Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PERBANDINGAN MARSHALL PROPERTIES MENGGUNAKAN AGREGAT CAMPURAN UNTUK LAPISAN AC-WC Gunawan Tarigan
Prosiding Seminar Nasional Teknik UISU (SEMNASTEK) SEMNASTEK UISU 2021
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Islam Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (723.522 KB)

Abstract

Agregat buatan mempunyai tekstur bersegi dan saling mengunci pada campuran beton aspal sehingga mampu memikul tekanan yang lebih besar jika dibandingkan dengan agreget alam yang umumnya mempunyai tekstur permukaan yang lebih halus dan licin. Percobaan dilaksanakan dengan menggunakan 100 % agragat buatan dan selanjutnya campuran menggunakan 5% agregat alam dan 95% agregat buatan. Penambahan agregat alam dilanjutkan dengan perbedaan 5% sampai batas penggunaan agregat alam yang direncanakan sebesar 20%. Gradasi agregat yang digunakan adalah gradasi IV untuk spesifikasi pembuatan AC-WC. Pada tahapan pertama pengujian diperoleh KAO (kadar aspal optimum) sebesar 5,2 % dan selanjutnya digunakan untuk bermacam variasi campuran agregat. Hasil yang diperoleh menunjukkan penurunan stabilitas seiring dengan bertambahnya proporsi agregat alam dalam campuran
PENGARUH TEMPERATUR PEMADATAN TERHADAP MARSHALL PROPERTIES Gunawan Tarigan
Buletin Utama Teknik Vol 14, No 1 (2018): Edisi September
Publisher : Universitas Islam Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Temperatur campuran hot mix merupakan faktor penting pada pelaksanaan pemadatan lapisan perkerasan lentur terutama Laston AC-WC yang merupakan salah satu jenis lapis permukaan yang umum digunakan, yang terdiri dari campuran aspal keras, filler dan agregat bergradasi menerus, yang dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu yang telah ditentukan. Temperatur hot mix di AMP diproduksi dengan temperature lebih kurang 155 0C untuk selanjutnya dibawa ke lapangan dengan menggunakan dump truck yang ditutup terpal untuk menjaga kehilangan temperature atau kehujanan. Pemadatan pertama dilakukan pada temperature (125-145) 0C, pemadatan kedua pada temperature (100-125) 0C dan pemadatan akhir dengan temperature 95 0C. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium dengan tahapan sebagai berikut. Bagian pertama adalah pemeriksaan bahan-bahan campuran berupa agregat dan aspal serta mempersiapkan Job Mix Formula sesuai dengan yang disyaratkan pada pembuatan campuran AC-WC. Pada bagian pertama ini diperoleh bahwa kadar aspal optimum (KAO) yang diperoleh adalah 5,7 %. Selanjutnya percobaan dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu mempersiapkan bahan campuran secukupnya dengan kadar aspal 5,7% dengan variasi temperature pemadatan benda uji Marshall sebesar 50, 70, 90, 110, 130 0C dengan tujuan untuk melihat pengaruhnya terhadap Marshall Properties. Dari hasil penelitian diperoleh nilai Density semakin besar yang berarti semakin tinggi suhu pemadatan campuran semakin rapat;VMA (Void in Mineral Agreggate) semakin rendah yang berarti rongga udara diantara mineral agregat, VFA (Void Filled with Asphalt)  semakin besar yang berarti prosentase besarnya rongga yang dapat terisi oleh aspal semakin besar , VIM (Void In the Mix) semakin kecil yang berarti prosentase rongga dalam campuran total semakin kecil , Stabilitas semakin tinggi  yang berarti kekuatan lapis perkerasan dalam memikul beban lalu lintas, flow semakin besar yang berarti campuran lebih lentur dalam menerima beban, Marshall Quotient merupakan indikator kekakuan dan fleksibilitas tidak terpengaruh.
PENGARUH PERBEDAAN NILAI ABSORBSI DALAM CAMPURAN ASPAL BETON Gunawan Tarigan
Buletin Utama Teknik Vol 15, No 1 (2019): Edisi September
Publisher : Universitas Islam Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Absorsi merupakan penyerapan air oleh campuran. Absorsi dalam campuran tidak boleh besar hal ini untuk meminimalkan potensi stripping atau pelemahan ikatan antar aspal dengan agregatnya. Oleh karena itu nilai absorsi dibatasi maksimal 3% untuk agregat yang akan digunakan untuk lapisan permukaan dengan bahan pengikat aspal. Agregat yang diuji pada penelitian ini berasal dari tiga quarry yaitu quarry Selayang, Sibiru-biru dan Namorambe (Armed) di mana menurut pengamatan staf dari PT Adhi Karya bahwa material dari ketiga quarry ini perlu diteliti karena mempunyai karakter material yang berbeda. Setelah diadakan pengamatan secara umum hasil penelitian ini menunjukkan bahwa agregat yang memiliki butiran yang lebih kasar mempunyai nilai absorbsi yang lebih tinggi  di mana nilai absorbsi untuk quarry Selayang 1,416% , Sibiru-biru 2,037% dan Namorambe 3,072. Analisa Marshall menunjukkan bahwa rongga dalam mineral agregat (VMA) dan rongga dalam campuran (VIM) dalam Campuran Laston lapis aus (AC-WC) cenderung naik pada quarry Selayang yang menyebabkan rongga dalam agregat semakin kecil dan naik lagi pada quarry Sibiru-Biru dan Namorambe yang menyebabkan rongga dalam agregat semakin besar. Stabilitas cenderung naik  pada quarry Selayang  menurun pada quarry Sibiru-Biru dan menurun kembali pada quarry Namorambe. Hal ini diakibatkan pengaruh berbedaan absorbsi semakin meningkatkan VMA dan VIM serta menurunkan kepadatan. Flow cenderung meningkat pada quarry Selayang dan menurun pada quarry Sibiru-Biru dan quarry Namorabe mengakibatkan campuran semakin elastis. Marshall Quotient (MQ) cenderung meningkat pada quarry Selayang dan quarry Sibiru-Biru, mengakibatkan campuran semakin mendekati kekakuan. Stabilitas untuk quarry Selayang 1037 kg, Sibiru-Biru 988,64 dan Namorambe 848,64 kg.Kata-Kata  Kunci : Marshall Test, Absorbsi, Agregat, Quarry
ANALISIS PERBANDINGAN KUAT LEKAT TULANGAN POLOS DENGAN TULANGAN BERULIR Gunawan Tarigan
Buletin Utama Teknik Vol 13, No 2 (2018): Edisi Januari
Publisher : Universitas Islam Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu percobaan yang dapat dilakukan untuk mengetahui perilaku dari sifat– sifat monolit balok terhadap material tarik lainnya adalah melalui percobaan tarik (pull out test). Melalui percobaan ini, tulangan beton yang sudah ditanamkan ke dalam beton dengan bentuk serta ciri-ciri yang telah ditentukan akan ditarik dengan kecepatan konstan sampai beton tersebut pecah atau tercabut baja tulangannya. Oleh karena itu nantinya diharapkan diperoleh nilai–nilai perilaku beton seperti kuat lekat baja tulangan terhadap beton. Melalui percobaan tarik (pull out test) ini pula kita dapat membandingkan kuat lekat baja tulangan ulir yang umumnya dipergunakan dalam proyek besar terhadap kuat lekat tulangan polos yang umumnya dipergunakan dalam proyek skala kecil. Dengan demikian, dapat diketahui dan dibuktikan secara empiris bahwa nilai kuat lekat baja tulangan ulir adalah jauh lebih besar dari pada kuat lekat tulangan polos untuk material dan campuran beton yang sama. 
PERBANDINGAN KEKUATAN LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANG YANG DICOR SECARA BERLAPIS DENGAN MUTU BERBEDA Gunawan Tarigan
Buletin Utama Teknik Vol 14, No 2 (2019): Edisi Januari
Publisher : Universitas Islam Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Disebabkan oleh tidak berperannya beton di daerah tarik pada perhitungan kekuatan batas suatu balok dalam perhitungan secara teoritis, maka bagaimana hal tersebut pengaruhnya terhadap lenturan dan kekuatan runtuh beton jika fungsi balok  yang berada di daerah tarik diganti dengan mutu beton yang lebih rendah dari mutu beton di daerah tekan. Sering terlihat di lapangan suatu balok beton bertulang yang dicor dengan volume yang besar dan pengawasan yang ketat akan memerlukan biaya operasional yang besar pada pelaksanaan di lapangan. Atas dasar pertimbangan-pertimbangan praktis dan ekonomis di lapangan dilakukan suatu metode, bagaimana jika balok beton bertulang dibuat secara berlapis dengan mutu yang berbeda. Untuk itu dilakukan suatu pengujian di laboratorium struktur beton. Pada penelitian ini diuji 2 (dua) buah balok beton bertulang dengan dimensi dan penulangan yang sama hanya dibedakan mutu beton yang digunakan berbeda yaitu :1.      Balok 1 dicor secara berlapis dimana beton mutu tinggi dicor pada daerah tekan dan beton mutu rendah dicor pada daerah tarik.2.      Balok 2 dicor seluruhnya dengan mutu beton yang tinggi.Hasil pengujian menunjukkan bahwa kegagalan balok pada balok 1 dan balok 2 tidak jauh berbeda. Maka untuk daerah tarik mutu beton bisa diganti dengan mutu beton yang lebih rendah dari mutu beton daerah tekan.