Atminingsih Atminingsih, Atminingsih
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PENGARUH KONSENTRASI STIMULAN TERHADAP FISIOLOGI LATEKS BEBERAPA KLON TANAMAN KARET (HEVEA BRASILIENSIS MUELL ARG) Atminingsih, Atminingsih; Napitupulu, Justin A.; Siregar, Tumpal H. S.
Jurnal Penelitian Karet JPK : Volume 34, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.jpk.v34i1.219

Abstract

Stimulan merupakan salah satu upaya meningkatkan produksi lateks pada tanaman karet. Penggunaan stimulan tanpa memperhatikan karakteristik klon menyebabkan kelelahan fisiologi. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh konsentrasi stimulan terhadap fisiologi lateks pada beberapa klon.  Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Sungei Putih di areal plot promosi (PP/07/03) Tahun Tanam 2004. Rancangan Petak Tersarang digunakan dalam penelitian ini dengan perlakuan pertama adalah jenis klon (IRR 412, IRR 417, IRR 420, IRR 406, PB 260 dan BPM 24).  Perlakuan kedua adalah konsentrasi stimulan terdiri dari tiga taraf yaitu S0 (tanpa stimulan), S1 (ethepon 2,5%), dan S2 (ethepon 5%). Hasil penelitian menunjukkan peningkatan konsentrasi stimulan dapat meningkatkan produksi, kadar thiol dan kadar fosfat anorganik, tetapi menurunkan kadar karet kering, dan kadar sukrosa. Indeks penyumbatan sangat nyata dipengaruhi oleh konsentrasi stimulan dan interaksi antara klon dan stimulan. Dari keenam klon yang diuji, klon IRR 412, IRR 406, dan BPM 24 tergolong responsif terhadap stimulan, sementara klon IRR 417, IRR 420 dan PB 260 kurang responsif.  Diterima : 23 Desember 2015 / Direvisi : 3 Maret 2016 / Disetujui : 4 April 2016 How to Cite : Atminingsih, A., Napitupulu, J., & Siregar, T. (2016). Pengaruh konsentrasi stimulan terhadap fisiologi lateks beberapa klon tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell Arg). Jurnal Penelitian Karet, 34(1), 13-24. Retrieved from http://ejournal.puslitkaret.co.id/index.php/jpk/article/view/219
PENGARUH JENIS MATA ENTRES DAN KLON TERHADAP KEBERHASILAN OKULASI DAN PERTUMBUHAN TUNAS PADA OKULASI HIJAU DI POLIBEG Junaidi, Junaidi; Atminingsih, Atminingsih; Siagian, Nurhawaty
Jurnal Penelitian Karet JPK : Volume 32, Nomor 1, Tahun 2014
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.jpk.v32i1.146

Abstract

Pada saat ini pengadaan bahan tanam karet dengan cara okulasi tanaman muda langsung di polibeg sedang berkembang terutama di perkebunan besar. Pertanyaan yang sering dilontarkan para pekebun adalah jenis mata okulasi apa yang cocok untuk digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis mata okulasi terhadap persentase keberhasilan dan pertumbuhan tunas hasil okulasi hijau di polibeg. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Sungei Putih, menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan dua faktor yaitu jenis klon (PB 260 dan IRR 118) dan jenis mata okulasi yaitu mata daun hijau (MDH), mata daun coklat (MDC), mata sisik hijau (MSH) dan mata sisik coklat (MSC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk okulasi hijau dalam polibeg, jenis mata yang paling sesuai adalah mata sisik hijau (MSH). Meskipun persentase keberhasilannya tinggi (90,5%), tunas yang tumbuh dari MSH relatif lebih kecil dibandingkan dengan jenis mata entres lainnya sehingga pemeliharaan setelah okulasi tumbuh sangat penting untuk meningkatkan pertumbuhan tunas. Pada kondisi MSH tidak mencukupi, okulasi hijau di polibeg dapat dilakukan dengan menggunakan mata sisik coklat (MSC) dan mata daun hijau (MDH) namun tidak dianjurkan menggunakan mata daun coklat (MDC). Diterima : 10 Desember 2013; Direvisi : 3 Januari 2014; Disetujui : 20 Februari 2014  How to Cite : Junaidi., Atminingsih., & Siagian, N. (2014). Pengaruh jenis mata entres dan klon terhadap keberhasilan okulasi dan pertumbuhan tunas pada okulasi hijau di polibeg. Jurnal Penelitian Karet, 32(1), 21-30. Retrieved from http://ejournal.puslitkaret.co.id/index.php/jpk/article/view/146 
Direction, Panel Height, and Tapping Frequency Affect The Daily Bark Consumption in Hevea Rubber Tapping Junaidi, Junaidi; Atminingsih, Atminingsih; Darojat, Muhammad Rizqi
PLANTA TROPIKA: Jurnal Agrosains (Journal of Agro Science) Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/pt.2019.094.58-65

Abstract

Bark consumption is defined as the thickness of sliced bark per time unit. This research, aiming to identify the effects of direction, panel height, and tapping frequency on daily bark consumption, was carried out at Sungei Putih Research Center, North Sumatera and several estates in Lampung (Kedaton, Bergen, and Way Lima) from January to March 2018. The observations involved 15 tapping tasks consisting of GT 1, PB 260, and mixed clones. Bark samples were collected from 10 randomized trees in each task. Tapping direction was distinguished as downward tapping and upward tapping, while panel height was classified into 50 cm, 50 – 100 cm, and 100 – 130 cm in downward tapping and 130 – 150 cm, 150 – 170 cm, and 170 cm in upward tapping. Tapping frequency effect was investigated in a trial plot using frequency of once in three days (d3), once in four days (d4), once in five days (d5), once in six days (d6), and once in eight days (d8) on the basal panel (B0-2). Bark consumption was measured directly using a digital caliper. The observation result indicated that upward tapping had higher bark consumption than downward tapping. In downward tapping, the lower tapping position, the higher bark consumption would be, whilst in upward tapping, bark consumption increased along with the panel height. Low tapping frequency (d4, d5, d6, and d8) showed higher bark consumption per tapping than d3, yet they had lower cumulative bark consumption per year.
Direction, Panel Height, and Tapping Frequency Affect The Daily Bark Consumption in Hevea Rubber Tapping Junaidi, Junaidi; Atminingsih, Atminingsih; Darojat, Muhammad Rizqi
PLANTA TROPIKA: Jurnal Agrosains (Journal of Agro Science) Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/pt.2019.094.58-65

Abstract

Bark consumption is defined as the thickness of sliced bark per time unit. This research, aiming to identify the effects of direction, panel height, and tapping frequency on daily bark consumption, was carried out at Sungei Putih Research Center, North Sumatera and several estates in Lampung (Kedaton, Bergen, and Way Lima) from January to March 2018. The observations involved 15 tapping tasks consisting of GT 1, PB 260, and mixed clones. Bark samples were collected from 10 randomized trees in each task. Tapping direction was distinguished as downward tapping and upward tapping, while panel height was classified into 50 cm, 50 – 100 cm, and 100 – 130 cm in downward tapping and 130 – 150 cm, 150 – 170 cm, and 170 cm in upward tapping. Tapping frequency effect was investigated in a trial plot using frequency of once in three days (d3), once in four days (d4), once in five days (d5), once in six days (d6), and once in eight days (d8) on the basal panel (B0-2). Bark consumption was measured directly using a digital caliper. The observation result indicated that upward tapping had higher bark consumption than downward tapping. In downward tapping, the lower tapping position, the higher bark consumption would be, whilst in upward tapping, bark consumption increased along with the panel height. Low tapping frequency (d4, d5, d6, and d8) showed higher bark consumption per tapping than d3, yet they had lower cumulative bark consumption per year.
ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR BIAYA DAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA PADA PENERAPAN SISTEM SADAP FREKUENSI RENDAH DI PERUSAHAAN PERKEBUNAN KARET, SUMATERA UTARA: Cost structure change analysis and labor requirement for the implementation of low frequency tapping systems in rubber plantation companies LINDAWATI, LINDAWATI; Fauzi, Iif Rahmat; TISTAMA, Radite; ATMININGSIH, ATMININGSIH
Jurnal Penelitian Karet JPK : Volume 42, Nomor 1, Tahun 2024
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.jpk.v42i1.888

Abstract

Rendahnya harga dan terbatasnya jumlah tenaga penyadap terampil merupakan masalah utama yang dihadapi perusahaan perkebunan karet saat ini. Penerapan sistem sadap frekuensi rendah adalah salah satu strategi yang dilakukan untuk menghadapi masalah tersebut. Sistem sadap frekuensi rendah adalah konsep manajemen penyadapan yang berorientasi pada rendahnya kebutuhan biaya dan tenaga kerja penyadapan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur biaya dan kebutuhan tenaga kerja pada penerapan sistem sadap frekuensi rendah. Penelitian dilakukan dengan metode explanatory research melalui observasi lapangan, studi literatur, dan simulasi data. Analisis anggaran parsial dilakukan untuk melihat kelayakan finansial perubahan sistem sadap dari sistem sadap konvensional d3 ke sistem sadap frekuensi rendah d4, d5, dan d6. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan sistem sadap frekuensi rendah d4, d5, d6 menyebabkan penurunan biaya tenaga penyadap masing-masing sebesar 25%, 40%, dan 50%. Sebaliknya, untuk mengantisipasi penurunan produksi akibat berkurangnya hari sadap efektif maka terjadi kenaikan biaya stimulansia masing-masing sebesar 18%, 23% dan 43%. Total biaya produksi akibat perubahan sistem sadap d3 ke sistem sadap d4, d5, d6 berkurang masing-masing 22%, 35%, dan 57%. Perubahan struktur biaya lebih disebabkan oleh perubahan jumlah HK akibat penurunan kebutuhan HK penyadap dan kenaikan kebutuhan HK stimulansia. Penerapan sistem sadap dari d3 ke d4, d5, d6 mengakibatkan perubahan tingkat kelayakan finansial usaha dari nilai RCR sebesar 1,39 menjadi masing-masing sebesar 1,20; 1,08; dan 0,90. Penerapan sistem sadap frekuensi rendah masih cenderung dinamis dan lebih merupakan program penurunan biaya yang bertujuan untuk mempertahankan kondisi finansial perusahaan dalam jangka pendek. Sebagai rencana strategis, penerapan sistem sadap frekuensi rendah bertujuan untuk mengantisipasi masalah kelangkaan tenaga penyadap terampil dalam jangka panjang agar perusahaan perkebunan karet tetap berada dalam posisi yang kompetitif.