Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Melo: Jurnal Studi Agama-agama

URGENSI HOSPITALITAS KRISTIANI DALAM MEWUJUDKAN MODERASI BERAGAMA DITENGAH MASYARAKAT MULTIKULTURAL Tembang, Setblon
Melo: Jurnal Studi Agama-agama Vol. 3 No. 2 (2023): Desember 2023
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Toraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34307/mjsaa.v3i2.138

Abstract

Abstract: This research is motivated by the rise of extreme religious attitudes and practices, which have an impact on the many conflicts between religious believers in multicultural societies. In response to this, efforts are needed to prevent conflict between religious communities by living a moderate lifestyle. Religious moderation is a balanced perspective, attitude, and religious practice. This research was conducted using a literature-based descriptive method. This research aims to offer efforts to realize religious moderation in a multicultural society based on Christian hospitality in John 4:1-30. The results of this research show that Jesus showed an example of practicing hospitality in realizing a moderate attitude in religion amidst the socio-religious disruption of Jews and Samaritans through dialogue. Jesus attempted reconciliation in the midst of the tense conflict between the Jews and Samaritans. This is a form of hospitality that reflects a moderate attitude in religion: enemies who become friends. Christian hospitality within the framework of religious moderation seeks to deny excessive fanaticism that leads to fundamentalism and radicalism but embraces differences and builds friendship. This is an important pillar in building unity and integrity in a multicultural society. Abstrak: Penelitian ini dilatarbelakangi oleh maraknya sikap dan praktek beragama yang ekstrim yang berdampak pada banyaknya konflik antar pemeluk agama dalam masyarakat multikultural. Merespon hal itu, dibutuhkan upaya untuk mencegah konflik antar umat beragama dengan cara hidup moderat. Moderasi beragama merupakan cara pandang, sikap dan praktek beragama yang seimbang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif berbasis literatur. Penelitian ini bertujuan untuk menawarkan upaya mewujudkan moderasi beragama di tengah masyarakat multikultural berdasarkan hospitalitas Kristiani dalam Yohanes 4:1-30. Adapun hasil penelitian ini yaitu Yesus menunjukkan keteladanan dalam mempraktekkan hospitalitas dalam mewujudkan sikap moderat dalam beragama di tengah disrupsi sosial-religi orang Yahudi dan Samaria melalui dialog. Yesus berupaya melakukan sebuah rekonsiliasi di tengah ketegangan konflik antara orang Yahudi-Samaria. Inilah bentuk hospitalitas yang merefleksikan sikap moderat dalam beragama, musuh yang menjadi sahabat.  Hospitalitas Kristiani dalam bingkai moderasi beragama berupaya menafikkan fanatisme berlebih yang mengarah pada fundamentalisme dan radikalisme, tetapi merangkul perbedaan dan membangun persahabatan. Hal inilah yang menjadi pilar penting dalam membangun persatuan dan kesatuan di tengah masyarakat multikultural.
Urgensi Kematangan Beragama Berdasarkan Lukas 10: 25-37 Dalam Membangun Sikap Moderat Di Tengah Masyarakat Multireligius: Tinjauan Psikologi Agama Tembang, Setblon; Lembang, Alfrida; Tembang, Deis
Melo: Jurnal Studi Agama-agama Vol. 5 No. 1 (2025): Juni 2025
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Toraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34307/mjsaa.v5i1.178

Abstract

Abstract : This study began with the author's concern about the increasing inter-religious conflict triggered by the growth of fundamentalist, radical, fanatical, and extreme behavior in practicing religion. Therefore, a moderate perspective, attitude, and religious practice are needed. To realize religious moderation, religious maturity is needed. This study uses a qualitative descriptive-interpretive approach based on literature studies and exegetical analysis of the Bible text. This study aims to describe the urgency of religious maturity as a logical consequence of the optimal function of religiosity in building a moderate attitude toward religion in the midst of a multireligious society through modeling religious maturity in Luke 10:25-37. The results of this study are that in Luke 10:25-37 there are two types of religion, namely the type of sick soul that is seen in the attitudes of the Imam and Levi and the type of healthy-minded religion that is seen in the Samaritan. The parable of the good Samaritan teaches that fellow human beings are not limited to those of the same religion or denomination, but include all people regardless of their identity. In the context of a multireligious society, the church needs to be a shared home that provides diaconal services for everyone, regardless of religion or denomination. Abstrak: Penelitian ini berangkat dari keresahan penulis terhadap meningkatnya konflik antarumat beragama yang dipicu oleh tumbuhnya perilaku fundamentalis, radikal, fanatik, dan ekstrem dalam menjalankan agama. Oleh karena itu, diperlukan cara pandang, sikap, dan praktik beragama yang moderat. Untuk mewujudkan moderasi beragama, diperlukan kematangan dalam beragama. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif-interpretatif yang didasarkan pada studi literatur dan analisis eksegetis terhadap teks Alkitab. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan urgensi kematangan beragama sebagai konsekuensi logis dari optimalnya fungsi religiositas dalam membangun sikap moderat dalam beragama di tengah masyarakat multireligius melalui permodelan pada kematangan beragama dalam Lukas 10:25-37. Adapun hasil penelitian ini yaitu dalam Lukas 10:25-37 terdapat dua tipe keagamaan yaitu tipe the sick soul  yang tampak pada sikap Imam dan Lewi dan tipe keagamaan the healty minded yang tampak pada orang Samaria. Perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati mengajarkan bahwa sesama manusia bukan terbatas pada yang seagama atau se-denominasi, melainkan mencakup semua orang tanpa memandang identitas. Dalam konteks masyarakat multireligius, gereja perlu menjadi rumah bersama yang memberikan pelayanan diakonia bagi semua orang, yang satu agama atau denominasi.
Urgensi Kematangan Beragama Berdasarkan Lukas 10: 25-37 Dalam Membangun Sikap Moderat Di Tengah Masyarakat Multireligius: Tinjauan Psikologi Agama Tembang, Setblon; Lembang, Alfrida; Tembang, Deis
Melo: Jurnal Studi Agama-agama Vol. 5 No. 1 (2025): Juni 2025
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Toraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34307/mjsaa.v5i1.178

Abstract

Abstract : This study began with the author's concern about the increasing inter-religious conflict triggered by the growth of fundamentalist, radical, fanatical, and extreme behavior in practicing religion. Therefore, a moderate perspective, attitude, and religious practice are needed. To realize religious moderation, religious maturity is needed. This study uses a qualitative descriptive-interpretive approach based on literature studies and exegetical analysis of the Bible text. This study aims to describe the urgency of religious maturity as a logical consequence of the optimal function of religiosity in building a moderate attitude toward religion in the midst of a multireligious society through modeling religious maturity in Luke 10:25-37. The results of this study are that in Luke 10:25-37 there are two types of religion, namely the type of sick soul that is seen in the attitudes of the Imam and Levi and the type of healthy-minded religion that is seen in the Samaritan. The parable of the good Samaritan teaches that fellow human beings are not limited to those of the same religion or denomination, but include all people regardless of their identity. In the context of a multireligious society, the church needs to be a shared home that provides diaconal services for everyone, regardless of religion or denomination. Abstrak: Penelitian ini berangkat dari keresahan penulis terhadap meningkatnya konflik antarumat beragama yang dipicu oleh tumbuhnya perilaku fundamentalis, radikal, fanatik, dan ekstrem dalam menjalankan agama. Oleh karena itu, diperlukan cara pandang, sikap, dan praktik beragama yang moderat. Untuk mewujudkan moderasi beragama, diperlukan kematangan dalam beragama. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif-interpretatif yang didasarkan pada studi literatur dan analisis eksegetis terhadap teks Alkitab. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan urgensi kematangan beragama sebagai konsekuensi logis dari optimalnya fungsi religiositas dalam membangun sikap moderat dalam beragama di tengah masyarakat multireligius melalui permodelan pada kematangan beragama dalam Lukas 10:25-37. Adapun hasil penelitian ini yaitu dalam Lukas 10:25-37 terdapat dua tipe keagamaan yaitu tipe the sick soul  yang tampak pada sikap Imam dan Lewi dan tipe keagamaan the healty minded yang tampak pada orang Samaria. Perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati mengajarkan bahwa sesama manusia bukan terbatas pada yang seagama atau se-denominasi, melainkan mencakup semua orang tanpa memandang identitas. Dalam konteks masyarakat multireligius, gereja perlu menjadi rumah bersama yang memberikan pelayanan diakonia bagi semua orang, yang satu agama atau denominasi.