Aliun, Fatimah Wahab
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Perawatan luka terhadap pencegahan infeksi pada tali pusat di Klinik Barokah Medika Nurhayati, Nurhayati; Aliun, Fatimah Wahab; Suharti, Sri
JOURNAL OF Qualitative Health Research & Case Studies Reports Vol 4 No 1 (2024): July Edition 2024
Publisher : Published by: Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerjasama dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/quilt.v4i1.458

Abstract

Background: Umbilical cord wound care is carried out as an act of caring for and cleaning the umbilical cord, as well as preventing infection in the baby's umbilical cord and speeding up the healing of wounds left by cutting the umbilical cord. Providing nursing in the form of education to mothers about how to properly care for the umbilical cord can prevent infection in newborns according to independent nursing practice service standards. Purpose: to prevent tetanus in newborn babies, so that the umbilical cord Method: Case study research on nursing care for newborns uses descriptive observational methods. This research was conducted at the Barokah Medika Clinic, independent practice nurse Dr. Siroojudin, SP. Og. which is located in Sumberejo village, Kemiling Bandar Lampung District on February 20 2023. The intervention carried out was in the form of providing education on care and prevention of infection in the baby's umbilical cord to two mothers who had 4 day old babies. Results: The results of the baby's examination, Mrs. S and Mrs. A, when making his first visit to the Barokah Medika clinic on February 20 2023 at 10.00 WIB, was stated to be in general condition and within normal limits with good general condition examination results, compensatory awareness, N = 116 x/m, RR= 45 x/m, and S=36.5◦ C. Based on the stages of baby umbilical cord care that have been carried out, the baby's mother only observes and tries to understand the explanation that has been given. So he said he would apply it himself when he got home and felt lucky because he had increased knowledge in umbilical cord care. Conclusion: Improper care for umbilical cord wounds in babies will result in infection which can result in death. Basically, umbilical cord infections can be prevented by carrying out good and correct umbilical cord care, namely using the principles of dry and clean care. Suggestion: nurses can provide complete information about how to care for umbilical cord wounds in mothers who have newborn babies properly and correctly to prevent infections in babies. Apart from that, it is important for mothers of babies to know how to care for umbilical cord wounds so that mothers can do it independently without having to feel awkward, afraid and worried about making mistakes in carrying out umbilical cord care.                                                 Keywords: Infection; Umbilical Cord; Wound Care.   Pendahuluan: Perawatan luka tali pusat dilakukan sebagai tindakan merawat dan membersihkan tali pusat, serta mencegah terjadinya infeksi pada tali pusat bayi dan mempercepat penyembuhan luka bekas pemotongan tali pusat. Menyediakan keperawatan berupa edukasi kepada ibu tentang cara merawat tali pusat yang benar dapat mencegah infeksi pada bayi baru lahir sesuai standar pelayanan praktik mandiri keperawatan. Tujuan: untuk mencegah penyakit tetanus pada bayi baru lahir, sehingga tali pusat tetap bersih,kuman tidak masuk sehingga tidak terjadi infeksi pada tali pusat bayi. Metode: Penelitian studi kasus asuhan keperawatan pada bayi baru lahir menggunakan metode deskriptif observasional. Penelitian ini dilakukan di Klinik Barokah Medika perawat praktik mandiri Dr. Siroojudin, SP. Og. yang terletak di desa Sumberejo, Kecamatan Kemiling Bandar Lampung pada tanggal 20 Februari 2023. Intervensi yang dilakukan berupa pemberian edukasi perawatan dan pencegahan infeksi pada tali pusat bayi pada Ny. S dan Ny. A yang memiliki bayi umur 4 hari. Hasil: Hasil pemeriksaan bayi Ny. S dan Ny. A pada saat melakukan kunjungan pertama di klinik Barokah Medika pada tanggal 20 Februari 2023 pukul 10.00 WIB dinyatakan dalam keadaan umum dan batas normal dengan hasil pemeriksaan keadaan umum baik, kesadaran komposmenti, N = 116 x/m, RR= 45 x/m, dan S=36.5◦ C. Berdasarkan tahapan perawatan tali pusat bayi yang telah dilakukan, ibu bayi hanya mengamati dan mencoba memahami penjelasan yang telah berikan. Sehingga mengatakan akan mengaplikasikannya sendiri jika sudah sampai di rumah dan merasa beruntung karena bertambah ilmu dalam perawatan tali pusat. Simpulan: Perawatan luka tali pusat pada bayi tidak tepat akan mengakibatkan infeksi yang dapat mengakibatkan kematian. Infeksi tali pusat pada dasarnya dapat dicegah dengan melakukan perawatan tali pusat yang baik dan benar, yaitu dengan prinsip perawatan kering dan bersih. Saran: perawat dapat memberikan informasi yang lengkap tentang cara merawat luka tali pusat pada ibu yang memiliki bayi baru lahir dengan baik dan benar sebagai pencegahan infeksi pada bayi. Selain itu, penting bagi ibu bayi untuk mengetahui cara perawatan luka tali pusat sehingga ibu dapat melakukannya secara mandiri tanpa harus ada rasa canggung, takut, dan khawatir akan mengalami kesalahan dalam melakukan perawatan tali pusat.   Kata Kunci: Infeksi; Perawatan Luka; Tali Pusat.
Efektivitas teknik relaksasi progresif terhadap nyeri luka episiotomi pada ibu post partum Aliun, Fatimah Wahab; Yunitasari, Eva; Fitri, Feni Elda
THE JOURNAL OF Mother and Child Health  Concerns Vol. 4 No. 1 (2024): June Edition 2024
Publisher : Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerjasama dengan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/mchc.v4i1.456

Abstract

Background: Every woman experiences different levels of postpartum pain, with different pain thresholds. The results of an episiotomy, which is performed to prevent spontaneous perineal tears and accelerate labor, can cause postpartum pain. Purpose: To determine how progressive relaxation techniques affect maternal pain after an episiotomy at the Barokah Medika Clinic. Method: This study was conducted experimentally using a pre-experimental research method. The Barokah Medika Clinic received 56 respondents with episiotomy wounds. Total sampling was used, so the sample consisted of 56 people who answered. In this study, the instrument used was the MC Gill observation sheet used to transmit the pain response shown by mothers who experienced episiotomy wounds. Results: Data processing of the analysis test using the Wilcoxone Test, which produced a p value of 0.000 indicating that there was a difference in the pain scale between the pre-test and post-test. Conclusion: The progressive relaxation method successfully reduced pain levels and had a positive impact on multidimensional quality of life, including increased sleep quantity and quality, reduced physical restlessness, the mother's ability to be more independent in activities, social relationships, and sexual life in accordance with the postpartum phase.   Keywords: Episiotomy Pain; Post Partum; Progressive Relaxation.   Pendahuluan: Setiap wanita mengalami nyeri pasca persalinan yang berbeda tingkatnya, dengan rentang ambang nyeri yang berbeda. Hasil dari episiotomi, yang dilakukan untuk mencegah robekan spontan perineum dan mempercepat kelahiran, dapat menyebabkan nyeri postpartum. Tujuan: Untuk mengetahui bagaimana teknik relaksasi progresif berdampak pada nyeri ibu pasca episiotomi di Klinik Barokah Medika. Metode: Penelitian ini dilakukan secara eksperimental menggunakan metode penelitian pre-eksperimenal. Klinik Barokah Medika menerima 56 responden dengan luka episiotomi. Sampling total digunakan, jadi sampelnya terdiri dari 56 orang yang menjawab. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan menggunakan lembar observasi MC Gill digunakan untuk mengevaluasi respons nyeri yang ditunjukkan oleh ibu yang mengalami luka episiotomi. Hasil: Pengolahan data uji analisis menggunakan Uji Wilcoxone, yang menghasilkan nilai p 0.000 menunjukkan bahwa ada perbedaan dalam skala nyeri antara tes sebelum dan setelah tes. Simpulan: Metode relakasi progresif berhasil mengurangi tingkat nyeri dan berdampak positif pada kualitas hidup muldimensi, yang mencakup peningkatan kuantitas dan kualitas tidur, pengurangan pembatasan fisik, kemampuan ibu untuk lebih mandiri dalam aktivitas, hubungan sosial, dan kehidupan seksual yang sesuai dengan fase masa nifas.   Kata Kunci: Episiotomy Pain; Post Partum; Progressive Relaxation.
Edukasi perawatan kaki sebagai upaya pencegahan luka pada penderita diabetes melitus Marliyana, Marliyana; Filsabila, Azahra; Nurhayati, Nurhayati; Yunitasari, Eva; Fitri, Feni Elda; Aliun, Fatimah Wahab
JOURNAL OF Public Health Concerns Vol. 4 No. 2 (2024): JOURNAL OF Public Health Concerns
Publisher : Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerja sama dengan: Unit Penelitian dan Pengabdian Kep Akademi Keperawatan Baitul Hikmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/phc.v4i2.453

Abstract

Background: Management of diabetes mellitus requires not only pharmacological treatment, but also family assistance. To prevent wounds and improve the quality of life of people with diabetes mellitus, the role of the family is very important in diabetic foot care. Purpose: To provide education about foot care as an effort to prevent diabetic wounds. Method: Using a one-group pre-post-test quasi-experimental design with foot care education intervention. The NAFF (Nottingham Assessment of Functional Footcare) questionnaire was used as an instrument to measure foot care behavior. Results: Showing that after being given foot care education, all 20 respondents behaved positively with the majority of respondents aged 50-60 years as many as 10 (50.0%) and the Wilcoxon bivariate test to see the difference in foot care behavior of respondents before and after the intervention was given a pValue = 0.000. Conclusion: Foot care education has a very good impact on the foot care behavior of diabetic patients as an effort to prevent wounds.   Keywords: Diabetic Wound Prevention Behavior; Foot Care; Wound Care Education   Pendahuluan: Penanganan diabetes melitus tidak hanya memerlukan pengobatan farmakologi, tetapi juga bantuan keluarga. Untuk mencegah luka dan meningkatkan kualitas hidup penderita diabetes melitus, peran keluarga sangat penting dalam perawatan kaki diabetik. Tujuan: Memberikan edukasi tentang perawatan kaki sebagai upaya mencegah luka diabetik. Metode: Menggunakan disain quasi eksperimen pre-post-test satu kelompok dengan intervensi pendidikan perawatan kaki. Kuesioner NAFF (Nottingham Assessment of Functional Footcare) digunakan sebagai instrumen untuk mengukur perilaku perawatan kaki. Hasil: Menunjukkan bahwa setelah diberikan edukasi perawatan kaki seluruh responden 20 orang berperilaku positif dengan mayoritas responden berusia 50-60 tahun sebanyak 10 (50.0%) dan uji bivariat wilcoxon test untuk melihat perbedaan perilaku perawatan kaki responden sebelum dan setelah diberikan intervensi mendapatkan nilai pValue = 0.000. Simpulan: Edukasi perawatan kaki memberikan dampak yang sangat baik terhadap perilaku perawatan kaki penderita diabetik sebagai upaya pencegahan luka.
Pengaruh terapi wudhu dan murottal Al-Qur’an terhadap kecemasan siswa dalam menghadapi ujian Yunitasari, Eva; Aliun, Fatimah Wahab; Oktarosada, Dwi
JOURNAL OF Public Health Concerns Vol. 5 No. 1 (2025): JOURNAL OF Public Health Concerns
Publisher : Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerja sama dengan: Unit Penelitian dan Pengabdian Kep Akademi Keperawatan Baitul Hikmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/phc.v5i1.758

Abstract

Background: Anxiety is an emotional response to an individual's perspective that is subjective and has no known cause. The global prevalence of anxiety in the world is 3.6 Psychological problems that are often experienced by students, namely fear of failure, getting bad grades and not being able to do exams, are included in their own burdens that cause levels of anxiety. Action or therapy is needed to minimize the incidence of anxiety. Non-pharmacological therapy as an alternative and solution, including hydrotherapy therapy, namely ablution techniques and also murottal Al-Qur'an. Purpose: To identify the effect of ablution and murottal Al-Qur'an on changes in students' anxiety in facing exams. Method: Pre-experimental research with one group design, pre-test and post-test design. The population in this study were all students of class XII of Al Ihya Islamic Boarding School Kalirejo Lampung Tengah in the 2022/2023 academic year, totaling 110 people consisting of 3 classes. Using random sampling technique, 30 students were selected as respondents. The intervention variables in this study were ablution therapy and Al-Quran recitation, while the dependent variable was anxiety. The instrument used in this study was the Visual Analog Scale for Anxiety (VAS-A). Data were processed using statistical tests using paired T-tests. Results: The level of anxiety of respondents before ablution and murottal Al-Qur'an therapy was in the range of 12-41 and after ablution and murottal Al-Qur'an therapy was in the range of 8-28. While the average value of the level of anxiety of respondents before ablution and murottal Al-Qur'an therapy was at a score of 30.83 and after ablution and murottal Al-Qur'an therapy was at a score of 17.80. For the standard deviation value of the level of anxiety of respondents before ablution and murottal Al-Qur'an therapy was at a score of 6.41 and after ablution and murottal Al-Qur'an therapy was at a score of 5.77. Based on the normality test, the value of the level of anxiety of respondents before ablution and murottal Al-Qur'an therapy was 0.117 and after ablution and murottal Al-Qur'an therapy was 0.247. Meanwhile, based on the T-paired test between the level of anxiety of respondents before and after ablution therapy and Al-Qur'an recitation, the value was 13.03 and p-value = 0.001. Conclusion: Ablution therapy and Al-Quran recitation have a significant effect in reducing students' anxiety levels in facing exams. Providing ablution therapy and Al-Quran recitation to reduce anxiety is very effective when done in a duration of 15-30 minutes and can be done at any time to control anxiety.   Suggestion: As an alternative solution, schools or educational institutions can implement ablution therapy and listen to the recitation of the Al-Quran to control the mental state of students who experience anxiety. Keywords: Ablution therapy; Al-Quran recitation; Anxiety Pendahuluan: Kecemasan merupakan respon emosional terhadap perspektif individu yang bersifat subjektif dan tidak diketahui penyebabnya. Prevalensi global kejadian kecemasan di dunia adalah sebanyak 3.6 Masalah psikologis yang sering dialami siswa yaitu takut gagal, mendapat nilai jelek dan tidak bisa mengerjakan ujian adalah termasuk beban tersendiri yang menimbulkan tingkat rasa kecemasan. Tindakan atau terapi sangat diperlukan untuk meminimalkan kejadian kecemasan. Terapi nonfarmakologis sebagai alternatif dan solusi, diantaranya  dengan terapi hidroterapi yaitu teknik wudhu dan juga murottal Al-Qur’an. Tujuan: Untuk mengidentifikasi pengaruh wudhu dan murottal Al-Qur’an terhadap perubahan kecemasan siswa/siswi dalam menghadapi ujian. Metode: Penelitian pre-eksperimen dengan rancangan one group design, pre-test dan post-test design. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa/siswi kelas XII pondok pesantren Al  Ihya Kalirejo Lampung Tengah tahun ajar 2022/2023 sebanyak 110 orang yang terdiri dari  3 kelas. Dengan teknik random sampling mendapatkan sebanyak 30 siswa/siswi untuk menjadi responden. Variabel intervensi dalam penelitian ini yaitu terapi wudhu dan murottal Al-Qur’an, sedangkan variabel dependennya yaitu kecemasan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Visual Analog Scale for Anxiety (VAS-A). Data diolah dengan Uji statistik menggunakan T-test berpasangan atau paired T test. Hasil: Tingkat kecemasan responden sebelum terapi wudhu dan murottal Al-Qur’an dalam rentang skor 12-41 dan sesudah terapi wudhu dan murottal Al-Qur’an dalam rentang skor 8-28. Sedangkan nilai rata-rata tingkat kecemasan responden sebelum terapi wudhu dan murottal Al-Qur’an berada di skor 30.83 dan sesudah terapi wudhu dan murottal Al-Qur’an berada di skor 17.80.  Untuk nilai standar deviasi tingkat kecemasan responden sebelum terapi wudhu dan murottal Al-Qur’an berada di skor 6.41 dan sesudah terapi wudhu dan murottal Al-Qur’an berada di skor 5.77. Berdasarkan uji normalitas mendapatkan nilai tingkat kecemasan responden sebelum terapi wudhu dan murottal Al-Qur’an sebesar 0.117 dan sesudah terapi wudhu dan murottal Al-Qur’an sebesar 0.247.  Sedangkan berdasarkan uji T-paired test antara tingkat kecemasan responden sebelum terhadap sesudah terapi wudhu dan murottal Al-Qur’an mendapatkan nilai 13.03 dan p-value=0.001. Simpulan: Terapi wudhu dan murottal Al-Qur’an memberikan pengaruh yang signifikan dalam menurunkan tingkat kecemasan siswa/siswi dalam menghadapi ujian. Pemberian terapi wudhu dan murottal Al-Qur’an untuk menurunkan kecemasan sangat efektif di lakukan dalam durasi 15 – 30 menit dan dapat dilakukan kapanpun untuk mengendalikan rasa kecemasan. Saran: Sebagai solusi alternatif pada pihak sekolah atau lembaga pendidikan dapat menerapkan terapi wudhu dan mendengarkan murottal Al-Qur’an untuk mengendalikan mental siswa/siswi yang mengalami kecemasan
Edukasi latihan kombinasi pliometrik dan peregangan terisolasi aktif untuk meningkatkan fleksibilitas otot tubuh Raminda, Santri; Fadhail, Maulana Ahsan; Aliun, Fatimah Wahab; Kurniawan, Ryanda Masri; Zulfikar, Zulfikar
JOURNAL of Public Health Concerns Vol. 5 No. 4 (2025): JOURNAL of Public Health Concerns
Publisher : Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerja sama dengan: Unit Penelitian dan Pengabdian Kep Akademi Keperawatan Baitul Hikmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/phc.v5i4.997

Abstract

Background: Flexibility is an important component of daily activities. Physical activity, including movements involving jumping, can stimulate the brain and increase blood flow to the brain, which in turn can support cognitive function and help slow memory decline. Active and repetitive muscle stretching for short durations, while plyometrics involve explosive movements to increase strength and agility. Physical exercises such as plyometrics can increase circulating BDNF concentrations, thereby inducing brain plasticity and cognitive enhancement. Physical exercise may support the release of neurotransmitters and neurotrophins in an activity-dependent manner. Increasing flexibility will reduce pain, and increase range of motion without causing excessive strain or injury. Purpose: Providing knowledge about maintaining flexibility of body muscle movement with a combination of plyometric exercises and active isolation stretching. Method: This activity was carried out at the Siger Physio Way Halim Bandar Lampung Clinic in January 2025. With quota sampling, 22 teenagers were selected as respondents. Participants were given instructions by instructors in doing the exercises and then carried out direct practice. Active isolated stretching actions are by holding each stretching movement for 2-3 seconds and repeated up to 8 times, then performing plyometric movements in the form of jumping in place, box jumps and high jumps. Results: Found that the majority of respondents were aged 18-22 years, namely 11 (50.0%). While the profession of the type of sport pursued was football as many as 8 (36.4%), Badminton as many as 4 (18.2%), Basketball as many as 6 (27.2%), and athletics as many as 4 (18.2%). Getting the respondent's jump distance in the pre-test with a mean value of 34.2 cm and a standard deviation of ± 5.66, while in the post-test with a mean value of 37.4 and a standard deviation of ± 4.92. Conclusion: Providing education and training in combination of active isolated stretching with plyometrics is quite effective and can improve understanding in maintaining body muscle flexibility and avoiding the risk of injury. Suggestion: It is expected to conduct further research and develop research with more specific factors to provide knowledge of the importance of carrying out muscle stretching actions as an effort to maintain flexibility and avoid the risk of injury. Keywords: Combination exercise; Flexibility; Muscle stretching; Risk of injury Pendahuluan: Fleksibilitas merupakan komponen yang penting dalam beraktivitas sehari-hari. Aktivitas fisik, termasuk gerakan yang melibatkan melompat, dapat merangsang otak dan meningkatkan aliran darah ke otak, yang pada gilirannya dapat mendukung fungsi kognitif dan membantu memperlambat penurunan daya ingat. Peregangan otot secara aktif dan berulang dengan durasi singkat, sementara pliometrik melibatkan gerakan eksplosif untuk meningkatkan kekuatan dan kelincahan. Latihan fisik seperti plyometric dapat meningkatkan konsentrasi BDNF dalam sirkulasi, sehingga menginduksi plastisitas otak dan peningkatan kognitif. Latihan fisik mungkin mendukung pelepasan neurotransmiter dan neurotropin dengan cara yang bergantung pada aktivitas. Dengan meningkatnya fleksibilitas akan mengurangi nyeri, dan meningkatkan jangkauan gerak tanpa menyebabkan ketegangan berlebihan atau cedera. Tujuan: Memberikan pengetahuan tentang menjaga fleksibilitas gerak otot tubuh dengan latihan kombinasi pliometrik dan peregangan isolasi aktif. Metode: Kegiatan ini dilaksanakan di Klinik Siger Fisio Way Halim Bandar lampung pada bulan Januari 2025. Dengan quota sampling mendapatkan 22 remaja yang menjadi responden. Para peserta diberikan petunjuk dengan instruktur dalam melakukan latihan dan selanjutnya melakukan praktik langsung. Tindakan peregangan terisolasi aktif yaitu dengan menahan setiap gerakan peregangan selama 2-3 detik dan diulangi hingga 8 kali, selanjutnya melakukan gerakan pliometrik berupa lompat di tempat, lompat kotak dan lompat tinggi. Hasil: Mendapatkan bahwa usia responden sebagian besar di usia 18 – 22 tahun yaitu sebanyak 11(50.0%). Sedangkan profesi jenis olah raga yang ditekuni adalah sepak bola sebanyak 8 (36.4%), Bulutangkis sebanyak 4(18.2%), Bola basket sebanyak 6(27.2%), dan atletik sebanyak 4(18.2%). Mendapatkan jarak lompatan responden pada pre-test dengan nilai mean 34.2 cm dan standar deviasi ±5.66, sedangkan pada post-test dengan nilai mean 37.4 dan standar deviasi ±4.92. Simpulan: Pemberian edukasi dan latihan kombinasi peregangan terisolasi aktif dengan pliometrik cukup efektif dan dapat meningkatkan pemahaman dalam menjaga fleksibilitas otot tubuh dan menghindari risiko cedera. Saran: Diharapkan untuk dilakukan penelitian lanjutan dan mengembangkan penelitian dengan faktor yang lebih spesifik untuk memberikan pengetahuan pentingnya melakukan tindakan peregangan otot sebagai upaya menjaga fleksibilitas dan menghindari risiko cedera.