Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENGGUNAAN ECO-ENZIM DENGAN DOSIS BERBEDA PADA TEKNOLOGI AKUAPONIK SEDERHANA UNTUK OPTIMALISASI PERTUMBUHAN IKAN NILA ORECHROMIS NILOTICUS Evita Sari Sikku; Nur Asia Umar; Erni Indrawati
Journal of Aquaculture and Environment Vol. 5 No. 2 (2023): Journal of Aquaculture and Enviroment Juni 2023
Publisher : Postgraduate Bosowa University Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/jae.v5i2.2284

Abstract

Ikan nila membutuhkan protein sekitar 20 – 60% dan optimum 30 – 36%. Metode pembuatan Eco-Enzyme adalah dengan memfermentasikan sisa bahan-bahan organik dalam kondisi an-aerob dengan bantuan organisme hidup yang berasal dari bahan organik tersebut. Tujuan penelitian untuk mengetahui dosis optimal Eco-enzim dalam budidaya ikan nila di sistem akuaponik dengan menggunakan media ember. Menganalisis perubahan kualitas air media budidaya. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri atas 4 perlakuan dengan masing-masing 3 ulangan. Adapun perlakuan yang diterapkan pada penelitian ini yaitu perlakuan A : Eco-enzyme 5 ml/L, perlakuan B : Eco-enzyme 10 ml/L, perlakuan C : Eco-enzyme 15 ml/L, perlakuan D : Kontrol (0). Hasilnya, dosis optimalisasi Eco-enzim yang terbaik dalam budidaya ikan nila di sistem akuaponik dengan menggunakan media ember yaitu 15 ml/L. Beberapa parameter kualitas air yang diamati yaitu suhu, DO, nitrat yang dapat ditolerir oleh organisme pemeliharaan Tilapia requires around 20-60% protein and an optimum of 30-36%. The process of producing Eco-Enzyme is to ferment the remaining organic materials under anaerobic conditions with the help of living organisms derived from these organic materials. The aim of the study was to determine the optimal dose of Eco-enzyme in tilapia aquaculture in an aquaponic system using bucket media. Analysis of changes in the water quality of the cultivation media. This study used a randomized block (RBD) design consisting of 4 treatments with 3 replicates each. The treatments used in this study were Treatment A: Eco-Enzyme 5 mL/L, Treatment B: Eco-Enzyme 10 mL/L, Treatment C: Eco-Enzyme 15 mL/L, Treatment D: Control (0). As a result, the best dose of eco-enzyme optimization in tilapia cultivation in an aquaponic system using a bucket medium is 15ml/L. Some of the water quality parameters observed were temperature, DO, nitrate that could be tolerated by the rearing organisms.
PEMANFAATAN ECO-ENZYME DALAM STABILISASI PH AIR MEDIA BUDIDAYA IKAN NILA OREOCHROMIS NILOTICUS DENGAN SISTEM TANPA PERGANTIAN AIR Mitra Mandasari; Erni Indrawati; Amal Aqmal
Journal of Aquaculture and Environment Vol. 5 No. 2 (2023): Journal of Aquaculture and Enviroment Juni 2023
Publisher : Postgraduate Bosowa University Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/jae.v5i2.2309

Abstract

Ikan Nila Oreochromis niloticus merupakan salah satu komoditas unggulan perikanan dengan tingkat permintaan pasar yang terus meningkat, baik didalam negeri maupun luar negeri. Sehingga produktivitasnya harus dipacu secara terus menerus. Namun perkembangan budidaya ikan nila O. niloticus dibatasi oleh keterbatasan lahan dan keterbatasan air. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah dalam penggunaan air dilakukan budidaya dengan sistem tanpa pergantian air. Kekurangan dari sistem ini yaitu terjadinya akumulasi limbah organik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh eco-enzyme dan menentukan dosis yang baik dalam stabilisasi pH air media budidaya ikan Nila O. niloticus. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2022 di Laboratorium Nutrisi Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Bosowa. Penelitian didesain dengan menggunakan rangcangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Perlakuan yang diujikan yaitu eco-enzyme dengan dosis 0 ml, 5 ml, 7 ml, 10 ml. Hasil dari penelitian ini menerangkan bahwa eco-enzyme dapat menstabilkan pH air media budidaya dengan menggunakan dosis 10 ml, dengan perubahan fluktuasi 0-0.1. Tilapia Oreochromis niloticu) is one of the leading fishery commodities with increasing market demand, both domestically and abroad. So that its productivity must be boosted continuously. However, the development of tilapia O. niloticus cultivation is limited by land and water constraints. Therefore, to overcome problems in water use, cultivation is carried out with a system without water changes. The disadvantage of this system is the accumulation of organic waste. This study aims to determine the effect of eco-enzyme and determine the best dose in stabilizing the pH of Tilapia (O. niloticus) aquaculture media. This research was conducted in September-October 2022 at the Nutrition Laboratory of the Aquaculture Study Program, Faculty of Agriculture, Bosowa University. The research was designed using a complete randomized design (CRD) consisting of 4 treatments, each treatment was repeated 3 times. The treatments tested were eco-enzyme with doses of 0 ml, 5 ml, 7 ml, 10 ml. The results of this study explain that eco-enzyme can stabilize the pH of cultivation media water by using a dose of 10 ml, with a change in fluctuations of 0-0.1.
SEBARAN ANGGUR LAUT CAULERPA LENTILLIFERA DI PERAIRAN KABUPATEN TAKALAR: Annisa Soenarto; Hadijah Hadijah; Erni Indrawati
Journal of Aquaculture and Environment Vol. 5 No. 2 (2023): Journal of Aquaculture and Enviroment Juni 2023
Publisher : Postgraduate Bosowa University Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/jae.v5i2.2516

Abstract

Anggur laut Caulerpa lentillifera termasuk spesies populer yang kaya akan mineral, vitamin, dan asam lemak, mengandung protein sebesar  12,49 %; lemak sebesar 0,86 % dalam 100 gr berat , serta senyawa bioaktif diantaranya sesquiterpenoid, diterpenoid, sitosterol dan caulerpenin yang berfungsi sebagai antikanker, antioksidatif, antidiabetes, membantu penurunan kolesterol dan mencegah penyakit kardiovaskular. Spesies rumput laut ini memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Anggur laut C. lentillifera memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi, hal ini karena rasanya menyerupai telur ikan caviar, sehingga dikenal sebagai “green caviar” atau biasa juga dikenal dengan bahasa lokal lawi-lawi bulaeng (Makassar), Latoh (Jawa). Saat ini harga di pasar lokal berkisar antara Rp 50.000 – Rp 280.000. Salah satu permasalahan yang dihadapi di dalam pengembangan anggur laut di Sulawesi Selatan adalah sampai saat ini belum diketahui dengan pasti lokasi sebaran anggur laut C. lentillifera selain di Perairan Puntondo Desa Punaga Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan, padahal informasi ini sangat penting sebagai data dasar untuk lokasi budidaya dan sekaligus penyediaan bibit anggur laut. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan data pola sebaran anggur laut C. lentillifera di perairan puntondo Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan.Hasil Penelitian ini diharapkan dapat membantu para pembudidaya anggur laut untuk menemukan sumber bibit yang dapat dikembangkan di daerah lain. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2022 sampai dengan  Oktober 2022 yang diawali dengan Menyusun jadwal, schedule riset dan survey lokasi. Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel pada beberapa titik tempat tumbuhnya anggur laut C. lentillifera di perairan Kabupaten Takalar. Sampel yang diambil berupa jenis-jenis Caulerpa yang tumbuh pada bingkai kuadrat berukuran 25x25 cm yang diletakkan pada garis transek di sepanjang pantai. Sampel substrat dan kualitas air berupa salinitas, pH, suhu, kecerahan, kecepatan arus dan kekeruhan diukur pada saat pengambilan sampel secara insitu. Lokasi pengambilan sampel ditetapkan sebanyak tiga (3) titik pengambilan sampel dimana Caulerpa tumbuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola sebaran C. lentillifera di Perairan Desa Puntondo Takalar Sulawesi Selatan berpola mengelompok dengan indeks Morisita sebesar 12 (nilai >1). Selanjutnya nilai penutupan relative sebesar 69% untuk C. lentillifera dan 31% untuk C. rasemosa.  Frekuensi penyebaran C. lentillifera ditemukan pada semua stasiun pengamatan sedangkan C. Rasemosa hanya ditemukan pada stasiun 1 dan 2 Sea grape Caulerpa lentillifera is a popular species rich in minerals, vitamins and fatty acids, containing 12.49% protein; fat of 0.86% in 100 gram weight, as well as bioactive compounds including sesquiterpenoids, diterpenoids, sitosterol and caulerpenin which function as anticancer, antioxidative, antidiabetic, help reduce cholesterol and prevent cardiovascular disease. This seaweed species has a fairly high economic value. C. lentillifera sea grape has a fairly high economic value, this is because it tastes like caviar fish eggs, so it is known as "green caviar" or commonly also known in the local language lawi-lawi bulaeng (Makassar), Latoh (Java). Currently the price in the local market ranges from IDR 50,000 – IDR 280,000. One of the problems encountered in the development of sea grapes in South Sulawesi is that until now it is not known with certainty the location of the distribution of C. lentillifera grapes other than in Puntondo Waters, Punaga Village, Takalar Regency, South Sulawesi, even though this information is very important as basic data for cultivation locations. and at the same time provision of sea grape seeds. This study aims to produce data on the distribution pattern of C. lentillifera sea grapes in Puntondo waters, Takalar Regency, South Sulawesi. The results of this study are expected to help sea grape cultivators find seed sources that can be developed in other areas. The research was carried out from August 2022 to October 2022 which began with compiling schedules, research schedules and site surveys. Furthermore, sampling was carried out at several points where the sea grape C. lentillifera grew in the waters of Takalar Regency. The samples taken were Caulerpa species growing in a 25x25 cm squared frame placed on the transect line along the coast. Substrate samples and water quality in the form of salinity, pH, temperature, brightness, current velocity and turbidity were measured during in-situ sampling. Sampling locations were determined as many as three (3) sampling points where Caulerpa grew. The results showed that the distribution pattern of C. lentillifera in the waters of Puntondo Takalar Village, South Sulawesi, was clustered with a Morisita index of 12 (value > 1). Furthermore, the relative closing values were 69% for C. lentillifera and 31% for C. racemosa. The distribution frequency of C. lentillifera was found at all observation stations, while C. racemosa was only found at stations 1 and 2.