RADITE TISTAMA
Department of Biology, Faculty of Mathemathics and Natural Sciences, Bogor Agriculture University. Research Center for Bioresources and Biotechnology, Bogor Agricultural University

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

TUMPANGSARI SORGUM DAN KEDELAI UNTUK MENDUKUNG PRODUKTIVITAS LAHAN TBM KARET (HEVEA BRASILIENSIS MUELL ARG) Tistama, Radite; Dalimunthe, Cici Indriani; Sembiring, YanRiska Venata; Fauzi, Iif Rahmat; Hastuti, Ratih Dewi; Suharsono, Suharsono
Jurnal Penelitian Karet JPK : Volume 34, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.jpk.v34i1.222

Abstract

Penanaman sorgum (Sorghum bicolor) dan kedelai (Glycine max) sebagai tanaman tumpangsari merupakan pilihan yang tepat untuk mendukung upaya pengembangan pertanian berkelanjutan dan peningkatan produksi pangan Indonesia.  Lahan karet belum menghasilkan cukup luas untuk dimanfaatkan untuk upaya tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pola tanam tumpangsari yang tepat dan melihat interaksinya terhadap tanaman karet baik dalam hal penyebaran penyakit jamur akar putih dan kesuburan tanah. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor perlakuan dengan tiga ulangan. Faktor perlakuan yang digunakan yaitu jarak tanaman tumpangsari 0,5 m, 1 m dan 1,5 m terhadap tanaman karet, dan jenis tanaman tumpangsari yaitu sorgum dan kedelai. Penelitian dilakukan di gawangan tanaman karet umur 1 tahun (TBM 1) dan umur 3 tahun (TBM 3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh jarak tanaman tumpangsari pada setiap perlakuan tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan tanaman karet. Tanaman tumpangsari sorgum dan kedelai meningkatkan pH, fosfor, nitrogen, dan kapasitas tukar kation (KTK) di dalam tanah, serta dapat menekan penyebaran penyakit Jamur Akar Putih (JAP). Produksi tumpangsari menunjukkan pola tanam kedelai dan sorgum terbaik pada jarak tanam 0,5 m dari tanaman karet dan tumpangsari sorgum dan kedelai (tunggal) pada TBM 1 dapat memberikan keuntungan serta nilai tambah bagi usahatani karet. Diterima : 6 Januari 2016 / Direvisi : 20 Juli 2016 / Disetujui : 30 Juli 2016 How to Cite : Tistama, R., Dalimunthe, C., Sembiring, Y., Fauzi, I., Hastuti, R., & Suharsono, S. (2016). Tumpangsari sorgum dan kedelai untuk mendukung produktivitas lahan TBM Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg). Jurnal Penelitian Karet, 0, 61-76. Retrieved from http://ejournal.puslitkaret.co.id/index.php/jpk/article/view/222
ISOLASI DAN KARAKTERISASI GEN SITRAT SINTASE BAKTERI Pseudomonas aeruginosa DARI FILOSFER Hevea brasiliensis Muell. Arg. Tistama, Radite; Widyastuti, Utut; Suharsono, Suharsono
Jurnal Penelitian Karet JPK : Volume 31, Nomor 2, Tahun 2013
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.jpk.v31i2.140

Abstract

Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri utama di dalam rizosfer yang mempunyai sifat-sifat yang dapat dimanfaatkan di dalam pertanian dan lingkungan. Bakteri tersebut mensekresikan asam organik yang dapat melepaskan fosfor dan melindungi akar dari keracunan aluminium. Sitrat merupakan asam organik yang dominan disekresikan oleh Pseudomonas di dalam tanah. Sitrat menujukkan afinitas terhadap aluminium dan menyediakan fosfor yang lebih tinggi dibandingkan asam organik lainnya. Asam organik ini disintesis dai sebuah reaksi antara aksaloasetat dan asetil KoA, dikatalisis oleh sitrat sintase (CS) di dalam siklus Kreb. Penelitian ini dilakukan untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi sitrat sintase dari Pseudomonas aeruginosa yang telah diisolasi dari permukaan daun tanaman karet. Primer spesifik untuk gen CCS didesain berdasarkan sekuen gen sitrat sintase beberapa bakteri yang disimpan di Genbank. Primer tersebut digunakan untuk mengamplifikasi gen CS dengan menggunakan mesin PCR. Gen CS telah berhasil diisolasi dari bakteri filosfere Pseudomonas aerugunosa. Gen CS Pseudomonas aeruginosa (PaCS) tersebut terdiri dari 1287 pb dan menyandikan 428 asam amino.  PaCS mempunyai kesamaan asam amino yang tinggi dan hidrofobisitas dengan CS bakteri lainnya dan diduga mempunyai persamaan aktivitas enzim. Diterima : 11 April 2013; Disetujui : 17 September 2013  How to Cite : Tistama, R., Widyastuti, U., & Suharsono. (2013). Isolasi dan karakterisasi gen sitrat sintase bakteri Pseudomonas aeruginosa dari filosfer Hevea brasiliensis Muell. Arg.. Jurnal Penelitian Karet, 31(2), 127-138. Retrieved from http://ejournal.puslitkaret.co.id/index.php/jpk/article/view/140  
PROTEIN LATEKS HEVEA BRASILIENSIS SEBAGAI FUNGISIDA UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN Tistama, Radite; Minati, Widya; Darojat, Muhammad Rizqi; Dalimunthe, Cici Indriani
Jurnal Penelitian Karet JPK : Volume 35, Nomor 1, Tahun 2017
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.jpk.v1i1.294

Abstract

Serum lateks tanaman karet mengandung berbagai jenis protein yang berkaitan dengan protein pertahanan terhadap patogen. Pemanfaatan protein-protein lateks tersebut sebagai produk pengendali jamur patogen masih terkendala oleh metode isolasi protein serum lateks yang memerlukan peralatan dan biaya yang mahal. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan metode isolasi protein lateks yang lebih sederhana dan menguji daya hambat protein-protein lateks tersebut terhadap pertumbuhan beberapa spesies jamur patogen pada tanaman pangan dan perkebunan. Pemisahan serum tertinggi diperoleh dari lateks yang dikoagulasikan dengan 37,5 mL asam format 5% tiap 1 liter lateks. Aseton, amonium sulfat dan Trichloric Acid (TCA) cukup efektif mempresipitasikan protein-protein di dalam serum lateks. Aseton dan amonium sulfat mempresipitasi protein masing-masing sebanyak 7,78 mg/mL dan 9,2 mg/mL serum, dan lebih tinggi dibandingkan TCA yaitu 5,56 mg/mL serum. Aktivitas enzimatik superoksid dismutase (SDO) protein hasil presipitasi dengan aseton dan amonium sulfat lebih tinggi dibandingkan  protein hasil presipitasi dengan TCA, meskipun aktivitas SOD spesifik masing-masing perlakuan tidak berbeda nyata. Protein lateks memiliki daya hambat in vitro yang luas terhadap spesies jamur patogen yaitu 13,70% hingga 33,18% terhadap kontrol. Fusarium oxysporum, Collectrotichum capsici dan Rigodoporus microporus merupakan jamur patogen yang peka terhadap aktivitas protein-protein lateks.
PENGEMBANGAN TEKNIK SEROLOGI UNTUK DETEKSI DINI PENYAKIT JAMUR AKAR PUTIH (RIGIDOPORUS MICROPORUS) PADA TANAMAN KARET Dalimunthe, Cici Indriani; Tistama, Radite; Wahyuni, Sri; Darwis, Hilda Syafitri
Jurnal Penelitian Karet JPK : Volume 35, Nomor 2, Tahun 2017
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.jpk.v35i2.341

Abstract

Penyakit Jamur Akar Putih (JAP) yang disebabkan oleh Rigidoporus microporus merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman karet. Penyakit ini dapat menimbulkan kerugian besar karena mengakibatkan kematian tanaman dan tambahan biaya yang cukup tinggi untuk pengendalian penyakit tersebut. Oleh karena itu, usaha pencegahan melalui deteksi dini akan lebih efektif dan ekonomis dari pada pendekatan kuratif. Deteksi dini gejala penyakit JAP secara konvensional masih sulit dilakukan, dan baru diketahui secara pasti ketika serangan patogen sudah sampai pada tahap lanjut (stadia berat). Upaya mempercepat deteksi ini membutuhkan teknologi yang praktis dan mudah diadopsi oleh para pekebun. Perangkat teknologi untuk mendeteksi adanya materi protein dapat dilakukan melalui pemeriksaan antibodi yang berada di dalam serum. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan teknik serologis untuk mendeteksi gejala serangan dini penyakit jamur akar putih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi antibodi untuk mendeteksi JAP dapat diperoleh dengan mengimunisasi ayam petelur dengan ekstrak kasar fruiting body (AgF) atau miselium (AgM) sebanyak dua kali dengan interval 3 hari. Antibodi hasil reaksi inokulasi ekstrak badan buah (AbF) dan ekstrak miselium (AbM) dapat mengenali AgM dan AgF dengan tingkat reaksi yang berbeda. AbM tidak dapat secara spesifik mendeteksi adanya infeksi JAP melalui  daun dan kurang sensitif mendeteksi miselium di tanah. Sebaliknya AbF dapat mendeteksi tanaman terserang JAP melalui daun dan dapat mendeteksi miselium di dalam tanah.
MANAJEMEN PENYADAPAN TANAMAN KARET UNTUK MENGATASI KELANGKAAN TENAGA PENYADAP Rouf, Akhmad; Nugrahani, Mudita Oktorina; Aji, Yoga Bagus Setya; Wibowo, Suhermanto Agung; Widyasari, Titik; Tistama, Radite
Warta Perkaretan Vol. 42 No. 1 (2023): Volume 42, Nomor 1, Tahun 2023
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.wp.v42i1.914

Abstract

Kendala yang dihadapi pelaku usaha perkebunan karet adalah kelangkaan penyadap. Akibatnya terjadi jumlah hari sadap efektif berkurang, kualitas penyadap dan mutu sadap rendah, sehingga perolehan produktivitas tanaman karet tidak optimal. Tulisan ini memberikan gambaran alternatif solusi dalam rangka mengatasi kelangkaan tenaga penyadap di perkebunan karet. Analisis deskriptif disusun berdasarkan data primer dan sekunder, serta studi literatur. Data diperoleh pada saat survei dan observasi di beberapa kebun di pulau jawa. Beberapa upaya untuk mengatasi kelangkaan penyadap dapat dilakukan melalui perubahan manajemen, yaitu (i) modifikasi sistem sadap, (ii) modifikasi sistem pengupahan dan pengelolaan tanaman; dan (iii) mekanisasi alat sadap. Upaya yang dapat dilakukan dari sisi pendekatan modifikasi sistem sadap antara lain penyadapan intensitas rendah (LITS), penyadapan frekuensi rendah (LFT), penyadapan berdasarkan analisis lateks diagnosis, dan sistem sadap alternatif. Upaya yang dapat dilakukan dengan modifikasi sistem pengupahan dan pengelolaan tanaman, antara lain pengaturan premi sadap, pengaturan upah sadap baku dan borong, penerapan ancak besar, penerapan tap recovery, penyediaan tenaga penyadap melalui tapping school, sewa pohon pada tahun tanam tua/menjelang diremajakan, penataan portofolio kebun karet berbasis sumber daya. Solusi lain adalah adanya alat sadap mekanis. Upaya mengatasi kelangkaan penyadap saat ini difokuskan dari sisi manajerial sistem sadap modifikasi, sistem pengupahan dan pengelolaan tanaman dengan tetap mengandalkan keahlian penyadap yang baik.
STRATEGI MENGHADAPI REGULASI BEBAS DEFORESTASI UNI EROPA (EUDR) PADA KARET ALAM BERKELANJUTAN Sahuri, Sahuri; Syarifa, Lina Fatayati; Akbar, Andrea; Tistama, Radite; Rahutomo, Suroso; Alamsyah, Aprizal
Warta Perkaretan Vol. 43 No. 1 (2024): Volume 43, Nomor 1, Tahun 2024
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.wp.v43i1.958

Abstract

Tulisan ini membahas strategi menghadapi European Union Deforestation-Free Regulation (EUDR) serta model produksi pada karet alam berkelanjutan. Uni Eropa (UE) telah menetapkan kebijakan baru yaitu EUDR dimana mencegah perusahaan-perusahaan mengekspor produk-produk yang terkait dengan deforestasi dan degradasi ke pasar Uni Eropa. Negara produsen dapat menerapkan model produksi karet alam yang berstandar untuk produksi karet alam berkelanjutan. Strategi yang dapat dilakukan oleh pelaku industri karet di Indonesia dalam menghadapi EUDR yaitu menyusun Joint Task Force dengan negara produsen lain melalui asosiasi internasional komoditas, menyusun platform sertifikasi produk untuk karet yang diakui oleh UE, melakukan dialog dan diplomasi guna pengakuan atas platform sertifikasi produk yang dibentuk. Selain itu, pemerintah harus mempercepat pendataan base perusahaan industri karet melalui Siperibun, mempercepat pendataan pekebun karet melalui e-STDB sebagai bahan traceability, menyusun dan menerapkan sertifikasi produk berkelanjutan serta memitigasi permasalahan komoditas dalam negeri terutama pada tingkat petani untuk menciptakan model produksi karet alam yang berkelanjutan.
APAKAH INDUSTRI KARET ALAM DI INDONESIA DAPAT BERKELANJUTAN?: SEBUAH ULASAN Tistama, Radite
Warta Perkaretan Vol. 43 No. 1 (2024): Volume 43, Nomor 1, Tahun 2024
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.wp.v43i1.962

Abstract

Agribisnis karet nasional tengah mengalami tekanan berat dalam satu dekade ini disebabkan melemahnya harga karet. Beberapa tahun tekahir kondisi perkebunan karet mendapat tambahan beban dengan outbreak serangan penyakit gugur daun yang dapat menurunkan produktivitas karet. Kondisi tersebut memacu pesimisme pelaku bisnis karet dari petani karet, perkebunan karet dan prosesor yang direspon dalam bentuk konversi perkebunan karet ke komoditas lainnya. Review ini mengulas berbagai perkembangan industri hilir karet alam global dan nasional dan kondisi hulu perekbunan karet. Perkembangan hilir karet alam terus meningkat yang ditunjukan terus membaiknya bisnis produk-produk berbahan baku karet alam seperti ban, alas kaki, ban vulkanisir, alat-alat medis dan lain sebagainya. Selain itu perkebunan karet juga yang berperan dalam menyerap karbon sangat potensial masuk pasar karbon yang bursanya sudah dibuka. Berbagai kebijakan perlu buat dan diimplentasikan untuk menguatkan pendanaan peremajaan perkebunan karet, serapan teknologi karet domestik dan menarik investor industri hilir karet. Sinkronisasi peta jalan di hulu dan hilir karet mendesak untuk menjaga keberlanjutan suplai dan permintaan. Semakin tinggi serapan domestik akan menberikan dampak membaik penyerapan tenaga kerja lokal dan bergairahnya kembali perkebunan karet.
ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR BIAYA DAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA PADA PENERAPAN SISTEM SADAP FREKUENSI RENDAH DI PERUSAHAAN PERKEBUNAN KARET, SUMATERA UTARA: Cost structure change analysis and labor requirement for the implementation of low frequency tapping systems in rubber plantation companies LINDAWATI, LINDAWATI; Fauzi, Iif Rahmat; TISTAMA, Radite; ATMININGSIH, ATMININGSIH
Jurnal Penelitian Karet JPK : Volume 42, Nomor 1, Tahun 2024
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.jpk.v42i1.888

Abstract

Rendahnya harga dan terbatasnya jumlah tenaga penyadap terampil merupakan masalah utama yang dihadapi perusahaan perkebunan karet saat ini. Penerapan sistem sadap frekuensi rendah adalah salah satu strategi yang dilakukan untuk menghadapi masalah tersebut. Sistem sadap frekuensi rendah adalah konsep manajemen penyadapan yang berorientasi pada rendahnya kebutuhan biaya dan tenaga kerja penyadapan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur biaya dan kebutuhan tenaga kerja pada penerapan sistem sadap frekuensi rendah. Penelitian dilakukan dengan metode explanatory research melalui observasi lapangan, studi literatur, dan simulasi data. Analisis anggaran parsial dilakukan untuk melihat kelayakan finansial perubahan sistem sadap dari sistem sadap konvensional d3 ke sistem sadap frekuensi rendah d4, d5, dan d6. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan sistem sadap frekuensi rendah d4, d5, d6 menyebabkan penurunan biaya tenaga penyadap masing-masing sebesar 25%, 40%, dan 50%. Sebaliknya, untuk mengantisipasi penurunan produksi akibat berkurangnya hari sadap efektif maka terjadi kenaikan biaya stimulansia masing-masing sebesar 18%, 23% dan 43%. Total biaya produksi akibat perubahan sistem sadap d3 ke sistem sadap d4, d5, d6 berkurang masing-masing 22%, 35%, dan 57%. Perubahan struktur biaya lebih disebabkan oleh perubahan jumlah HK akibat penurunan kebutuhan HK penyadap dan kenaikan kebutuhan HK stimulansia. Penerapan sistem sadap dari d3 ke d4, d5, d6 mengakibatkan perubahan tingkat kelayakan finansial usaha dari nilai RCR sebesar 1,39 menjadi masing-masing sebesar 1,20; 1,08; dan 0,90. Penerapan sistem sadap frekuensi rendah masih cenderung dinamis dan lebih merupakan program penurunan biaya yang bertujuan untuk mempertahankan kondisi finansial perusahaan dalam jangka pendek. Sebagai rencana strategis, penerapan sistem sadap frekuensi rendah bertujuan untuk mengantisipasi masalah kelangkaan tenaga penyadap terampil dalam jangka panjang agar perusahaan perkebunan karet tetap berada dalam posisi yang kompetitif.
HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN ALIRAN LATEKS TERHADAP PRODUKSI KARET PADA AWAL MUSIM GUGUR DAUN ALAMI Tistama, Radite; Hasbunallah, Muhammad Danu
Warta Perkaretan Vol. 44 No. 1 (2025): Volume 44, Nomor 1, Tahun 2025
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.wp.v44i1.1134

Abstract

Faktor internal yang berpengaruh terhadap produksi karet adalah kadar karet kering (KKK), indeks penyumbatan dan kondisi kanopi tanaman karet sedangkan faktor eksternal kondisi lingkungan seperti kadar air tanah dan kelembaban nisbi, serta interaksi kedua faktor tersebut. Dinamika perubahan musim berpengaruh terhadap produksi karet. Penelitian observasi ini bertujuan mengkaji hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi produksi karet pada awal musim gugur daun alami. Pengamatan dilaksanakan selama satu bulan menjelang gugur alami pada bulan Juli 2023, di Kebun Percobaan Sembawa, Sumatera Selatan. Kondisi tanaman karet selama pengamatan mulai periode gugur alami dan sedang terpapar oleh penyakit gugur daun sekunder. Tiga jenis klon karet yang diobservasi termasuk ke dalam kelompok klon metabolisme medium yaitu IRR 112, IIR 118 dan BPM 107, tahun tanam 2010, dengan posisi sadapan di B0-2. Parameter yang diamati meliputi indeks penyumbatan, KKK, luas  kanopi dan kelembaban nisbi. Data yang diperoleh dianalisis korelasi dan regresi antar parameter tersebut. Indeks penyumbatan berkorelasi nyata dengan produksi karet, sedangkan KKK tidak nyata korelasinya dengan produksi karet. Indeks penyumbatan berkorelasi positif dengan KKK, yaitu semakin meningkat KKK menyebabkan aliran lateks lebih pendek. Luas kanopi berpengaruh terhadap peningkatan KKK tetapi kurang berpengaruh terhadap lamanya aliran lateks. Pada awal musim kemarau dan tanaman terpapar penyakit daun, kelembaban nisbi berkorelasi negatif dengan KKK dan luas kanopi.