Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Method Validation of Chloramphenicol Analysis in the Shrimp Based on Diazotization Reaction Abdul Wafi; Ganden Supriyanto; Tjitjik Srie Tjahjandarie
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol 7, No 2 (2020)
Publisher : Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/ijpst.v7i2.26520

Abstract

A simple, rapid and precise spectrophotometric method has been developed and validated for the determination of Chloramphenicol (CAP) in the shrimp based on diazotization reaction at room temperature. The CAP was reduced by zinc powder and the diazotization reaction was carried out in the presence of NaNO2, bismuth nitrate pentahydrate as catalyst. The 2-napthol used as coupling agent to form a red-violet solution and the absorbance of azo dye solution was measured by UV-Vis spectrophotometer at 554 nm. The method validation parameters including linearity, accuracy, precision, limit of detection (LOD) and limit of quantification (LOQ) have been investigated. The correlation coefficient (R2) was 0.996 for concentration range 0.70 – 4.65 µg/mL. The LOD and LOQ were 0.36 µg/mL and 1.19 µg/mL. Accuracy and precision of the method were performed by spiking of CAP in the shrimp sample at concentration 1.16; 2.33; 3.49 µg/mL. Analysis result showed that the accuracy and precision of the method were 92.77-97.37 % and 0.21-2.39 % respectively.Keywords : Chloramphenicol, diazotization, shrimp, spectrophotometry, method validation.
Analisis Kuat Tarik dan Elongasi Film Gelatin – Khitosan Abdul Wafi; Lukman Atmaja; Yatim Lailun Ni’mah
ALCHEMY:Journal of Chemistry Vol 8, No 1 (2020): ALCHEMY: Journal of Chemistry
Publisher : Department of Chemistry, Faculty of Science and Technology UIN Maulana Malik Ibrahim Malan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (590.944 KB) | DOI: 10.18860/al.v8i1.9097

Abstract

Gelatin and chitosan have been widely used in various industries such as pharmaceuticals, textiles, cosmetics, food processings, and others. Gelatin has different mechanical properties compared to chitosan, especially its tensile strength and elongation. In this study, gelatin (Ge) was obtained commercially, while chitosan (Ch) was obtained from the skin of windu shrimp via deproteination, demineralization, and deacetylation of chitin into chitosan. The results of this study indicated that the degree of deacetylation of chitosan was 52.06%. Afterward, various films including Ge, Ch, Ge 4%-Ch 1.5%, Ge 4%-Ch 3%, Ge 4%-Ch 4% were prepared by the casting method. The film of Ge 4%-Ch 4% exhibited the best tensile strength and elongation with values of 0.6 MPa and 21.53%, respectively. Gelatin dan kitosan merupakan biopolimer alam yang selama ini banyak digunakan di berbagai industri seperti farmasi, tekstil, kosmetik, pengolahan pangan dan lain sebagainya. Gelatin memiliki sifat mekanik yang berbeda dibandingkan dengan kitosan terutama kuat tarik dan elongasinya. Pada penelitian ini, gelatin (Ge) diperoleh secara komersial, sedangkan kitosan (Ch) diperoleh dari kulit udang windu melalui proses deproteinasi, demineralisasi, dan deasetilasi kitin menjadi kitosan. Hasil penelitian ini menunjukkan derajat deasetilasi kitosan sebesar 52,06%.  Selanjutnya, dilakukan proses pembuatan film Ge, Ch, Ge 4%-Ch 1,5%; Ge 4%-Ch 3%, Ge 4%-Ch 4% dengan menggunakan metode casting. Film Ge 4%-Ch 4% memiliki kuat tarik dan elongasi yang paling baik yaitu 0,6 MPa dan 21,53%, berturut-turut. 
Profil FTIR Minyak Ikan dan Lemak Babi serta Perbandingannya sebagai Dasar Penentuan Autentifikasi Halal Dewi Sinta Megawati; Begum Fauziyah; Siti Maimunah; Abdul Wafi
ALCHEMY:Journal of Chemistry Vol 8, No 1 (2020): ALCHEMY: Journal of Chemistry
Publisher : Department of Chemistry, Faculty of Science and Technology UIN Maulana Malik Ibrahim Malan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (592.043 KB) | DOI: 10.18860/al.v8i1.9818

Abstract

Research has been conducted on the determination of tuna oil and lard spectra using FTIR. This research aims to determine the IR spectra profile of lard and tuna oil and to compare both spectra profiles. Profile and comparison of lard and tuna oil IR spectra useful to determine whether an ingredient or a product contaminated with lard. The fatty acid profile of lard by FTIR analysis showed a significant difference in the absorption patterns of the spectra, especially at 3010-3000, 1680- 1600, and 968-966 cm-1 wavenumbers which represented the different composition and type of fatty acids in the lard and tuna oil. The absorption patterns at 3007 and 1653 cm-1 regions (double bond C=C cis) for tuna oil showed relatively high peaks if it is compared to lard samples because of the percentage of MUFA fatty acids (oleic acid) in tuna oil was much higher.  Telah dilakukan penelitian mengenai penentuan spektra minyak ikan tuna dan lemak babi dengan menggunakan FTIR. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil spektra IR dari lemak babi dan minyak ikan tuna serta membandingkan kedua profil spektranya. Profil dan perbandingan spektra IR lemak babi dan minyak ikan tuna dapat digunakan sebagai dasar penentuan apakah suatu bahan atau produk terkontaminasi lemak babi. Profil asam lemak babi hasil analisis FTIR menunjukkan adanya perbedaan yang cukup signifikan pada pola-pola penyerapan spektra, khususnya pada bilangan gelombang 3010-3000, 1680-1600 dan 968-966 cm-1 yang merepresentasikan perbedaan komposisi dan jenis asam lemak pada sampel lemak babi dan minyak ikan tuna. Pola serapan pada bilangan gelombang 3007 dan 1653 cm-1 (ikatan rangkap C=C cis) untuk sampel minyak ikan tuna menunjukkan puncak yang relatif tinggi jika dibandingkan dengan sampel lemak babi karena persentase asam lemak MUFA (asam oleat) pada minyak ikan tuna jauh lebih tinggi. 
FORMULASI DAN KARAKTERISASI NANOEMULSI EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SEMANGGI (Marsilea crenata C. Presl.) : FORMULATION AND CHARACTERIZATION OF 70% ETHANOL EXTRACT NANOEMULSION OF SEMANGGI (Marsilea crenata C. Presl.) LEAVES Burhan Ma'arif; Rani Azzahara; Fahrul Rizki; Arief Suryadinata; Abdul Wafi; Novia Maulina; Hajar Sugihantoro
Medical Sains : Jurnal Ilmiah Kefarmasian Vol 8 No 2 (2023)
Publisher : Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37874/ms.v8i2.731

Abstract

Marsilea crenata C. Presl. mengandung fitoestrogen yang memiliki struktur atau fungsi seperti estrogen, sehingga berpotensi untuk digunakan sebagai neuroprotektor pada kondisi defisiensi estrogen. Namun, ada masalah yang mungkin timbul dari obat-obatan yang berasal dari bahan alam, salah satunya adalah kelarutan dan permeabilitas yang buruk. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan M. crenata dalam formulasi nanoemulsi sehingga dapat menjaga stabilitasnya. M. crenata diformulasikan menjadi dua formula kemudian dilakukan karakterisasi. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa kedua formula nanoemulsi memenuhi parameter yang meliputi nilai ukuran partikel, indeks polidispersitas, persen transmitan, sifat organoleptik, tipe nanoemulsi, dan pH. Hasil uji stabilitas menunjukkan adanya perubahan organoleptik pada formula B4 (75 ppm) dan B5 (100 ppm) serta terjadi penurunan pH pada semua formula. Formula nanoemulsi terbaik diperoleh dari formula A4 (75 ppm) yang ditandai dengan hasil karakterisasi yang memenuhi parameter sediaan nanoemulsi yang baik. Kata kunci : M.crenata, nanoemulsi, formulasi, karakterisasi.
FORMULASI DAN KARAKTERISASI NANOEMULSI EKSTRAK ETANOL 70% DAUN SEMANGGI (Marsilea crenata C. Presl.) : FORMULATION AND CHARACTERIZATION OF 70% ETHANOL EXTRACT NANOEMULSION OF SEMANGGI (Marsilea crenata C. Presl.) LEAVES Burhan Ma'arif; Rani Azzahara; Fahrul Rizki; Arief Suryadinata; Abdul Wafi; Novia Maulina; Hajar Sugihantoro
Medical Sains : Jurnal Ilmiah Kefarmasian Vol 8 No 2 (2023)
Publisher : Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37874/ms.v8i2.731

Abstract

Marsilea crenata C. Presl. mengandung fitoestrogen yang memiliki struktur atau fungsi seperti estrogen, sehingga berpotensi untuk digunakan sebagai neuroprotektor pada kondisi defisiensi estrogen. Namun, ada masalah yang mungkin timbul dari obat-obatan yang berasal dari bahan alam, salah satunya adalah kelarutan dan permeabilitas yang buruk. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan M. crenata dalam formulasi nanoemulsi sehingga dapat menjaga stabilitasnya. M. crenata diformulasikan menjadi dua formula kemudian dilakukan karakterisasi. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa kedua formula nanoemulsi memenuhi parameter yang meliputi nilai ukuran partikel, indeks polidispersitas, persen transmitan, sifat organoleptik, tipe nanoemulsi, dan pH. Hasil uji stabilitas menunjukkan adanya perubahan organoleptik pada formula B4 (75 ppm) dan B5 (100 ppm) serta terjadi penurunan pH pada semua formula. Formula nanoemulsi terbaik diperoleh dari formula A4 (75 ppm) yang ditandai dengan hasil karakterisasi yang memenuhi parameter sediaan nanoemulsi yang baik. Kata kunci : M.crenata, nanoemulsi, formulasi, karakterisasi.
Spectrophotometric Methods for the Determination of Caffeine in Beverages Use Solvent Extraction Techniques and Adsorption of Activated Carbon Edy Agustian Yazid; Abdul Wafi; Agustin Eka Wulandari
Journal of Tropical Pharmacy and Chemistry Vol. 5 No. 4 (2021): J. Trop. Pharm. Chem.
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia, 75117, Gedung Administrasi Fakultas Farmasi Jl. Penajam, Kampus UNMUL Gunung Kelua, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25026/jtpc.v5i4.308

Abstract

Kafein memiliki kegunaan terapeutik yang luas, banyak digunakan di bidang farmasi sebagai analgesik, dan mengurangi demam. Kafein juga banyak ditambahkan sebagai zat penyedap pada minuman ringan seperti coca cola dan minuman energi. Konsumsi kafein yang berlebihan atau dalam jangka panjang dapat berdampak negatif bagi kesehatan. Kandungan kafein dalam minuman bervariasi menurut mereknya, dari 10 hingga 50 mg per porsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah kafein dalam minuman berkarbonasi dan minuman energi dengan menggunakan teknik ekstraksi pelarut kloroform dan teknik adsorpsi karbon aktif. Kadar kafein dalam minuman dianalisis dengan metode spektrofotometri menggunakan panjang gelombang maksimum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah kafein dengan teknik ekstraksi pada minuman coca cola adalah (31,39 ± 0,528 mg / saji), pepsi biru (27,93 ± 0,159 mg / sajian), banteng merah (39. 79 ± 0,233 mg / porsi), dan macan kumbang (43,37 ± 0,860 mg / porsi). Teknik adsorpsi yang diperoleh pada minuman coca cola adalah (32,07 ± 0,164 mg / saji), pepsi biru (27,42 ± 0,174 mg / saji), banteng merah (31,35 ± 0,132 mg / saji), dan macan kumbang (33,83 ± 0,205 mg / saji) . Pada minuman coca cola, diperoleh hasil terbaik mendekati nilai sebenarnya seperti yang tertera pada label. Sedangkan untuk ketiga jenis minuman lainnya, jumlah kafein yang didapat lebih rendah dari yang diharapkan, dan masih di bawah batas maksimal yang diperbolehkan. Dari dua teknik yang diteliti, teknik ekstraksi masih memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan teknik adsorpsi. dan macan kumbang (33,83 ± 0,205 mg / porsi). Pada minuman coca cola, diperoleh hasil terbaik mendekati nilai sebenarnya seperti yang tertera pada label. Sedangkan untuk ketiga jenis minuman lainnya, jumlah kafein yang didapat lebih rendah dari yang diharapkan, dan masih di bawah batas maksimal yang diperbolehkan. Dari dua teknik yang diteliti, teknik ekstraksi masih memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan teknik adsorpsi. dan macan kumbang (33,83 ± 0,205 mg / porsi). Pada minuman coca cola, diperoleh hasil terbaik mendekati nilai sebenarnya seperti yang tertera pada label. Sedangkan untuk ketiga jenis minuman lainnya, jumlah kafein yang didapat lebih rendah dari yang diharapkan, dan masih di bawah batas maksimal yang diperbolehkan. Dari dua teknik yang diteliti, teknik ekstraksi masih memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan teknik adsorpsi. Kata kunci : Kafein, Minuman, Ekstraksi, Adsorpsi, Spektrofotometri