Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

ANALISIS TINGKAT KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN AKSESIBILITAS PANGAN (Studi Kasus Rumahtangga Nelayan di Desa Galesong Baru, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar) Ira Pasira; Ida Rosada; Nurliani Nurliani
WIRATANI Vol 1, No 2 (2018): Desember 2018
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (402.69 KB) | DOI: 10.33096/wiratani.v1i2.19

Abstract

Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis aksesibilitas pangan rumahtangga nelayan ditinjau dari aspek akses fisik, akses ekonomi dan akses sosial, menganalisis tingkat ketahanan pangan rumahtangga nelayan berdasarkan mutu konsumsi pangan dan menganalisis korelasi antara aksesibilitas pangan dengan tingkat ketahanan pangan rumahtangga nelayan. Kegunaan penelitian ini yaitu sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan pencapaian ketahanan pangan rumahtangga nelayan yang berada di daerah pesisir pantai, sebagai bahan refrensi bagi peneliti lainnya yang ingin melakukan penelitian lanjutan atau penelitian relevan dengan penelitian ini dan sebagai bahan masukan bagi masyarakat yang paling penting atau paling utama mengenai informasi tentang ketahanan pangan rumahtangga dengan keterjangkauan aksesibilitas sumberdaya yang dimiliki. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive sampling atau dipilih secara sengaja dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan desa dengan populasi yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai nelayan. Penentuan sampel dilakukan secara acak sederhana dengan mengambil 12% dari populasi sebesar 426 rumahtangga nelayan sehingga sampel yaitu 51 rumahtangga nelayan. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif,  analisis tingkat ketahanan pangan dan analisis Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat aksesibilitas pangan ditinjau dari akses fisik termasuk kategori tinggi, sedangkan akses ekonomi dan akses sosial termasuk kategori rendah. Tingkat ketahanan pangan nelayan termasuk kategori tidak tahan pangan. Aksesibilitas pangan ditinjau dari akses fisik dan akses ekonomi berkorelasi nyata terhadap ketahanan pangan rumahtangga nelayan, sedangkan akses sosial berkorelasi tidak nyata terhadap tingkat ketahanan pangan rumahtangga nelayan.
Update Terbaru Kanker Seviks di Indonesia Asrina Asrina; Nur Azmi Aliya; Ira Pasira; Nur Magfira; Alya Putri Salsadila; Nurul Fadillah; Yeti Mareta Undaryati
OBAT: Jurnal Riset Ilmu Farmasi dan Kesehatan Vol. 3 No. 4 (2025): July: OBAT: Jurnal Riset Ilmu Farmasi dan Kesehatan
Publisher : Asosiasi Riset Ilmu Kesehatan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.61132/obat.v3i4.1542

Abstract

Cervical cancer is a significant public health problem globally, including in Indonesia. This disease ranks fourth as the most common cancer in women in the world, with an estimated 604,000 new cases and 342,000 deaths in 2020. Analyzing the current condition of cervical cancer in Indonesia including prevalence, risk factors, impacts, prevention efforts, and treatment based on data to provide a comprehensive picture of the situation of cervical cancer in Indonesia. Cervical cancer is defined as a malignant tumor in the cervix that attacks the epithelial layer and has the potential to spread. Human Papilloma Virus (HPV) infection is the main cause of cervical cancer. In addition, several supporting risk factors include risky sexual behavior, long-term use of oral contraceptives, smoking habits, nutritional deficiencies (especially vitamins C, E, and folic acid), and poor personal hygiene. The Indonesian government has attempted to identify the disease early through the Visual Inspection of Acetic Acid (IVA) method used for early detection of cervical cancer in women aged 30 to 50 years. However, community participation in this program still needs to be improved sustainably. Treatment for cervical cancer can include surgery (eg cryosurgery, LEEP, hysterectomy), radiation, and chemotherapy. Cervical cancer remains a major health challenge in Indonesia. Improved education programs, participation in early detection of IVA, and strengthening of the health system as a whole are needed to effectively reduce morbidity and mortality caused by this disease.