Aquartuti tri Darmayanti
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mamba’ul Ulum Surakarta

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Faktor Risiko Terjadinya Sindrom Burnout pada Perawat di Berbagai Jenis Pelayanan Rina Tri Handayani; Yesi Ihdina Fityatal Hasanah; Ahmad Zamani; Aquartuti tri Darmayanti; Aris Widiyanto; Joko Tri Atmojo
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Vol 13 No 3 (2023): Jurnal Ilmiah Permas: jurnal Ilmiah STIKES Kendal: Juli 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32583/pskm.v13i3.1259

Abstract

Burnout adalah sindrom tiga dimensi yang terjadi pada tenaga profesional yang bekerja untuk publik, seperti profesional kesehatan. Penelitian melaporkan bahwa burnout meningkatkan jumlah kesalahan di tempat kerja, mengurangi kualitas dan keamanan perawatan, dan tingkat cuti sakit yang dapat berakibat pada penelantaran profesi. Tinjauan sistematis bertujuan memberikan informasi faktor resiko burnout  pada perawat berdasarkan jenis layanan dan spesialisasi keperawatan yang berbega, hal ini berguna untuk mendeteksi dan mengetahui apakah faktor penyebab burnout itu dipengaruhi oleh jenis layanan dan keilmuan seorang perawat atau ada faktor konsisten yang akan menjadi pemicu burnout di semua jenis layanan keperawatan. Metode penelitian pada artikel ini adalah Systematic Review, Artikel dicari melalui basis data sejak Maret – Juli 2022 melalui database  PUBMED, Science direct, dan Google Scholar. Tidak ada upaya dari penulis untuk mencari secara spesifik artikel-artikel yang tidak terpublikasi. Kata kunci yang digunakan antara lain: “burnout” yang dikombinasikan dengan “"Nurses"[Mesh]” AND “cardiology”, “neurology”, “dialysis”, “oncology”, “obstetric and gynecology”, “psychiatri”). Hasil yang didapat adalah 9 artikel yang memenuhi syarat kualitatif yang memberikan informasi faktor pe nyebab burnout pada perawat. Sebagian besar perawat dilaporkan memiliki tingkat kelelahan emosional dan depersonalisasi yang tinggi, bersama dengan prestasi atau pencapaian pribadi yang rendah. Mayoritas faktor resiko adalah variabel sosiodemografi tertentu (usia, jenis kelamin), variabel pekerjaan (kepuasan kerja dan durasi hari / jam kerja). 
Pengaruh Akreditasi Rumah Sakit terhadap Angka Kematian, Lama Rawat, dan Kunjungan Ulang Karmadi Karmadi; Anita Dewi Lieskusumastuti; Isnani Nurhayati; Aquartuti tri Darmayanti; Aris Widiyanto; Joko Tri Atmojo
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Vol 13 No 3 (2023): Jurnal Ilmiah Permas: jurnal Ilmiah STIKES Kendal: Juli 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32583/pskm.v13i3.1260

Abstract

Akreditasi merupakan strategi tertua dan paling umum digunakan sebagai alat penilaian kualitas eksternal dalam perawatan kesehatan. Bertujuan memfasilitasi perubahan organisasi, meningkatkan kualitas layanan, dan berusaha membuat pelayanan rumah sakit memiliki standar Namun, kewajiban akreditasi ataupun re-akreditasi membuat membuat beberapa pelayanan kepada pasien sangat rawan terganggu. Oleh karena itu, tujuan tinjauan sistematis ini adalah untuk memberikan analisis kualitatif tentang pengaruh program akreditasi rumah sakit terhadap kualitas pelayanan kesehatan dengan indicator angka kematian, lama rawat inap, dan kunjungan ulang pasien. Tinjauan sistematis ini dilakukan dengan mencari artikel melalui basis data PUBMED dan Google Scholar. Sejak Mei-Juli 2022. Kata kunci yang digunakan adalah "Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organizations"[Mesh] AND “hospitals accreditation” AND “hospitals accreditation AND quality service” AND “hospitals accreditation  AND Quality care” AND “akreditasi rumah sakit DAN kualitas pelayanan”. Terdapat 10 artikel yang memenuhi kriteria inklusi, 5 artikel menyimpulkan bahwa akreditasi memberikan efek positif dalam peningkatan kualitas pelayanan rumah sakit yang ditandai dengan penurunan angka kematian, penurunan lama rawat inap, dan kunjungan ulang dalam 30 hari yang cukup rendah. Namun, 4 artikel menyatakan tidak ada perbedaan antara akreditasi dan kualitas pelayanan. 1 artikel melaporkan angka kematian yang lebih tinggi pada rumah sakit terakreditasi. Akreditasi masih memiliki pengaruh yang postif terhadap peningkatan kualitas pelayanan pada indicator angka kematian, lama rawat inap, dan kunjungan ulang.
Memahami Uji Klinis Paxlovid untuk Covid-19 Meliana Novitasari; Kiki Puspitasary; Nova Rahma Widyaningrum; Aquartuti Tri Darmayanti; Aris Widiyanto; Ahmad Syauqi Mubarok; Joko Tri Atmojo
Jurnal Farmasetis Vol 12 No 3 (2023): Jurnal Farmasetis: Agustus 2023
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32583/far.v12i3.1250

Abstract

Pada 17 Maret 2022 Perserikatan Bangsa-Bangsa mendukung dan menandatangani perjanjian dengan 35 produsen obat generik di Eropa, Asia, dan Amerika agar memproduksi Paxlovid untuk pengobatan COVID-19. Indonesia telah bersiap untuk menerima paxlovid sebagai alternatif treatment COVID-19. Namun, informasi tentang paxlovid dan uji klinis yang telah dilakukannya belum banyak tersedia dalam bahasa Indonesia. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan tinjauan sistematis guna memberikan informasi dan pandangan tentang penggunaan paxlovid dalam terapi COVID-19 agar berguna bagi teman sejawat farmasi dalam mengetahui perkembangan pengobatan dan antivirus COVID-19. Metode penelitian ini adalah Artikel dicari melalui basis data sejak Januari – Juli 2022 . Melalui database  PUBMED, Science direct, dan Google Scholar. Kata kunci yang digunakan adalah "Nirmatlevir AND COVID-19” AND “Ritonavir AND COVID-19” "Paxlovid AND COVID-19”. Populasi dalam hal ini adalah pasien terinfeksi COVID-19 dari hasil real time PCR. Design studi yang digunakan adalah clinical trial. Data yang telah tersaring disajikan dalam tabel alur sesuai denan item PRISMA. Hasil yang didapat adalah terdapat 8 artikel yang memenuhi syarat kualitatif untuk dibahas. 5 artikel menyimpulkan bahwa paxlovid memiliki keunggulan dalam treatment COVID-19. 2 artikel menyimpulkan bahwa paxlovid tidak lebih signifikan dari arbitol. Sedangkan 1 artikel menyimpulkan tidak ada perbedaan dalam efek treatment antara kelompok paxlovid dan kelompok control. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Paxlovid menjanjikan efek pengobatan karena terbukti gabungan nirmatlevir dan ritonavir dapat memblokir SARS-CoV-2 Mpro, sehingga tidak bisa mengikat poliprotein, hal itu membuat virus tidak bisa membuat protein fungsional apa pun. Meski demikian penggunaan paxlovid masih bersifat darurat dan masih perlu uji klinis lebih lanjut bila ingin digunakan dalam jangka panjang.