Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Lactate/Albumin Ratio as a Predictor of Mortality in Patients with Sepsis and Septic Shock: A Meta-Analysis Study Baihaqi, Fahri Ahmad; Delarosa, Dinda Olinda; Ramadhan, Rezki
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia Vol. 9, No. 3
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Introduction. The lactate/albumin ratio is an inflammatory biomarker that has been widely used and suggested as a predictor of mortality in patients with sepsis and septic shock. However, the results are inconsistent. This meta-analysis aimed to evaluate the prognostic value of lactate/albumin ratio as a predictor of mortality in patients with sepsis and septic shock.Methods. The study protocol was registered with PROSPERO (CRD42021286242). A literature search was performed using PubMed, Ovid EMBASE, Ovid MEDLINE, SCOPUS, and Web of Sciences to find all studies evaluating the association between lactate/albumin ratio and mortality in patients with sepsis and septic shock. Meta-analysis was performed to synthesize the overall Standardized Mean Difference (SMD) of the lactate/albumin ratio and the pooled Odds Ratio (OR) for mortality with 95% confidence intervals (95% CI). Heterogeneity was assessed using I2. Publication bias was assessed quantitatively with Egger’s test. Analysis was performed using Stata version 16.Results. Seven studies (n=10,264 patients) were included in the meta-analysis. The meta-analysis results showed that non-survivor had a higher lactate/albumin ratio than survivor (random-effects model; SMD 1.47; 95% CI 0,91-2,04; p <0.001). Higher lactate/albumin ratio was associated with an increased mortality in sepsis and septic shock patients (fixed-effects model; OR 1.49 (95% CI 1.37-1.62); p <0.001).Conclusions. High lactate/albumin ratio was associated with mortality in sepsis and septic shock patients. Thus, lactate/albumin ratio can be used as a predictor biomarker in predicting mortality for sepsis and septic shock patients.
Blockchain Technology for Cashless Investments and Transactions in Digital Era With SWOT Approach Yusup, Muhamad; Sukmawati, Eva; Ramadhan, Rezki; Suhaepi, Muhamad Iip; Zebua, Selamat; Amallia, Naila
Blockchain Frontier Technology Vol. 2 No. 1 (2022): Blockchain Frontier Technology
Publisher : IAIC Bangun Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34306/bfront.v2i1.91

Abstract

One of the most visible information technologies in today's digital age is transaction and investment technology, where users or the public are facilitated in transactions by no longer using cash. Users also feel safer because they do not need to carry cash. Moreover, the current digital era makes it easy for users or the public to invest anywhere and anytime without disrupting other businesses. Blockchain technology can be used as an alternative to non-payment transactions or commonly known as cashless transactions. Blockchain technology can also be used as an investment in electronic money. The methodology used to provide an overview and evaluate the benefits of blockchain as an alternative to digital payment and investment activities in the cryptocurrency industry uses a SWOT approach. Based on the SWOT approach that has been taken, it can be concluded that with internationally recognized safeguards of confidentiality and the ease of conducting investment transactions and activities without payment, the Weaknesses and threats can be controlled for more investors to enter the world of electronic money.
Pengaruh Ketebalan Media Fermentasi Ampas Tahu dan Padat Tebar terhadap Pertumbuhan Cacing Sutra (Tubifex sp.) Ramadhan, Rezki; Nuraini, Nuraini; Aryani, Netti; Heltonika, Benny
Jurnal Intek Akuakultur Vol. 7 No. 1 (2023): Intek Akuakultur
Publisher : Program Studi Budidaya Perairan Universitas Maritim Raja Ali Haji

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Budidaya cacing sutra masih sangat minim, karena masih rendahnya hasil kulturnya.  Menggunakan media kultur yang tepat dibutuhkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ketebalan media fermentasi dan padat tebar yang berbeda terhadap populasi, biomassa dan panjang cacing sutra (Tubifex sp.) yang dikultur pada media fermentasi ampas tahu, dilakukan 12 Februari – 9 April 2021 di Laboratorium Pembenihan dan Pemuliaan Ikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap pola faktorial (RAL) dengan dua faktor. Faktor pertama ketebalan media dengan tiga taraf masing-masing 1 cm, 1,5 cm, dan 2 cm. Faktor kedua padat tebar dengan empat taraf masing-masing 10g, 15g, 20g dan 25g, selain itu ada media kontrol (K) berupa lumpur kolam, sehingga diperoleh 15 taraf perlakuan. Setiap perlakuan menggunakan 3 kali ulangan. Hasil menunjukkan bahwa pertumbuhan optimal populasi cacing 9971±72,84 individu, pertumbuhan biomassa 77.56±1,05 g, pertambahan panjang 2.60±0,09 cm (P12, kultur cacing sutra menggunakan media fermentasi ampas tahu dengan ketebalan 2,0 cm dan padat tebar 20 g), sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan P1 kultur cacing sutra menggunakan media lumpur kolam dengan ketebalan 2,0 cm padat tebar 10 gram). Berdasarkan hasil uji Analisis Variansi (ANAVA) faktor ketebalan media dan padat tebar, serta kombinasi kedua faktor memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan populasi (individu), biomassa (gram) dan panjang (cm) cacing sutera (Tubifex sp.) (P < 0,05). esimpulan penelitian ini adalah dengan media fermentasi ampas tahu 2 cm dan padat tebar 20 g merupakan titik optimum kultur cacing sutra. Budidaya cacing sutra masih sangat minim, karena masih rendahnya hasil kulturnya.  Menggunakan media kultur yang tepat dibutuhkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ketebalan media fermentasi dan padat tebar yang berbeda terhadap populasi, biomassa dan panjang cacing sutra (Tubifex sp.) yang dikultur pada media fermentasi ampas tahu, dilakukan 12 Februari – 9 April 2021 di Laboratorium Pembenihan dan Pemuliaan Ikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap pola faktorial (RAL) dengan dua faktor. Faktor pertama ketebalan media dengan tiga taraf masing-masing 1 cm, 1,5 cm, dan 2 cm. Faktor kedua padat tebar dengan empat taraf masing-masing 10g, 15g, 20g dan 25g, selain itu ada media kontrol (K) berupa lumpur kolam, sehingga diperoleh 15 taraf perlakuan. Setiap perlakuan menggunakan 3 kali ulangan. Hasil menunjukkan bahwa pertumbuhan optimal populasi cacing 9971±72,84 individu, pertumbuhan biomassa 77.56±1,05 g, pertambahan panjang 2.60±0,09 cm (P12, kultur cacing sutra menggunakan media fermentasi ampas tahu dengan ketebalan 2,0 cm dan padat tebar 20 g), sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan P1 kultur cacing sutra menggunakan media lumpur kolam dengan ketebalan 2,0 cm padat tebar 10 gram). Berdasarkan hasil uji Analisis Variansi (ANAVA) faktor ketebalan media dan padat tebar, serta kombinasi kedua faktor memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan populasi (individu), biomassa (gram) dan panjang (cm) cacing sutera (Tubifex sp.) (P < 0,05). esimpulan penelitian ini adalah dengan media fermentasi ampas tahu 2 cm dan padat tebar 20 g merupakan titik optimum kultur cacing sutra. Budidaya cacing sutra masih sangat minim, karena masih rendahnya hasil kulturnya.  Menggunakan media kultur yang tepat dibutuhkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ketebalan media fermentasi dan padat tebar yang berbeda terhadap populasi, biomassa dan panjang cacing sutra (Tubifex sp.) yang dikultur pada media fermentasi ampas tahu, dilakukan 12 Februari – 9 April 2021 di Laboratorium Pembenihan dan Pemuliaan Ikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap pola faktorial (RAL) dengan dua faktor. Faktor pertama ketebalan media dengan tiga taraf masing-masing 1 cm, 1,5 cm, dan 2 cm. Faktor kedua padat tebar dengan empat taraf masing-masing 10g, 15g, 20g dan 25g, selain itu ada media kontrol (K) berupa lumpur kolam, sehingga diperoleh 15 taraf perlakuan. Setiap perlakuan menggunakan 3 kali ulangan. Hasil menunjukkan bahwa pertumbuhan optimal populasi cacing 9971±72,84 individu, pertumbuhan biomassa 77.56±1,05 g, pertambahan panjang 2.60±0,09 cm (P12, kultur cacing sutra menggunakan media fermentasi ampas tahu dengan ketebalan 2,0 cm dan padat tebar 20 g), sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan P1 kultur cacing sutra menggunakan media lumpur kolam dengan ketebalan 2,0 cm padat tebar 10 gram). Berdasarkan hasil uji Analisis Variansi (ANAVA) faktor ketebalan media dan padat tebar, serta kombinasi kedua faktor memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan populasi (individu), biomassa (gram) dan panjang (cm) cacing sutera (Tubifex sp.) (P < 0,05). esimpulan penelitian ini adalah dengan media fermentasi ampas tahu 2 cm dan padat tebar 20 g merupakan titik optimum kultur cacing sutra.