Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

KERAGAMAN SIFAT PERTUMBUHAN FISIOLOGI DAN DAYA HASIL PROGENI KARET (HEVEA BRASILIENSIS MUELL ARG) HASIL PERSILANGAN ANTARA KLON PB 260 DAN RRIC 100 Syafaah, Afdholiatus; Ismawanto, Sigit; Herlinawati, Eva
Jurnal Penelitian Karet JPK : Volume 33, Nomor 2, Tahun 2015
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.jpk.v33i2.177

Abstract

Tingginya keragaman ditingkat progeni membuat para pemulia karet dituntut lebih teliti dalam melakukan seleksi awal calon genotipe baru. Beberapa parameter seperti karakter pertumbuhan tanaman, anatomi dan fisiologi lateks mempengaruhi produksi karet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragamaan ditingkat progeni dan mengetahui karakter yang berpengaruh langsung terhadap daya hasil karet pada populasi hasil persilangan antara PB 260 dan RRIC 100. Hasil penelitian menunjukkan bahwa progeni hasil persilangan antara PB 260 dan RRIC 100 mempunyai tingkat keragaman tinggi pada daya hasil, kadar sukrosa, kadar fosfat anorganik, dan jumlah pembuluh lateks, sedangkan lilit batang, tebal kulit, dan kadar tiol mempunyai keragaman yang rendah. Lilit batang dan tebal kulit batang berkorelasi nyata terhadap daya hasil. Namun berdasarkan analisis regresi bertatar, hanya lilit batang yang mempunyai pengaruh langsung terbesar terhadap daya hasil pada progeni hasil persilangan PB 260 x RRIC 100, sedangkan parameter lilit batang dan kadar tiol mempunyai pengaruh langsung terbesar terhadap daya hasil pada progeni hasil persilangan RRIC 100 x PB 260. Diterima : 19 Mei 2015; Direvisi : 8 September 2015; Disetujui : 19 September 2015 How to Cite : Syafaah, A., Ismawanto, S., & Herlinawati, E. (2015). Keragaman sifat pertumbuhan fisiologi dan daya hasil progeni karet (hevea brasiliensis muell arg) hasil persilangan antara klon PB 260 dan RRIC 100. Jurnal Penelitian Karet, 33(2), 121-130. Retrieved from http://ejournal.puslitkaret.co.id/index.php/jpk/article/view/177
RESISTENSI TANAMAN KARET KLON IRR SERI 300 TERHADAP PENYAKIT GUGUR DAUN CORYNESPORA Kusdiana, Alchemi Putri Juliantika; Syafaah, Afdholiatus; Oktavia, Fetrina
Jurnal Penelitian Karet JPK : Volume 35, Nomor 2, Tahun 2017
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.jpk.v35i2.374

Abstract

Penyakit gugur daun Corynespora yang disebabkan oleh cendawan Corynespora cassiicola (C. cassiicola) merupakan salah satu penyakit daun penting yang dapat menyebabkan penurunan produksi lateks pada perkebunan karet. Salah satu tahapan penting untuk melepaskan klon karet baru adalah mengidentifikasi karakter sekunder seperti resistensi terhadap penyakit. Pengujian resistensi klon karet IRR seri 300 dilakukan di laboratorium dan rumah kaca dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dua faktor yaitu faktor jenis (genotipe) klon (26 jenis klon) dan isolat C. cassiicola (3 isolat). Selain itu, pengamatan serangan penyakit secara langsung juga dilakukan pada tanaman belum menghasilkan di lapangan. Hasil pengujian menunjukkan semua isolat C. cassiicola berpengaruh nyata terhadap resistensi 26 klon IRR seri 300 baik di laboratorium maupun di rumah kaca. Hasil pengamatan pada tiga kegiatan menunjukkan bahwa 13 klon karet yaitu IRR 301, IRR 302, IRR 303, IRR 304, IRR 305, IRR 307, IRR 308, IRR 309, IRR 312, IRR 315, IRR 316, IRR 318, dan IRR 323 memiliki tingkat resistensi tinggi terhadap penyakit gugur daun Corynespora.
RESISTENSI TANAMAN KARET KLON IRR SERI 300 TERHADAP PENYAKIT GUGUR DAUN COLLETOTRICHUM DI SUMATERA SELATAN Kusdiana, Alchemi Putri Juliantika; Syafaah, Afdholiatus; Ismawanto, Sigit
Jurnal Penelitian Karet JPK : Volume 36, Nomor 2, Tahun 2018
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.jpk.v36i2.555

Abstract

Penyakit gugur daun Colletotrichum merupakan salah satu penyakit penting yang dapat menyebabkan penurunan produksi lateks pada perkebunan karet. Pengendalian penyakit gugur daun Colletotrichum yang paling efektif adalah dengan penggunaan klon resisten. Pengujian resistensi klon karet IRR seri 300 dilakukan di laboratorium dan rumah kaca dengan menggunakan rancangan acak lengkap dua faktor yaitu jenis klon (26 jenis klon) dan isolat C. gloeosporioides (tiga isolat: CG-PR 303, CG-RRIM 600, dan CG-GT 1). Selain itu, pengamatan serangan penyakit secara langsung juga dilakukan pada tanaman belum menghasilkan di lapangan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa semua isolat C. gloeosporioides memiliki pengaruh nyata terhadap tingkat ketahanan 22 klon IRR seri 300 baik di laboratorium maupun di rumah kaca. Isolat CG-PR-303 memiliki tingkat virulensi paling tinggi dibandingkan isolat lainnya. Berdasarkan hasil pengamatan pada tiga kegiatan dapat disimpulkan bahwa 13 klon karet yaitu IRR 300, IRR 301, IRR 302, IRR 307, IRR 308, IRR 309, IRR 310, IRR 311, IRR 313, IRR 315, IRR 316, IRR 318, dan IRR 321 memiliki tingkat resistensi yang tinggi terhadap penyakit gugur daun Colletotrichum.
PERHITUNGAN KEBUTUHAN IRIGASI PEMBIBITAN BATANG BAWAH KARET BERDASARKAN NERACA AIR DI SEMBAWA, SUMATERA SELATAN Cahyo, Andi Nur; Stevanus, Charlos Togi; Syafaah, Afdholiatus
Jurnal Penelitian Karet JPK : Volume 38, Nomor 1, Tahun 2020
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.jpk.v38i1.689

Abstract

Kebutuhan bibit unggul karet yang mencapai 83-85 juta per tahun yang berasal dari progam Bun 500 Direktorat Jenderal Perkebunan menjadi peluang usaha bagi penyedia bahan tanam karet. Untuk itu penangkar bibit harus mengupayakan agar pertumbuhan bibit karet menjadi optimal. Kebutuhan air merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan batang bawah sehingga kebutuhan irigasi di pembibitan karet perlu diperhitungkan dengan cermat. Kebutuhan irigasi suatu lahan dapat dihitung menggunakan neraca air lahan yang diperoleh dari data curah hujan dan evapotranspirasi potensial selama 35 tahun terakhir. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kebutuhan irigasi bersih untuk batang batang bawah karet menggunakan neraca air sehingga defisit air dapat dihindari. Berdasarkan hasil analisis kurva pF untuk tanah lempung berliat di Sembawa dengan menggunakan nilai MAD 30%, diketahui bahwa kadar air tanah harus selalu di atas 291,4 mm agar tanaman karet tidak mengalami cekaman kekeringan. Berdasarkan perhitungan neraca air dengan menggunakan rerata iklim 35 tahun terakhir di daerah Sembawa, irigasi bersih perlu diberikan minimum sebesar 16,7 dan 24,4 mm/bulan untuk bulan Agustus dan September berturut-turut untuk menghindari cekaman kekeringan. Pada saat fenomena El-Nino terjadi (2015), irigasi bersih harus diberikan minimum 82,7; 108,0; 127,9; dan 5,7 mm/bulan untuk Bulan Agustus, September, Oktober, dan November berturut-turut. Untuk tahun 2020, hingga bulan Agustus irigasi diperkirakan tidak perlu diberikan.
PERHITUNGAN KEBUTUHAN IRIGASI PEMBIBITAN BATANG BAWAH KARET BERDASARKAN NERACA AIR DI SEMBAWA, SUMATERA SELATAN Cahyo, Andi Nur; Stevanus, Charlos Togi; Syafaah, Afdholiatus
Jurnal Penelitian Karet JPK : Volume 38, Nomor 1, Tahun 2020
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.jpk.v38i1.689

Abstract

Kebutuhan bibit unggul karet yang mencapai 83-85 juta per tahun yang berasal dari progam Bun 500 Direktorat Jenderal Perkebunan menjadi peluang usaha bagi penyedia bahan tanam karet. Untuk itu penangkar bibit harus mengupayakan agar pertumbuhan bibit karet menjadi optimal. Kebutuhan air merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan batang bawah sehingga kebutuhan irigasi di pembibitan karet perlu diperhitungkan dengan cermat. Kebutuhan irigasi suatu lahan dapat dihitung menggunakan neraca air lahan yang diperoleh dari data curah hujan dan evapotranspirasi potensial selama 35 tahun terakhir. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kebutuhan irigasi bersih untuk batang batang bawah karet menggunakan neraca air sehingga defisit air dapat dihindari. Berdasarkan hasil analisis kurva pF untuk tanah lempung berliat di Sembawa dengan menggunakan nilai MAD 30%, diketahui bahwa kadar air tanah harus selalu di atas 291,4 mm agar tanaman karet tidak mengalami cekaman kekeringan. Berdasarkan perhitungan neraca air dengan menggunakan rerata iklim 35 tahun terakhir di daerah Sembawa, irigasi bersih perlu diberikan minimum sebesar 16,7 dan 24,4 mm/bulan untuk bulan Agustus dan September berturut-turut untuk menghindari cekaman kekeringan. Pada saat fenomena El-Nino terjadi (2015), irigasi bersih harus diberikan minimum 82,7; 108,0; 127,9; dan 5,7 mm/bulan untuk Bulan Agustus, September, Oktober, dan November berturut-turut. Untuk tahun 2020, hingga bulan Agustus irigasi diperkirakan tidak perlu diberikan.
PENGEMBANGAN KLON KARET UNGGUL BARU IRR 309 DAN IRR 310 RESPONSIF TERHADAP STIMULAN ETEFON Oktavia, Fetrina; Ismawanto, Sigit; Syafaah, Afdholiatus; Pasaribu, Syarifah Aini; Sayurandi, Sayurandi; Darojat, M. Rizki
Warta Perkaretan Vol. 44 No. 1 (2025): Volume 44, Nomor 1, Tahun 2025
Publisher : Pusat Penelitian Karet - PT. Riset Perkebunan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/ppk.wp.v44i1.1141

Abstract

Klon unggul merupakan salah satu komponen teknologi penting yang mempengaruhi produktivitas perkebunan karet. Pusat Penelitian Karet telah melepas klon karet unggul anjuran yang diberi nama IRR (Indonesian Rubber Research) yang terdiri dari IRR seri 00, seri 100, seri 200 dan yang terbaru adalah klon IRR seri 300. Terdapat dua klon terpilih dari pengujian IRR seri 300 yaitu IRR 309 dan IRR 310. Kedua klon tersebut memiliki pertumbuhan yang jagur sehingga buka sadap dapat dilakukan pada umur 4,5-5 tahun. Dengan menggunakan sistem sadap S/2 d3+ET 2.5% 10/y, IRR 309 memiliki potensi hasil lateks mencapai 2.221 kg/ha/tahun dan 2.059 kg/ha/tahun pada klon IRR 310, lebih tinggi dibanding klon kontrol BPM 24 yang hanya 1.805 kg/ha/tahun. Kedua klon resisten terhadap penyakit gugur daun Corynespora dan Colletotrichum, serta tergolong moderat resisten terhadap Pestalotiopsis. Klon IRR 309 dan IRR 310 memiliki keunggulan responsif terhadap aplikasi stimulan etefon, rata-rata peningkatan produksi dengan penggunaan etefon selama 5 tahun mencapai 130% pada IRR 309 dan 87% pada IRR 310. Hasil pengamatan menunjukkan gejala penyakit batang yang minim. Selain itu, lateks yang dihasilkan memenuhi syarat untuk diolah menjadi lateks pekat, RSS, maupun SIR. Berdasarkan pertumbuhan dan potensi hasil lateks, klon IRR 309 dan IRR 310 digolongkan sebagai klon penghasil lateks. Dengan sistem sadap yang tepat, penggunaan kedua klon tersebut diharapkan mampu menjawab tantangan agribisnis karet saat ini dan meningkatkan produktivitas karet nasional.