Penilaian buku ajar cukup penting dilaksanakan sebelum buku ajar tersebut digunakan sebagai alat pembelajaran. Karena buku ajar sebagai wahana penunjang dan pelaksanaan kurikulum, juga sebagai sumber informasi penyebar ilmu atau memasyarakatkan ilmu. Untuk melakukan penilaian terhadap buku ajar, terutama mengukur tingkat keterbacaan wacana, tentu saja guru perlu memiliki kompetensi dan performansi yang memadai di bidang tersebut. Dalam kenyataannya terlihat kesan bahwa konsep keterbacaan belum sepenuhnya dipahami oleh sebagian orang, termasuk oleh guru bahasa Indonesia. Masalah utama yang akan diteliti adalah Analisis Keterbacaan Wacana Buku Ajar Bahasa Indonesia SMP Menggunakan Formula Fry. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan Analisis Keterbacaan Wacana Buku Ajar Bahasa Indonesia SMP Menggunakan Formula Fry. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik observasi. Yaitu pengamatan langsung pada data wacana yang akan dijadikan bahan penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah buku ajar yang berupa Buku Sekolah Elektronik (BSE) mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kelas VII, VIII, dan IX yang diterbitkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2014. Masing-masing diteliti satu buku untuk setiap tingkat. Sampel dalam penelitian ini adalah 9 (sembilan) wacana, diambil tiga wacana setiap tingkat, yaitu di awal, di tengah, dan di akhir buku. Hasil analisis keterbacaan wacana pada wacana kelas VII, menunjukkan bahwa wacana tersebut cocok digunakan untuk siswa kelas 7, Hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan (grafik fry) yang jatuh pada wilayah kelas 7. Hasil analisis keterbacaan wacana pada wacana kelas VIII, menunjukkan bahwa 2 teks yang diteliti yaitu teks 4 dan 5 tidak cocok digunakan untuk siswa kelas 8, dan hanya teks 6 saja yang cocok digunakan untuk kelas 8. Hasil analisis keterbacaan wacana pada wacana kelas IX, menunjukkan bahwa teks cocok digunakan untuk siswa kelas 9.