Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Kondisi Geologi dan Analisa Struktur Geologi Daerah Kecamatan Lahei, Murungraya, dan Sekitarnya, Kabupaten Barito Utara, Provinsi Kalimantan Tengah Muhammad Gazali Rachman; Carolus Prasetyadi; Achmad Subandrio; Alfathony Krisnabudhi
Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA Vol 9, No 1sp (2022): Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA Edisi Spesial
Publisher : PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UPN VETERAN YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jigp.v9i1sp.9412

Abstract

ABSTRAK - Daerah Telitian Berada Pada Kecamatan Lahei, Murungraya Dan Sekitarnya Kabupaten Barito Utara, Menggunakan Peta Geologi Lembar Muara Teweh Dengan Skala 1 : 100.000. Daerah Telitian Memiliki Luasan 875 Km2 Yaitu Panjang 35 Km Dan Lebar 25 Km. Berdasarkan Analisa Deskriptif Dari Morfologi Bentang Alam Yang Ada, Daerah Telitian Dapat Dibagi Menjadi Lima Subsatuan Geomorfik Yang Terdiri Dari: Satuan Perbukitan Struktural Bergelombang (S1), Satuan Dataran Struktural Berombak (S2), Satuan Perbukitan Struktural Bergelombang Kuat (S3), Satuan Tubuh Sungai (F1) Dan Satuan Dataran Aluvial (F2). Stratigrafi Pada Daerah Telitian Didapatkan 5 Satuan Batuan, Dari Tua Ke Muda Yaitu: Satuan Batupasir Tanjung P16 (Eosen Akhir), Satuan Batupasir Karamuan Berumur N1-N2 (Oligosen Awal), Satuan Batulempung Karamuan Berumur N3 (Oligosen Akhir), Satuan Batupasir Warukin Berumur N5-N6 (Miosen Awal), Dan Satuan Endapan Aluvial Berumur Holosen. Struktur Geologi Yang Berkembang Di Daerah Telitian Terdiri Dari Sesar Naik, Sesar Mendatar Dan Lipatan Berarah Umum Timur Laut – Barat Daya Yang Berhubungan Dengan Zona Restraining Step Over Right Slip Fault, Membentuk Pop-Up Atau Positive Flower Structure. Dipengaruhi Oleh Kompresi Neogen Regime Pada Miosen Awal. Kata Kunci: struktur geologi, Lahei, Barito Utara Abstract - The research area is located in the Lahei district, Murungraya, and surrounding areas of Barito Utara Regency, using the Muara Teweh geological map with a scale of 1:100,000. The research area is 875 km2, with a length of 35 km and a width of 25 km. Based on descriptive analysis of the existing natural morphology, the research area can be divided into five geomorphic subunits consisting of the Undulating Structural Hill Unit (S1), Wavy Structural Plain Unit (S2), Strongly Undulating Structural Hill Unit (S3), River Body Unit (F1), and Alluvial Plain Unit (F2). Stratigraphy in the research area includes five rock units, from oldest to youngest: Tanjung P16 Sandstone Unit (Late Eocene), Karamuan Sandstone Unit with N1-N2 age (Early Oligocene), Karamuan Claystone Unit with N3 age (Late Oligocene), Warukin Sandstone Unit with N5-N6 age (Early Miocene), and Holocene Alluvial Deposit Unit. The geological structures developed in the research area consist of Reverse Faults, Strike-Slip Faults, and Northeast-Southwest Folds related to the Restraining Step Over Right Slip Fault zone, forming a Pop-Up or Positive Flower Structure. The Neogene Compression Regime influences it in the Early Miocene. Keywords: geological structure, Lahei, Barito Utara
Model Struktur Geologi Zona Kratakau, Implikasi terhadap Perkembangan Sedimentasi Zona Krakatau Alfathony Krisnabudhi; Agus Men Riyanto; Maaruf Mukti; Muhammad Gazali Rachman
Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA Vol 9, No 1sp (2022): Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA Edisi Spesial
Publisher : PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UPN VETERAN YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jigp.v9i1sp.9410

Abstract

ABSTRAKKrakatau merupakan salah satu zona paling aktif secara struktur geologi dan vulkanisme di area Indonesia bagian barat. Keberadaan struktur geologi yang terdapat pada zona ini diinterpretasikan memiliki peran dalam perkembangan  kegunungapian khususnya pada kompleks Krakatau. Studi ini dilakukan dengan mengintegrasikan hasil re-interpretasi data bawah permukaan berupa seismik 2D dan hasil analisis momen tensor serta data permukaan berdasarkan multibeam satu arc per detik. Integrasi tersebut dilakukan guna mengetahui model struktur geologi baik secara kinematik dan dinamikanya serta implikasinya terhadap perkembangan stratigrafi area Krakatau. Interpretasi style structure memperlihatkan bahwa area Krakatau didominasi oleh sistem extensional dimana sesar normal planar mendominasi dan membentuk geometri graben Krakatau. Geometri graben memiliki arah yang pararel utara-selatan dengan keberadaan sesar normal planar dari West Krakatau Fault (WKF) dimana keberadaan kelompok sesar tersebut diinterpretasikan juga memiliki peranan penting dalam mengontrol intrusi serta sedimentasi pada zona Krakatau. Terdapat empat unit stratigrafi pada zona Krakatau yang terbagi menjadi dua sistem sedimentasi; 1) pre-extensional dan 2) syn-extensional sistem. Unit 1 merupakan unit yang terendapkan pada umur Oligosen akhir-Miosen awal dimana unit 1 terendapkan sebelum sistem extensional bekerja sehingga unit ini dikategorikan sebagai sedimen pre-extensional. Unit 2 hingga unit 4 terendapkan pada umur Miosen tengah hingga Pleistosen, keberadaan unit 2 hingga 4 memiliki ketebalan yang bervariasi, pada area graben Krakatau unit 2-4 sangat tebal sementara pada area Krakatau ridge ketebalan unit 2 hingga 4 terlihat lebih rendah dibandingkan Krakatau graben. Berdasarkan hal tersebut unit 2 hingga unit 4 dikategorikan sebagai sedimen syn-extensional. Keberadaan sedimen syn-extensional sangat berhubungan erat dengan masifnya pembentukan cekungan pull-apart Semangko dimana inisiasi pembentukan cekungan tersebut dimulai pada kurun waktu Miosen tengah. Keberadaan struktur extensional pada graben Krakatau juga diduga menjadi agen munculnya intrusi dyke, intrusi yang terjadi diinterpretasikan terjadi pada kurun waktu Pleistosen sehingga sedimen unit 1 hingga unit 4 bagian bawah terpotong oleh intrusi. Kata Kunci: Krakatau, extensional, graben, sedimentasi, stratigrafi ABSTRACTKrakatau is one of the most active zones in terms of geological structure and volcanism in the western part of Indonesia. The existence of geological structures found in this zone is interpreted as having a role in the development of volcanoes, especially in the Krakatau complex. This study was carried out by integrating the results of the re-interpretation of subsurface data in the form of 2D seismic and moment tensor analysis results and surface data based on multibeam one arc per second. The integration was carried out to determine the kinematic and dynamic structural model and its implications for the stratigraphic development of the Krakatau area. The interpretation of the style structure shows that the Krakatau area is dominated by an extensional system where the normal planar fault dominates and forms the Krakatau graben geometry. The graben geometry has an N-S parallel direction with the existence of the normal planar fault of the West Krakatau Fault (WKF), where the existence of this fault group is also interpreted to have an essential role in controlling intrusion and sedimentation in the Krakatau zone. There are four stratigraphic units in the Krakatau zone which are divided into two sedimentation systems; 1) pre-extensional and 2) syn-extensional system. Unit 1 is a unit that was deposited in the late Oligocene-early Miocene, where unit 1 was deposited before the extensional system worked. Hence unit is categorized as pre-extensional sediment. Units 2 to 4 were deposited in the middle Miocene to Pleistocene, where units 2 to 4 have varying thicknesses within the Krakatau graben area units 2-4 are very thick, while in the Krakatau ridge area, the thickness of units 2 to 4 looks lower than the Krakatau graben. Based on this, units 2 to 4 are categorized as syn-extensional sediments. The existence of syn-extensional sediments is closely related to the massive formation of the Semangko trantensional system, where the initiation of the formation of the basin began in the middle Miocene period. The existence of extensional structures in the Krakatau graben is also thought to be the agent for dyke intrusions. The intrusions are interpreted to have occurred during the Pleistocene period, so the intrusions intruded lower sediment units 1 to 4. Key Words: Krakatau, extensional, graben, sedimentation, stratigraphy
Penelitian Terkini tentang Pengembangan Pemisahan dan Penangkapan Karbon dengan Membran Berbahan Dasar Polimer: Tinjauan Kebaruan Retno Dwi Nyamiati; Siti Nurkhamidah; Dodi Eko Nanda; Daniel Timotius; Mahreni Mahreni; Dian Purnami Handayani; Dwi Amalia; Alfathony Krisnabudhi
Eksergi Vol 20, No 2 (2023)
Publisher : Prodi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/e.v20i2.9096

Abstract

Separation and capture of carbon dioxide (CO2) has become a very hot topic of discussion recently. The increasing amount of carbon dioxide in the environment makes environmental pollution very significant. Membrane technology is one of the alternative carbon separation processes that are increasingly in demand, because membrane technology provides excellent advantages in terms of energy requirements used, capital investment invested, and ease of operating equipment compared to other processes. Many membrane constituent materials can be used to be the basic material for making membranes, including polymeric materials. This review discusses the various polymeric materials that can be used as basic materials for gas membranes in terms of plasticization, constituent components, flexibility, and mechanical strength. It also provides an understanding of alternatives to improve the properties of polymer-based membranes.
Geologi dan Studi Potensi Batugamping Formasi Sepingtiang Daerah Sukajadi Dan Sekitarnya, Kecamatan Pseksu, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan Bayu Rahmanto; Alfathony Krisnabudhi; Sutanto Sutanto; Achmad Subandrio
Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA Vol 10, No 2 (2023): Jurnal Ilmiah Geologi Pangea
Publisher : PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UPN VETERAN YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jigp.v10i2.11218

Abstract

Abstrak - Daerah penelitian secara administratif berada di Desa Sukajadi, Kecamatan Pseksu, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan. Secara geografis daerah penelitian berada pada koordinat 307500 mE – 311500 mE dan 9579000 mN – 9583000 mN UTM (Universal Transverse Mercator WGS 1948 Zona 48 S. Daerah penelitian memiliki luas 20 km2 dengan panjang 5 km dan lebar 4 km yang dibuat dengan skala 1 : 12.500. Geomorfologi daerah penelitian terbagi menjadi enam satuan bentuklahan yaitu : perbukitan karst (K1), perbukitan sesar (S1), lembah homoklin (S2), dataran bergelombang (D1), dataran aluvial (F1) dan tubuh sungai (F2). Stratigrafi daerah penelitian terbagi menjadi enam satuan batuan yaitu: satuan lava andesit Saling (Jura Akhir – Kapur Awal), satuan batugamping Sepingtiang (Kapur Awal), intrusi adamelit (Kapus Akhir), satuan batugamping Baturaja (Miosen Awal), satuan batulempung Airbenakat (Miosen Tengah – Akhir) dan endapaan aluvial (Holosen). Struktur geologi yang berkembang pada daerah penelitian berupa sesar mendatar dan kekar. Sesar pada daerah penelitian terdiri dari Sesar Payang Lintang 1, Sesar Payang Kasap (Sesar Mendatar Kanan), Sesar Payang Lintang 2, Sesar Limau, dan Sesar Sungai Tenang (Sesar Mendatar Kiri). Berdasarkan hasil interpretasi penampang dipole – dipole pada satuan batugamping Sepingtiang diketahui ketebalannya yaitu >284,75 m. Hasil pengujian sifat fisik batuan diketahui dari 5 sampel yang diuji memiliki nilai porositas 0,20 – 2,18 %, dan nilai void ratio 0 – 0,02. Nilai kuat tekan batuan berkisar antara 42,145 – 68,432 Mpa. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode profilling diketahui volume total satuan batugamping Sepingtiang yaitu 672.806.166 m3 dan jumlah estimasi cadangan yang ada pada satuan batugamping Sepingtiang adalah sebesar 1.605.988.320 Ton. Kata kunci: Batugamping, Formasi Sepingtiang, Lahat The research area is administratively located in Sukajadi Village, Pseksu District, Lahat Regency, South Sumatra Province. Geographically, the research area is situated at coordinates 307500 mE - 311500 mE and 9579000 mN - 9583000 mN in the UTM (Universal Transverse Mercator) WGS 1948 Zone 48 S. The research area covers an area of 20 km² with dimensions of 5 km in length and 4 km in width, constructed at a scale of 1:12,500. The geomorphology of the research area is divided into six landform units: karst hills (K1), faulted hills (S1), homocline valleys (S2), undulating plains (D1), alluvial plains (F1), and river bodies (F2). The stratigraphy of the research area comprises six rock units: andesitic lava unit of Saling (Late Jurassic - Early Cretaceous), Sepingtiang limestone unit (Early Cretaceous), adamelite intrusion unit (Late Cretaceous), Baturaja limestone unit (Early Miocene), Airbenakat claystone unit (Middle to Late Miocene), and alluvial deposit unit (Holocene). The geological structure prevalent in the research area consists of horizontal and faulted structures. The fault system in the research area includes Payang Lintang 1 Fault, Payang Kasap Fault (Right-lateral fault), Payang Lintang 2 Fault, Limau Fault, and Sungai Tenang Fault (Left-lateral fault). Based on dipole-dipole cross-section interpretation, it is known that the thickness of the Sepingtiang limestone unit is greater than 284.75 meters. The physical properties of the rock samples tested indicate a porosity range of 0.20% to 2.18% and a void ratio range of 0 to 0.02. The compressive strength of the rocks ranges from 42.145 to 68.432 MPa. Based on profiling methods, the total volume of the Sepingtiang limestone unit is determined to be 672,806,166 cubic meters, and the estimated reserve within the Sepingtiang limestone unit is approximately 1,605,988,320 metric tons. Keywords: Limestone, Sepingtiang Formation, Lahat
Persebaran Pola Struktur Geologi Melalui Pendekatan Topografi dan Morfologi Daerah Tancep dan Sekitarnya, Gunungkidul, Yogyakarta Adha, Ikhwannur; Mardiati, Dani; Kurniawan, Oki; Utama, Peter Pratistha; Rachman, Muhammad Gazali; Krisnabudhi, Alfathony
Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA Vol 11, No 1 (2024): Jurnal Ilmiah Geologi Pangea
Publisher : PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UPN VETERAN YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jigp.v11i1.12752

Abstract

Tancep merupakan desa yang berada di tenggara Bayat dan perbatasan antara Klaten dan Gunungkidul. Tancep dan sekitarnya memiliki struktur geologi yang cukup kompleks sebagaimana area yang berdekatan dengan Bayat. Penelitian terdahulu menyatakan bahwa struktur geologi yang berkembang pada lokasi ini cukup kompleks terutama sesar yang terbentuk. Namun, dari penelitian terdahulu tersebut kurang menggambarkan bagaimana persebaran pola struktur geologinya. Kajian pendahuluan ini dilakukan untuk menunjukkan persebaran pola struktur geologi yang berkembang di daerah Tancep dan sekitarnya melalui pendekatan topografi dan morfologi. Kajian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan gambaran awal untuk memetakan secara detil struktur geologi di lokasi tersebut. Penelitian dilakukan dengan pendekatan topografi dan morfologi serta interpretasi berdasarkan penelitian terdahulu. Analisis pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis kelurusan topografi dan morfologi baik kelurusan punggungan bukit, kelurusan lembah, maupun kelurusan sungai. Kelurusan tersebut digambarkan dalam peta fault fracture density yang kemudian diinterpretasikan pola persebaran struktur geologi di daerah penelitian. Tancep dan sekitarnya secara umum memiliki tiga arah umum kelurusan topografi dan morfologi yaitu berarah barat daya-timur laut, barat laut-tenggara, dan utara-selatan. Pola kelurusan ini diinterpretasikan sebagai pola struktur geologi yang berkembang dan mengontrol topografi dan morfologi daerah penelitian. Pola struktur geologi berarah barat daya-timur laut merupakan pola utama yang berkembang di daerah penelitian. Sedangkan pola struktur geologi berarah barat laut-tenggara dan utara-selatan merupakan pola struktur geologi penyerta yang terbentuknya dapat terjadi karena beberapa kemungkinan.Kata Kunci: Tancep, Pola Struktur Geologi, Kelurusan.
Pemantauan Suhu Puncak Gunung Merapi menggunakan Land Surface Temperature (LST) Citra Landsat Tahun 2020-2025 untuk Analisis Aktivitas Vulkanik Mardiati, Dani; Rachman, M. Gazali; Adha, Ikhwannur; Utama, Peter Pratistha; Kurniawan, Oki; Krisnabudhi, Alfathony
Jurnal Ilmiah Geomatika Vol. 5 No. 1: April 2025
Publisher : Program Studi Teknik Geomatika Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/imagi.v5i1.14886

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan suhu permukaan puncak Gunung Merapi dengan memanfaatkan data Land Surface Temperature (LST). Hasil penelitian me-nunjukkan adanya dinamika suhu permukaan yang signifikan pada area puncak, yang menunjukkan korelasi temporal dengan fase-fase peningkatan aktivitas vulkanik seperti ekstrusi kubah lava dan letusan efusif pada tahun 2021 dan 2023. Kenaikan suhu yang konsisten sebelum peristiwa erupsi utama meng-indikasikan potensi pemanfaatan data LST sebagai indikator awal dalam sistem peringatan dini aktivitas vulkanik. Penelitian ini memberikan kontribusi dalam pengembangan metode pe-mantauan vulkanik berbasis penginderaan jauh yang efisien, non-invasif, dan bersifat operasional, serta relevan untuk diterapkan dalam sistem mitigasi bencana di wilayah gunung api aktif di Indonesia.
Application of Point Counting Petrography for Provenance Determination; Implication for Tectonic Development from the Semilir Formation, Gunung Kidul Krisnabudhi, Alfathony; Rizky, Aga; Farisan, Ardhan; Isnani, Desi Kumala; Widada, Sugeng; Ardine, Joseph Emmanuel; Aiman, Muhammad Naufal; Tony, Brian; Mardiati, Dani
Journal of Applied Sciences, Management and Engineering Technology Vol 6, No 2 (2025)
Publisher : Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31284/j.jasmet.2025.v6i2.8198

Abstract

The provenance sediments have been analyzed to reveal tectonic development during the Semilir Formation deposition in the Southern Mountain of Yogyakarta area, using essential samples from field observation, petrography analysis, and the point counting method. Outcrop and sampling at two observation points revealed distinct lithological features, including sandstone and siltstone with mudclast structures and slump structures interbedded with siderite. Petrographic analysis using the point-counting method determined the mineral composition of four samples: 1A, 1B, 2A, and 2B. Samples 1A and 1B were categorized as Lithic Wacke, 2A Feldspathic Wacke, and 2B Lithic Wacke. Provenance analysis, crucial for understanding the sedimentary history and reconstructing the geological events preceding sediment deposition, identified that the sandstones in the Ngoro-oro region predominantly fall into the magmatic arc category. Hence, based on our analysis, the tectonic development during Semilir Fm deposition is linked with the convergence event of the first subduction on southern Java, which had huge volcanic influences and slope morphology common in volcanic areas. The findings of this study contribute to a deeper understanding of the tectonosedimentary processes and geological history of the Ngoro-oro region. The integrated approach of petrographic and provenance analyses provides a comprehensive view of the sedimentary rocks formation and evolution, enriching the geological knowledge of the area.
Persebaran Pola Struktur Geologi Melalui Pendekatan Topografi dan Morfologi Daerah Tancep dan Sekitarnya, Gunungkidul, Yogyakarta Adha, Ikhwannur; Mardiati, Dani; Kurniawan, Oki; Utama, Peter Pratistha; Rachman, Muhammad Gazali; Krisnabudhi, Alfathony
Jurnal Ilmiah Geologi PANGEA Vol. 11 No. 1 (2024): Jurnal Ilmiah Geologi Pangea
Publisher : PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UPN VETERAN YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/jigp.v11i1.12752

Abstract

Tancep merupakan desa yang berada di tenggara Bayat dan perbatasan antara Klaten dan Gunungkidul. Tancep dan sekitarnya memiliki struktur geologi yang cukup kompleks sebagaimana area yang berdekatan dengan Bayat. Penelitian terdahulu menyatakan bahwa struktur geologi yang berkembang pada lokasi ini cukup kompleks terutama sesar yang terbentuk. Namun, dari penelitian terdahulu tersebut kurang menggambarkan bagaimana persebaran pola struktur geologinya. Kajian pendahuluan ini dilakukan untuk menunjukkan persebaran pola struktur geologi yang berkembang di daerah Tancep dan sekitarnya melalui pendekatan topografi dan morfologi. Kajian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan gambaran awal untuk memetakan secara detil struktur geologi di lokasi tersebut. Penelitian dilakukan dengan pendekatan topografi dan morfologi serta interpretasi berdasarkan penelitian terdahulu. Analisis pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis kelurusan topografi dan morfologi baik kelurusan punggungan bukit, kelurusan lembah, maupun kelurusan sungai. Kelurusan tersebut digambarkan dalam peta fault fracture density yang kemudian diinterpretasikan pola persebaran struktur geologi di daerah penelitian. Tancep dan sekitarnya secara umum memiliki tiga arah umum kelurusan topografi dan morfologi yaitu berarah barat daya-timur laut, barat laut-tenggara, dan utara-selatan. Pola kelurusan ini diinterpretasikan sebagai pola struktur geologi yang berkembang dan mengontrol topografi dan morfologi daerah penelitian. Pola struktur geologi berarah barat daya-timur laut merupakan pola utama yang berkembang di daerah penelitian. Sedangkan pola struktur geologi berarah barat laut-tenggara dan utara-selatan merupakan pola struktur geologi penyerta yang terbentuknya dapat terjadi karena beberapa kemungkinan.Kata Kunci: Tancep, Pola Struktur Geologi, Kelurusan.