS dan pengaruhnya terhadap sifat kimia tanah bekas tambang batubara, serta pertumbuhan karet di polibeg. Penelitan ini dilakukan di Balai Penelitian Sungei Putih yang berlangsung bulan Maret-Desember 2015. Sumber isolat BPS yang digunakan berasal dari sewage sludge, sludge industri kertas dan rumen sapi. Isolat yang didapatkan tersebut selanjutnya dimurnikan dan diapilkasikan ke media polibeg. Berdasarkan penelitian didapatkan tiga jenis isolat BPS yaitu isolat A, isolat B, dan isolat D. Semua isolat BPS dapat menurunkan pH, C-organik, dan kandungan sulfat tanah bekas tambang batubara. Pertambahan tinggi tanaman di polibeg setelah tiga bulan aplikasi, semua isolat nyata lebih besar dibandingkan dengan kontrol (tanpa isolat dan hanya media bekas tanah tambang saja).
IDENTIFIKASI DAN UJI METABOLIT SEKUNDER BANGUN-BANGUN (COLEUS AMBOINICUS) TERHADAP PENYAKIT JAMUR AKAR PUTIH (RIGIDOPORUS MICROPORUS) DI LABORATORIUM Dalimunthe, Cici Indriani; Sembiring, Yan Riska Venata; Andriyanto, Mochlisin; Siregar, Tumpal HS; Darwis, Hilda Syafitri; Barus, Diana Alemin
Jurnal Penelitian Karet JPK : Volume 34, Nomor 2, Tahun 2016
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.jpk.v34i2.295

Abstract

Penyakit Jamur Akar Putih (JAP) termasuk penyakit berbahaya ditinjau dari akibat yang ditimbulkannya dan dapat menyebabkan kerugian finansial yang dihitung secara nasional mencapai IDR 300 miliar setiap tahunnya. Pengendalian penyakit dengan memanfaatkan ekstrak bangun-bangun yang berpotensi sebagai antimikroba belum banyak diterapkan di perkebunan karet. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi metabolit sekunder bangun-bangun dan mengetahui persentase penghambatan metabolit sekunder bangun-bangun terhadap penyakit JAP skala laboratorium. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 2 fakor dan 3 ulangan. Faktor yang digunakan adalah dosis dan pelarut (aseton, n-heksana dan metanol). Komponen yang dianalisis adalah akar dan daun bangun-bangun untuk mengetahui metabolit sekunder yang dihasilkan bangun-bangun melalui identifikasi fitokimia kemudian diekstraksi dengan berbagai pelarut untuk diuji terhadap Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus). Parameter yang diamati yaitu luas pertumbuhan jamur dan persentase penghambatan JAP. Hasil identifikasi fitokimia menunjukkan bahwa akar dan daun bangun-bangun mengandung senyawa flavonoida, glikosida dan saponin. Senyawa ini tergolong dalam kategori senyawa polar dan semipolar sehingga akan mudah diekstraksi dengan menggunakan pelarut polar (aseton). Uji pendahuluan ekstraksi akar dengan berbagai macam pelarut dan dosis menunjukkan interaksi yang berpengaruh nyata. Persentase penghambatan tertinggi terdapat pada ekstrak akar dengan menggunakan pelarut aseton sebesar 98,46% pada dosis 10%. Uji lanjutan hasil fraksinasi dengan menggunakan kertas cakram menunjukkan daya hambat terkuat terdapat pada fraksi n-heksana (14-18,5 cm), fraksi etil asetat (13,5-15,5 cm), dan ekstrak etanol (7-10,5 cm).
KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN BIBIT BATANG BAWAH KARET YANG DIAPLIKASIKAN CENDAWAN DSE (DARK SEPTATE ENDOPHYTE) Andriyanto, Mochlisin; HANUM, Chairani; HASANUDDIN, HASANUDDIN; FENDIYANTO, Miftahul Huda; DALIMUNTHE, Cici Indriani
Jurnal Penelitian Karet JPK : Volume 42, Nomor 2, Tahun 2024
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.jpk.v42i2.998

Abstract

Pembibitan batang bawah karet seringkali terkendala oleh adanya penyakit jamur akar putih (JAP), morfologi akar pendek dan kerdil. Salah satu upaya untuk menekan hal tersebut dilakukan dengan inokulasi cendawan DSE. Banyak penelitian menunjukkan respon pertumbuhan tanaman tahunan dan musiman meningkat setelah diaplikasikan DSE. Keragaman cendawan DSE lokal perakaran karet asal Sumatera Utara belum banyak dieksplorasi dan diketahui efektivitas dalam pertumbuhan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi pengaruh DSE terhadap pertumbuhan dan fisiologi tanaman batang bawah karet. Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAK) non faktorial dengan perlakuan aplikasi DSE isolat KHPSG, KLAJI, KRPPT dan kontrol (non isolat). Parameter pengamatan yaitu tinggi, diameter, panjang tangkai daun, jumlah daun, kadar IAA daun, gula total, dan total klorofil. Hasil penelitian diketahui bahwa DSE mempengaruhi karakter pertumbuhan tinggi, diameter batang, panjang tangkai daun, jumlah munculnya daun, kadar IAA daun, gula total dan total klorofil. Pengaruh DSE pada tanaman di pembibitan batang bawah polibeg diketahui terjadi saat fase awal pertumbuhan. Isolat KHPSG dan KLAJI merupakan isolat terbaik dan berpotensi dapat dijadikan sebagai stimulan hayati tanaman.
Eksplorasi Cendawan Dark Septate Endophyte Asal Pertanaman Karet (Hevea brasiliensis) Wilayah Sumatra Utara Andriyanto, Mochlisin; Triyoyani, Agustina; Sri Sulastri, Yustina; Dalimunthe, Cici Indriani
Seminar Nasional Lahan Suboptimal Vol 12, No 1 (2024): Vol 12, No 1 (2024): Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal ke-12 “Revital
Publisher : Pusat Unggulan Riset Pengembangan Lahan Suboptimal (PUR-PLSO) Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Andriyanto, M., Triyoyani, A., Sulastri, Y. S., Dalimunthe, C. I. (2024). Exploration of dark septate endophyte fungi in north sumatra rubber plantations. In: Herlinda S et al. (Eds.), Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal ke-12 Tahun 2024, Palembang 21 Oktober 2024. (pp. 313–322). Palembang: Penerbit & Percetakan Universitas Sriwijaya (UNSRI).Dark Septate Endophytes (DSE) are non-pathogenic microorganisms that ubiquitous root-colonizing fungi with a wide range of host plants. DSE biodiversity in the rubber plantations of North Sumatra has not been investigated. The research objective was to collect indigenous DSE isolates from rubber plantations. The research was conducted at the Plant Protection Laboratory, Sungei Putih Research Unit, Rubber Research Center in Deli Serdang. This research consisted of several stages, namely DSE investigated 14 soil samples taken from rhizosphere of healthy rubber plant in the area of Serdang Berdagai, Tebing Tinggi, Labuhan Batu Utara, Rantauprapat, Asahan, and Tapanuli Selatan. The exploration is followed by selecting DSE (dark septate endophytes) through indirect soil baiting techniques and pathogenicity test of DSE isolates. The research was conducted at the Plant Protection Laboratory, Sungei Putih Research Unit, Rubber Research Center in Deli Serdang. The results showed that height of chinese cabbage ranged 3,69- 5,17 cm, and number of leaves ranged 4,80-6,16 over the course of one month. The average DSE isolation rate was found to be 12,87%. The colony growth of isolates measured between 15,31 and 50,72 cm² in eight days after incubation, and the pathogenicity test had ability to promote chinese cabbage seed germination by 65,50- 70,60%. The present study showed that five DSE isolates from rubber plantation can be used as indigenous DSE and identified as having potential for development.
PERFORMA TANAMAN KARET MENGGUNAKAN BAHAN TANAM ASALAN Andriyanto, Mochlisin; Pasaribu, Syarifah Aini; Bukit, Ernita; Saputra, Jamin
Warta Perkaretan Vol. 44 No. 1 (2025): Volume 44, Nomor 1, Tahun 2025
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.wp.v44i1.985

Abstract

Indikator keberhasilan agribisnis karet salah satunya dipengaruhi oleh kualitas bahan tanam. Bahan tanam karet klonal merupakan hasil perbanyakan tanaman secara okulasi. Okulasi ditentukan oleh kualitas batang atas dan batang bawah. Sebagian besar areal pertanaman karet skala petani masih menggunakan bahan tanam asalan tidak sesuai anjuran. Kendala lain juga dipengaruhi oleh terbatasnya para penangkar benih karet yang bersertifikat. Penggunaan bahan tanam karet asalan tidak hanya dipengaruhi oleh penanaman langsung dari biji batang bawah, namun teknis budidaya yang tidak tepat menjadikan kualitas bahan tanam menjadi rendah. Dampak penggunaan bahan tanam karet asalan diketahui dari keragaan sumber mata entres, heterogenitas, tingginya penurunan populasi dan tidak tercapainya produktivitas sesuai potensi genetik. Upaya untuk mengatasi penggunaan bahan tanam karet asalan terlihat dari karateristik bahan tanam berkualitas yaitu sudut tunas sumber mata entres yang juvenil 30o dari jaringan dewasa 50o-60o, kulit mata tunas asal entres memiliki alur halus atau bergaris, warna tunas bewarna hijau hingga minggu ke 15 dan setelah minggu ke 16 menjadi hijau kehitaman, pecah mata tunas 14-16 hari, pertumbuhan tinggi tunas 20-25 cm per bulan, jumlah payung daun setelah 19 hari setelah tanaman yaitu 1-1,5 payung per tanaman, 6-7 petiole daun setiap karangan.