Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Alteration of Gills and Liver Histological Structure of Cyprinus carpio Exposed to Leachate Pribadi, Tri Dewi Kusumaningrum; Syahidah, Dzikrina; Harjanti, Sairandri Dyah; Malini, Desak Made
Biosaintifika: Journal of Biology & Biology Education Vol 9, No 2 (2017): August 2017
Publisher : Department of Biology, Faculty of Mathematics and Sciences, Semarang State University . Ro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/biosaintifika.v9i2.8972

Abstract

One of the main problems in the waste management in Indonesia is the treatment of leachate, which mostly dumped to the river This research is aimed to obtain information of histological alteration in gills and liver of C. carpio L. exposed to leachate. Measurements on the water quality parameters comprised water temperature, pH, and dissolved oxygen (DO). This research was conducted by exposing leachate to C. carpio for 96 hours. The concentration of leachate were 0 ppm, 80 ppm, and 100 ppm. Histological preparation were made on the gills and liver using 10% fixative Neutral Buffered Formalin and Ehrlich Hematoxylin-Eosin staining with qualitative observation descriptive analyses for discussion. The result showed that increasing water temperature is directly proportional to the leachate concentration in the aquaria, while the value of pH and DO inversely proportional to the leachate concentration. Damages on the gills with 80 ppm leachate concentrasion were identified as follows: fusion of secondary gill filaments and hyperplasia of epithelial cell, along with karyorrhexis and hydropic degeneration on the liver. Damages on the gills of fishes exposed to leachate with 100 ppm concentrasion were identified as follows: fusion of secondary gill filaments, hyperplasia of epithelial cell, congestion, and edema along with karyorrhexis, hydropic degeneration and melanomacrophage centre (MMC) found on the liver. The results of this study can be used as an overview of the impact of an environmental pollution by leachate as indicated from histological damage to the gills and liver of C. carpio, thus contribute significan information to aquaculture sector and endorse better waste management
Asosiasi Makroalga dengan Gastropoda pada Zona Intertidal Pantai Pananjung Pangandaran Tri Dewi Kusumaningrum Pribadi; Ramdan Nurdiana; Keukeu Kaniawati Rosada
Jurnal Biodjati Vol 2, No 2 (2017): November
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/biodjati.v2i2.1573

Abstract

Interaksi yang terjadi antar organisme dengan lingkungannya merupakan proses yang kompleks, karena setiap komponen lingkungan tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berhubungan dan saling memengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung. Keberadaan maupun ketiadaan suatu populasi dalam komunitas tertentu dapat memberikan gambaran tentang kondisi komunitas tersebut. Untuk mengetahui pola interaksi pada komunitas padang lamun di zona intertidal Pantai Pananjung Pangandaran, dilakukan penelitian tentang asosiasi antara populasi makroalga dan gastropoda. Pengukuran indeks ekologis diperoleh melalui observasi kuantitatif populasi makroalga dan gastropoda pada transek garis sepanjang 200 m sejajar garis pantai dengan plot kuadrat, di dua lokasi studi yang memiliki karakteristik biofisik yang berbeda, yaitu Pantai Pasir Putih dan Pantai Batu Nunggul. Hasil menunjukan bahwa di lokasi studi Pantai Pasir Putih terdapat 12 spesies makroalga dan 7 spesies gastropoda. Di lokasi studi Pantai Batu Nunggul terdapat 11 spesies makroalga dan 8 spesies gastropoda. Tutupan Makroalga tertinggi terdapat di kawasan Pantai Batu Nunggul dengan jenis Gracilaria coronopifolia sebesar 57,5%. Kepadatan Gastropoda tertinggi terdapat di lokasi studi Pantai Batu Nunggul, yaitu Cypraea annulus. Asosiasi antara makroalga dengan gastropoda di kedua lokasi studi menunjukkan asosiasi positif namun tidak terjadi ketergantungan antara kedua populasi tersebut.
Struktur Komunitas Fitoplankton pada Berbagai Kedalaman di Pantai Timur Pananjung Pangandaran Keukeu Kaniawati Rosada; Sunardi .; Tri Dewi Kusumaningrum Pribadi; Selviani Asmara Putri
Jurnal Biodjati Vol 2, No 1 (2017): May
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/biodjati.v2i1.1290

Abstract

Struktur komunitas fitoplankton pada suatu ekosistem perairan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Studi mengenai struktur komunitas fitoplankton di Pantai Timur Pananjung Pangandaran pada berbagai kedalaman yang dihubungan dengan faktor fisikokimia lingkungan telah dilakukan. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode survei. Sampel fitoplankton dan air diambil selama tiga hari berturut-turut pada empat kedalaman yang berbeda dengan interval kedalaman masing-masing tiga meter. Faktor fisikokimia yang dianalisis ialah temperatur, pH, transparansi, salinitas, konduktivitas, DO, BOD, CO2 dan HCO3-. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Pantai Timur Pananjung Pangandaran ditemukan 15 jenis fitoplankton dari lima kelas yaitu Coleophyceae, Dinophyceae, Oligotrichea, Coscinodiscophyceae, dan Bacillariophyceae. Jenis fitoplankton yang mendominasi bagian permukaan ialah Navicula sp. dari kelas Dinophyceae sedangkan pada kedalaman 3, 6, dan 9 meter didominasi oleh jenis fitoplankton yang sama yaitu Coscinodiscus sp. dari kelas Coscinodiscophyceae. Secara umum, kelimpahan jenis fitoplankton tertinggi ialah pada kedalaman tiga meter yang didukung oleh kondisi lingkungan yang optimal disertai penetrasi cahaya matahari yang cukup. Berdasarkan analisis PCA, kedalaman tersebut dikarakterisasi terutama oleh Coscinodiscus sp. dan DO. Selanjutnya, berdasarkan indeks diversitas Shannon-Wiener Pantai Timur Pananjung Pangandaran termasuk ke dalam perairan tercemar ringan.       
Carbon Content In Macroalgae Species Against Temperature Regime Tri Dewi Kusumaningrum Pribadi; Yudi Nurul Ihsan
Journal Omni-Akuatika Vol 15, No 2 (2019): Omni-Akuatika November
Publisher : Fisheries and Marine Science Faculty - Jenderal Soedirman University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (619.46 KB) | DOI: 10.20884/1.oa.2019.15.2.727

Abstract

Temperature rise due to climate change have an impact on various ecosystems, including coastal ecosystems. Temperature rise also affects plant metabolism, such as carbon uptake. Macroalgae is the dominant community in the intertidal zone, and potential to absorb carbon. A series of experiments on several dominant macroalgae species from the south coast of West Java have been done to see the effect of temperature regime on carbon content. The treatment of temperatures of 24, 27, 30, and 33 °C was carried out for 72 hours against 6 macroalgae species representing Chlorophycae, Phaeophycea and Rhodophyceae to investigate carbon content. The results showed that the macroalgae of Phaeophyceae division showed higher carbon content in comparison to the macroalgae of the other divisions. The temperature that significantly affects chloropyll was 33 oC against all the species being tested.
The Effect of Ammonium Concentration Addition to Gracilaria sp. on The Absorption of Mercury Yudi Nurul Ihsan; Luthfiyyah Azizah; Kalysta Fellatami; Tri Dewi Kusumaningrum Pribadi
Jurnal Kelautan Vol 15, No 1: April (2022)
Publisher : Department of Marine Sciences, Trunojoyo University of Madura, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/jk.v15i1.13447

Abstract

The research was conducted from March to June 2015 in the laboratory of Marine Science of the faculty of FPIK UNPAD. The sampling of Gracilaria sp. was taken from a seaweed farming in Kalianda, Bandar Lampung Province. The aim of conducting this research is to investigate the effect of Ammonium addition to Gracilaria sp. on the absorption process of Mercury. The proportion amount of 10.5-gram Gracilaria sp.  used in this research is mixed with 3 litres seawater media. The research method was performed using Completely Randomised Design (CRD) with four treatments and three replications. Parameters for the measurements are water quality, reduction of mercury and ammonium concentration, bio concentration factor, and growth rate. The research was designed with an addition of 0.05 ppm Mercury in all treatments, where each treatment was given different concentrations of Ammonium as follows: treatment A: 0.5 ppm, treatment B: 1 ppm, and treatment C: 1.5 ppm, with no addition of Ammonium for Control Treatment. The result of this research showed that treatment C hit the highest absorption level in absorbing Ammonium and Mercury with their concentrations of 95.98% and 56.44% respectively in seawater media, while the concentration of Mercury in the Gracilaria sp. biomass was measured 0.47 ppm.Keywords: Absorption, Ammonium, Gracilaria sp., Phytoremediation, Mercury.
KEMAMPUAN LAMUN MENYERAP KARBON PADA SUHU YANG BERBEDA Alberta Widhi Ananda Putri; Tri Dewi Kusumaningrum Pribadi; Budi Irawan
BIOTIKA Jurnal Ilmiah Biologi Vol 13, No 1 (2015): BIOTIKA JUNI 2015
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/bjib.v13i1.10091

Abstract

Secara alami, tumbuhan dapat menyerap karbon karena karbon dibutuhkan dalam proses fotosintesis. Tumbuhanlamun memiliki kemampuan untuk menyerap karbon cukup besar. Penelitian penyerapan karbon lamun padasuhu yang berbeda bertujuan untuk melihat kemampuan spesies lamun dalam menyerap karbon pada perlakuanperbedaan suhu. Metode yang digunakan adalah metode eksperimental lapangan. Pada pengambilan data dilapangan menggunakan metode transek garis yang dimodifikasi dari English (1994). Metode eksperimental padapenelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan faktor suhu (28oC dan 30 C) dengan tiga kaliulangan. Metode eksperimental dilakukan selama delapan hari, terdiri atas aklimatisasi (3 hari) dan perlakuanperbedaan suhu (5 hari). Tahap penelitian ini terdiri dari observasi lapangan struktur komunitas, perlakuan perbedaansuhu, biomassa lamun, produksi lamun dan analisis kandungan karbon serapan dengan mengacu pada metodeWalkley dan Black (1934). Analisis statistic menggunakan oneway ANNOVA dan uji lanjut Dunnett menggunakansoftware SPSS for windows. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Dari hasil penelitian ini menunjukkanbahwa Cymodocea rotundata memiliki peranan yang penting dalam ekologis di Pantai Sayang Heulang, Garut,Jawa Barat. Lamun menyimpan karbon terbesar dibagian bawah (akar dan rimpang). Suhu berpengaruh terhadappenyerapan karbon dan penyimpanan karbon, namun, tidak berpengaruh signifikan.
KEANEKAAN MIKROALGA AIR TAWAR DI ARBORETUM UNIVERSIAS PADJAJARAN JATINANGOR Utami Ningtyas Ramadhan; Tri Dewi Kusumaningrum Pribadi; Iin Supartinah Noer
BIOTIKA Jurnal Ilmiah Biologi Vol 13, No 1 (2015): BIOTIKA JUNI 2015
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/bjib.v13i1.10092

Abstract

Cadangan Karbon pada Ekosistem Padang Lamun di Siantan Tengah Taman Wisata Perairan Kepulauan Anambas Muhammad Al Rizky Ratno Budiarto; Johan Iskandar; Tri Dewi Kusumaningrum Pribadi
Jurnal Kelautan Tropis Vol 24, No 1 (2021): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkt.v24i1.9348

Abstract

Secara global, ekosistem lamun dianggap sebagai penyerap karbon sehingga dapat berkontribusi terhadap mitigasi perubahan iklim. Penelitian bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis, biomassa dan cadangan karbon pada komunitas padang lamun di perairan Siantan Tengah Taman Wisata Perairan (TWP) Kepulauan Anambas. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2019 s.d Januari 2020. Uji kandungan karbon dilakukan dengan metode Welkley and Black sedangkan untuk mendapatkan biomassa menggunakan metode gravimetrik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga jenis lamun, yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, dan Cymodocea rotundata. Nilai biomassa lamun berkisar antara 171,89 – 275,68 gbk/m2 dan nilai cadangan karbon berada pada kisaran 51,89 – 80,66 gC/m2. Padang lamun di Siantan Tengah memiliki luas 130,45 ha, sehingga total Cadangan karbon pada ekosistem padang lamun di perairan Siantan Tengah diperkirakan 95,88 ton C. Penelitian ini membuktikan adanya kandungan karbon pada biomassa lamun sehingga dapat disimpulkan bahwa padang lamun berperan sebagai penyerap karbon (carbon sink).  Globally, seagrass ecosystems are considered as carbon sink so that it can contribute to climate change mitigation. This research aims to determine the species composition, biomass, and carbon stock in seagrass communities in Siantan Tengah Marine Tourism Park of Anambas Islands. The research was conducted in Agustus 2019 – January 2020.  The carbon content test was carried out by the Walkley and Black method while to obtain biomass using the gravimetric method. The result od study showed that there are three species of seagrasses, namely Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, and Cymodocea rotundata. Seagrass biomass value range 171,89 – 275,68 gbk/m2 and seagrass carbon stock value range 51,89 – 80,66 gC/m2. The area of seagrass beds in Central Siantan is 130,45 ha so that the total carbon stock estimated reach 95,88 tons C. This research proves the presence of carbon in the biomass of seagrass beds, so it can be concluded that seagrass beds act as carbon sinks.
ESTIMASI PRODUKTIVITAS PRIMER FITOPLANKTON DI KAWASAN HUTAN MANGROVE BATUKARAS PANGANDARAN, PROVINSI JAWA BARAT Ramdan Nurdiana; Tri Dewi Kusumaningrum Pribadi; Yudi Nurul Ihsan
JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research) Vol 4, No 2 (2020): JFMR VOL 4. NO.2
Publisher : JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jfmr.2020.004.02.11

Abstract

Hutan mangrove merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sosial, ekonomi, dan ekologi bagi lingkungan sekitar. Layanan ekosistem mangrove melalui pendekatan produktivitas perairan menjadi salah satu indikator untuk melihat fungsi habitat dan ekologinya. Kajian eksplorasi ini bertujuan untuk menentukan tingkat produktivitas perairan dan korelasinya dengan faktor-faktor lingkungan. Pengukuran produktivitas perairan yang diukur secara musiman dilakukan selama satu tahun. Sampel air diperoleh dari 3 titik sampling yang terbagi menjadi tiga zona (perairan tawar, mangrove, estuari) dengan masing – masing 3 kali pengulangan. Pengukuran produktivitas primerd dilakukan dengan metode oksigen gelap terang. Secara kontras dapat diketahui ahwa nilai produktivitas perairan tertinggi terdapat pada daerah estuari di kedua musim (> 1000 mgC.m-3). Walaupun tidak terdapat korelasi yang signifikan antara produktvitas primer dengan parameter lingkungan, perubahan yang terjadi antara musim memberikan informasi terhadap pengaruh masing-masing parameter.
STRUKTUR KOMUNITAS PADANG LAMUN DI SIANTAN TENGAH KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN NASIONAL KEPULAUAN ANAMBAS DAN LAUT SEKITARNYA Muhammad Al Rizky Ratno Budiarto; Johan Iskandar; Tri Dewi Kusumaningrum Pribadi
Jurnal Kelautan dan Perikanan Terapan (JKPT) Vol 3, No 2 (2020): JKPT Desember 2020
Publisher : Politeknik Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jkpt.v3i2.9397

Abstract

Padang lamun memiliki peran penting pada kehidupan di perairan laut dangkal. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan struktur komunitas lamun di Siantan Tengah, Kawasan Konservasi Perairan Nasional Kepulauan Anambas. Penelitian ini diharapkan dapat membantu monitoring yang berulang dan menyediakan informasi tentang lamun di Siantan Tengah Kepulauan Anambas. Penelitian dilaksanakan di empat stasiun: Air Asuk, Air Nanga, Tanjung dan Muntai. Pengambilan data dilakukan dengan metode transek kuadrat. Hasil penelitian menunjukkan terdapat tiga spesies lamun, yaitu  Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, dan Cymodocea rotundata. Persentase tutupan lamun tertinggi ditemukan di stasiun Air Asuk dengan nilai 27,89% yang merupakan berada pada kategori sedang.  Kepadatan tertinggi juga ditemukan pada stasiun Air Asuk dengan nilai 66 ind/m2 yang juga merupakan berada pada kategori sedang.  Indeks Nilai Penting ditemukan pada spesies Enhalus acoroides dengan rata-rata 250,56%.