Nadia Ushfuri Amini
Universitas Bhakti Kencana

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Komunikasi Terapeutik Motif dan makna sukarelawan sebagai pelaku komunikasi terapeutik: Studi fenomenologi mengenai motif sukarelawan sebagai pelaku komunikasi terapeutik melalui metode kasih sayang di Yayasan Penyandang Disabilitas Mental Mentari Hati Tasikmalaya Nadia Ushfuri Amini
JOURNAL OF Mental Health Concerns Vol. 1 No. 2 (2022): Kecerdasan emosi dengan perilaku agresi remaja
Publisher : Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerjasama dengan Unit Penelitian dan Pengabdian Kep Akademi Keperawatan Baitul Hikmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/mhc.v1i2.293

Abstract

Background: The Mentari Hati Tasikmalaya Foundation is a social rehabilitation center that accommodates and treats people with mental disabilities or people with mental disorders from the streets with the 'Compassion' method and humanizes humans. This foundation was established because of Dadang Heryadi's concern for the many people with mental disorders on the streets. The phenomenon about the Mentari Hati Foundation and therapeutic communication through the 'Love' method is carried out by volunteers in treating patients with mental disabilities, where volunteers carry out social actions sincerely and selflessly, volunteers treat mental patients like normal people and consider patients as their own family. Purpose: Assessing the motives of volunteers and the meaning of the experience they have when carrying out therapeutic communication through the 'Affection Method' Methods: In analyzing these problems, Alfred Schutz's phenomenological theory, social action theory, social construction theory, Fundamental Interpersonal Relations Orientations (FIRO) theory, motivation theory and empathy theory are used. The research methodology uses a constructivism paradigm with phenomenological research methods and a qualitative research approach. The research location was conducted at the Mentari Hati Foundation, research informants were selected purposively by taking 3 (three) key informants and 3 (three) supporting informants. Results: Each informant has a different opinion regarding therapeutic communication through the 'Love' method at the Mentari Hati Foundation. The motives of the volunteers consist of in order to motive and because motive. Conclusion: The meaning of being a volunteer is social, spiritual, affection and empathy.   Pendahuluan: Yayasan Mentari Hati Tasikmalaya merupakan sebuah panti rehabilitasi sosial yang menampung dan mengobati penyandang disabilitas mental atau orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) dari jalanan dengan metode ‘Kasih Sayang’ dan memanusiakan manusia. Yayasan ini didirikan karena kepedulian Dadang Heryadi yang prihatin dengan banyaknya orang dengan gangguan jiwa di jalanan. Fenomena tentang Yayasan Mentari Hati dan komunikasi terapeutik melalui metode ‘Kasih Sayang’ dilakukan oleh para sukarelawan dalam mengobati pasien disabilitas mental, dimana sukarelawan melakukan tindakan sosial dengan ikhlas dan tanpa pamrih, sukarelawan memperlakukan pasien gangguan jiwa seperti orang normal dan menganggap pasien sebagai keluarganya sendiri. Tujuan: Mengkaji motif yang dimiliki sukarelawan dan pemaknaan terhadap pengalaman yang dimiliki ketika melakukan komunikasi terapeutik melalui ‘Metode Kasih Sayang’ Metode: Dalam menganalisa permasalahan tersebut maka digunakan teori fenomenologi Alfred Schutz, teori tindakan sosial, teori konstruksi sosial, teori Fundamental Interpersonal Relations Orientations (FIRO), teori motivasi dan teori empati. Metodologi penelitian ini menggunakan paradigma konstrutivisme dengan metode penelitian fenomenologi dan pendekatan penelitian kualitatif. Lokasi penelitian dilakukan di Yayasan Mentari Hati, informan penelitian dipilih secara purposive dengan mengambil 3 (tiga) key informant dan 3 (tiga) informan pendukung. Hasil:  Tiap-tiap informan memiliki pendapat yang berbeda-beda mengenai komunikasi terapeutik melalui metode ‘Kasih Sayang’ di Yayasan Mentari Hati. Adapun motif yang dimiliki sukarelawan terdiri dari in order to motive dan because motive. Simpulan: Makna dimiliki sukarelawan adalah makna sosial, spiritual, kasih sayang dan empati.
Literasi Informasi Kesehatan: Penyuluhan Informasi dalam Pencegahan Isu Hoaks Vaksinasi Covid-19 di Sosial Media bagi Pelajar SMK di Jawa Barat Nadia Ushfuri Amini; Ade Tika Herawati; Madinatul Munawwaroh; Agung Sutriyawan; Asep Aep Indarna; Sephia Indah Lutpiah; Bilqis Annisa
Sasambo: Jurnal Abdimas (Journal of Community Service) Vol. 5 No. 1 (2023): Februari
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LITPAM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36312/sasambo.v5i1.1029

Abstract

Literasi informasi Kesehatan dilakukan untuk memberi solusi dari persoalan yang dihadapi oleh siswa dan siswi SMK di Jawa Barat yang mengakses internet dengan tujuan untuk mendapatkan informasi, agar tidak terpapar informasi hoaks vaksinasi Covid-19. Pengabdian ini dilakukan dengan menggunakan  metode  workshop melalui penyuluhan informasi dalam pencegahan isu hoaks vaksinasi Covid-19 di sosial media. Kegiatan  ini dilaksanakan  secara  luring. Ada 42 (empat puluh dua) siswa SMK  yang mengikuti  secara  penuh  kegiatan  ini. Berdasarkan  rangkaian kegiatan  yang  telah  dilakukan, siswa dan siswi SMK Rancaekek merasa sangat terbantu dengan kegiatan yang dilakukan, terutama dengan pemberian penyuluhan terkait literasi informasi kesehatan.  Pengabdi  menemukan,  selama ini  banyak terdapat  siswa dan siswi yang masih kesulitan menyaring informasi fakta dan hoaks terkait vaksinasi Covid-19 dikarenakan  kurangnya  literasi informasi Kesehatan. Setelah  dilakukan  workshop literasi informasi Kesehatan dalam pencegahan isu hoaks vaksin Covid-19, siswa dan siswi dapat memilah informasi fakta dan hoaks, selain itu siswa dan siswi SMK Pasundan Rancaekek dapat mengetahui cara mencegah adan menanggulangi isu hoaks vaksinasi Covid-19. Health Information Literacy: Information Counseling in Preventing the Issue of Covid-19 Vaccination Hoaxes on Social Media for Vocational High School Students in West Java Health information literacy is carried out to provide solutions to problems faced by SMK students in West Java who access the internet with the aim of obtaining information, so as not to be exposed to hoax information about the Covid-19 vaccination. This service is carried out using the workshop method through information counseling in preventing the issue of Covid-19 vaccination hoaxes on social media. This activity is carried out offline. There were 40 (forty two) SMK students who fully participated in this activity. Based on the series of activities that have been carried out, students at SMK Rancaekek feel very helped by the activities carried out, especially by providing counseling related to health information literacy. The servant found that so far there have been many students who still have difficulty sifting through factual and hoax information related to the Covid-19 vaccination due to a lack of health information literacy. After holding a health information literacy workshop in preventing the issue of Covid-19 vaccine hoaxes, students can sort out factual and hoax information. In addition, students at Pasundan Rancaekek Vocational School can find out how to prevent and deal with the issue of Covid-19 vaccination hoaxes.
Literasi Kesehatan: Edukasi “Bijak dalam Konsumsi Obat dan Makanan pada Anak” di Kecamatan Panyileukan Kota Bandung Nadia Ushfuri Amini; Herni Kusriani; Entris Sutrisno; Fitriani Mardiana; Siti Rokmah; Sephia Indah Lutpiah; Selvi Restiani
Sasambo: Jurnal Abdimas (Journal of Community Service) Vol. 6 No. 2 (2024): Mei
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LITPAM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36312/sasambo.v6i2.1804

Abstract

Program Pengabdian Masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan literasi kesehatan ibu-ibu Tim PKK dan Posyandu di Kecamatan Panyileukan Kota Bandung, terutama dalam penggunaan obat dan pemilihan makanan yang bijak untuk anak-anak. Program ini melibatkan 30 peserta yang terdiri dari ibu-ibu PKK dan kader Posyandu. Metode yang digunakan adalah workshop edukasi "Bijak Konsumsi Obat dan Makanan pada Anak", yang dilaksanakan secara luring dengan menggunakan media audio visual dan metode ceramah. Hasil program menunjukkan peningkatan pengetahuan peserta tentang literasi kesehatan. Sebelum edukasi, rata-rata skor pengetahuan mereka adalah 7.467 dengan total skor 224 poin. Setelah edukasi, rata-rata skor meningkat menjadi 8.433 dengan total skor 253 poin. Peningkatan ini menunjukkan bahwa edukasi yang diberikan efektif dalam meningkatkan pemahaman peserta tentang penggunaan obat yang aman dan pemilihan makanan bergizi bagi anak-anak. Rekomendasi dari program ini adalah untuk melanjutkan kolaborasi dengan Kelurahan Cipadung Kidul, Dinas Kesehatan Kota Bandung, dan Puskesmas setempat untuk memperluas cakupan edukasi literasi kesehatan ke seluruh kelurahan di Kota Bandung. Selain itu, diharapkan edukasi literasi kesehatan ini dapat dilakukan secara berkelanjutan untuk memastikan peningkatan kesehatan masyarakat yang berkelanjutan. Health Literacy: Education "Wisely Consuming Medicine and Food for Children" in Panyileukan District, Bandung City This Community Service Program aims to enhance the health literacy of PKK (Family Welfare Movement) and Posyandu (Integrated Health Service Post) mothers in Panyileukan District, Bandung City, particularly regarding the wise use of medicine and food selection for children. The program involved 30 participants, comprising PKK mothers and Posyandu cadres. The method used was a workshop titled "Wise Consumption of Medicine and Food for Children," conducted offline using audio-visual media and lecture methods. The program results showed an improvement in participants' knowledge of health literacy. Before the education, their average knowledge score was 7.467 with a total score of 224 points. After the education, the average score increased to 8.433 with a total score of 253 points. This increase indicates that the education provided was effective in enhancing the participants' understanding of safe medication use and selecting nutritious food for children. The recommendation from this program is to continue collaboration with Cipadung Kidul Village, the Bandung City Health Office, and local health centers to expand the scope of health literacy education to all villages in Bandung City. Additionally, it is hoped that this health literacy education can be conducted continuously to ensure sustainable improvement in community health.