Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Confirmation of Soil-Transmitted-Helminths Infection Prevalence by Kato-Katz Kit Diagnostic in Elementary School Children in West Martapura River Banks, South Kalimantan Indonesia Rifqoh, Rifqoh; Cahyono, Jujuk Anton; Kustiningsih, Yayuk
Tropical Health and Medical Research Vol. 5 No. 2 (2023): Tropical Health and Medical Research
Publisher : Baiman Bauntung Batuah Center

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35916/thmr.v5i1.90

Abstract

Soil-Transmitted Helminths (STH) infections are the most widespread neglected tropical diseases, primarily affecting morbidity in School Age Children (SAC). STH infection in SAC remains a public health problem in Martapura River Banks. Early and accurate STH detection is essential to determine an effective treatment for reducing morbidity. The Health Department recommends detecting STH infection by Kato Katz (KK) but in public health centers only by the direct method. This research objective is to confirm STH infection prevalence by Kato-Katz (KK) in elementary school children in West Martapura River Banks, South Kalimantan, Indonesia, against the direct method. The modified KK templates were developed from acrylic material. A total number of 253 children 7-12 years old in four West Martapura elementary schools were examined for STHs eggs using both microscopies modified KK against direct method by two trained laboratory technicians. STHs infection prevalence was 50 (19.76%), interpreted as low prevalence by direct and 78 (30.83%), moderate by KK. The concordance between both methods was significantly based on Cohen’s kappa (?=0.682). Even though the concordance of both methods was strong, the prevalence of STHs by modified KK was 30.08% higher than by Direct, which was only 20.33% positive. This study recommended using the KK for STHs diagnostic for prevalence measurement in low STHs infection.
Hubungan Kadar Magnesium dengan Tekanan Darah pada Lansia di Posyandu Lansia Aufa, Muna; Kustiningsih, Yayuk; Nurlailah, Nurlailah; Anton Cahyono, Jujuk
Jurnal Karya Generasi Sehat Vol. 1 No. 1 (2023): Edisi Desember 2023
Publisher : Poltekkes Kemenkes Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31964/jkgs.v1i1.22

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan kadar magnesium dengan tekanan darah pada lansia di posyandu lansia Puskesmas Sungai Ulin. Penelitian ini bersifat survei analitik dengan rancangan cross-sectional. Pemeriksaan kadar magnesium menggunakan metode colorimetric test. Hasil rata-rata pemeriksaan kadar magnesium adalah 1,59 mg/dL dengan nilai normal kadar magnesium adalah 1,6-3,0 mg/dL, sedangkan hasil pengukuran rata-rata tekanan darah sistolik adalah 142 mmHg dengan nilai normal 90-119 mmHg, dan rata-rata tekanan darah diastolik adalah 90 mmHg dengan nilai normal 60-79 mmHg. Hasil uji korelasi Spearman diketahui nilai signifikansi antara kadar magnesium dengan tekanan darah sistolik dan diastolik adalah (p)=0,000 dan 0,005 dengan kekuatan hubungan (r)= -0,644 dan -0,455. Kesimpulan penelitian ini adalah ada hubungan signifikan antara kadar magnesium dengan tekanan darah sistolik (p=0,000) dan diastolik (p=0,005) pada lansia di posyandu lansia Puskesmas Sungai Ulin. Peningkatan kadar magnesium diikuti dengan penurunan tekanan darah, dan sebaliknya penurunan kadar magnesium diikuti dengan peningkan tekanan darah.
Hubungan Lama Dan Frekuensi Minum Minuman Berenergi Dengan Kadar Kreatinin Darah Pada Sopir Bis Noer Salsabila, Erika Putri; Kustiningsih, Yayuk; Cahyono, Jujuk Anton; Thuraidah, Anny
Jurnal Karya Generasi Sehat Vol. 2 No. 1 (2024): Edisi Juni 2024
Publisher : Poltekkes Kemenkes Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31964/jkgs.v2i1.76

Abstract

Minuman berenergi merupakan minuman yang banyak dikonsumsi masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan performa, vitalitas, dan daya konsentrasi saat bekerja. Konsumsi minuman berenergi menyebabkan konsentrasi kreatinin dalam darah secara signifikan meningkat dan menyebabkan terjadinya gangguan fungsi ginjal. Kreatinin merupakan zat yang ideal untuk mengukur fungsi ginjal karena merupakan produk hasil metabolisme tubuh yang diproduksi secara konstan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara lama dan frekuensi konsumsi minuman berenergi dengan kadar kreatinin pada sopir bis Terminal Gambut. Penelitian ini bersifat survey analitik dengan rancangan cross-sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 responden. Hasil lama dan frekuensi konsumsi minuman berenergi berbanding lurus dengan kadar kreatinin. Pemeriksaan kadar kreatinin menggunakan Clinical Analyzer. Kadar kreatinin seluruh responden memiliki rentang nilai 0,6-1,3 mg/dl dengan rata-rata yaitu 0,99 mg/dl. Kesimpulan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lama dan frekuensi konsumsi minuman berenergi dengan kadar kreatinin darah pada sopir bis berdasarkn uji Spearman dengan hasil sig 0,000 (p<α). Disarankan penelitian selanjutnya agar melakukan perbandingan kadar kreatinin orang yang mengonsumsi minuman berenergi dengan kemasan sachet dan botol. Kata kunci: Kreatinin; Minuman Berenergi; Sopir Bis
PERBANDINGAN KADAR ALANINE AMINOTRANSFERASE BERDASARKAN FREKUENSI TRANSFUSI DARAH PASIEN TALASEMIA β MAYOR DI RSD BANJARBARU Rahmawati; Oktiyani, Neni; Kustiningsih, Yayuk; Cahyono, Jujuk Anton
Jurnal Karya Generasi Sehat Vol. 1 No. 1 (2023): Edisi Desember 2023
Publisher : Poltekkes Kemenkes Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31964/jkgs.v1i1.95

Abstract

Talasemia merupakan kelainan darah bawaan yang diakibatkan adanya gangguan sintesis hemoglobin di dalam sel darah merah yang mengharuskan mereka untuk mendapatkan transfusi secara rutin. Transfusi yang berulang-ulang dapat menyebabkan penumpukan zat besi dalam tubuh terutama organ hati, sehingga menyebabkan kadar Alanine Aminotransferase meningkat. Penelitian bertujuan mengetahui perbandingan kadar ALT berdasarkan frekuensi transfusi darah pada penderita talasemia β mayor di RSD Banjarbaru. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survei analitik. Teknik pengambilan menggunakan teknik accidental sampling. Hasil penelitian sebanyak 9 orang (30%) subjek penelitian memiliki kadar ALT diatas normal. Hasil pemeriksaan kadar ALT transfusi darah 2 minggu sekali kisaran 15-70 U/L, 3 minggu sekali kisaran 30-51 U/L, dan 4 minggu sekali kisaran 12-41 U/L. berdasarkan Uji One Way Anova didapatkan signifikansi (p = 0,044) yang berarti terdapat perbedaan bermakna paling tidak antar 2 kelompok. Kesimpulan ada perbedaan yang bermakna antara kadar ALT dengan frekuensi transfusi darah.
Perbandingan Kadar Aspartate Aminotransferase (AST) Berdasarkan Frekuensi Transfusi Darah Pada Pasien Talasemia Β Mayor Di Rumah Sakit Daerah Idaman Banjarbaru Rif'ah, Puteri Amalia; Oktiyani, Neni; Kustiningsih, Yayuk; Cahyono, Jujuk Anton
Jurnal Karya Generasi Sehat Vol. 2 No. 2 (2024): Edisi Desember 2024
Publisher : Poltekkes Kemenkes Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31964/jkgs.v2i2.88

Abstract

Transfusi darah rutin pada pasien talasemia menyebabkan terjadinya penumpukkan zat besi di berbagai organ, terutama hati dan jantung, menyebabkan kadar Aspartate aminotranasferase (AST) dapat meningkat. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbandingan kadar AST pasien talasemia berdasarkan frekuensi transfusi darah. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survei analitik. Subjek penelitian berjumlah 30 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling. Hasil penelitian memperlihatkan sebanyak 10 orang (33%) subjek penelitian memiliki kadar AST di atas normal, 7 orang diantaranya melakukan transfusi 2 minggu sekali dan 3 orang lainnya melakukan transfusi setiap 3 minggu sekali. Subjek penelitian yang melakukan transfusi setiap 4 minggu sekali seluruhnya memiliki kadar AST normal. Uji One Way Anova menunjukkan terdapat perbedaan bermakna paling tidak antar 2 kelompok (p = 0,043). Pada uji post hoc LSD menunjukkan terdapat perbedaan bermakna pada kelompok transfusi setiap 2 minggu sekali dan 4 minggu sekali (p = 0,013). Kata Kunci : Talasemia, aspartate aminotrasferase, AST, penumpukkan zat besi
Kato Katz against Floatation Technique Comparison for Intestinal Helminth Detection of Elementary School Children in Swamp Wetland Area, South Kalimantan, Indonesia Rifqoh, Rifqoh; Cahyono, Jujuk Anton; Kustiningsih, Yayuk
Medical Laboratory Technology Journal Vol. 10 No. 2 (2024): December
Publisher : Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Jurusan Analis Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31964/mltj.v10i2.620

Abstract

Intestinal helminth infections are the most widespread of the world's neglected tropical diseases, primarily affecting morbidity in school-age children. Early and accurate intestinal helminth detection is important to determine an effective treatment for reducing morbidity. This research objective is to compare intestinal worm infections in elementary school children in swampy wetland areas using the Kato-Katz method and Flotation techniques. Two hundred ninety-six elementary school children in Danau Panggang Swamp-wetland, 6-13 years old, were examined for intestinal helminth eggs in no-preservative feces using microscopies Kato Katz and Floatation. The result of Kato Katz was a total egg counting per gram feces of Ascaris lumbricoides 23-92/gr feces Trichuris trichiura 23-207/gr feces and Fasciolopsis buski 23-69/gr feces, while the results of Floatation only Ascaris lumbricoides 10-50/gr feces Trichuris trichiura 20-90/gr feces. The percentage of intestinal helminth infection by Kato Katz was 31,76% (94 samples), which is higher than by the Floatation was 25,34% (75 samples). The Wilcoxon statistical test obtained a significance value of 0.001, which shows p<α (α=0.05); there is a significant difference between the results of the quantitative examination of intestinal worm eggs between the Kato Katz and Floatation technique. It is recommended that Kato Katz's performance testing be continued compared to PCR methods and a wider sample area.
Hubungan Kadar Hemoglobin dengan Infeksi Kecacingan Soil Transmitted Helminth (STH) Pada Anak Sekolah Dasar di SDN Sungai Batang 1 Kabupaten Banjar Unnufus, Ihya; Rifqoh, Rifqoh; Muhlisin, Ahmad; Kustiningsih, Yayuk
Jaringan Laboratorium Medis Vol 6, No 1 (2024): May 2024
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/jlm.v6i1.10347

Abstract

Worm infections are still a problem in Indonesia, one of which is South Kalimantan Province. This infection often occurs in elementary school children whose activities are often related to soil. Soil Transmitted Helminth (STH) infection in children causes intestinal inflammation, malnutrition and blood loss causing hemoglobin levels to decrease resulting in anemia. This study aims to determine the relationship between hemoglobin levels and STH worm infections in elementary school children at SDN Sungai Batang 1, Banjar Regency. This type of research is an analytical survey with a cross-sectional design. The population of this study was children in grades 1-6 at SDN Sungai Batang 1, totaling 47 people. Sample determination was carried out using total sampling technique. Hemoglobin levels were obtained from the results of examining capillary blood specimens using the Point of Care Testing (POCT) method using the Easy-Touch-GCHb tool, units gr/dL. STH worm infection is obtained from the results of microscopic examination of worm eggs in fresh fecal specimens using the Kato-Katz method with Eggs Per Gram (EPG) units. The results showed that 11 of 47 (23.41%) children were positive for STH infection, namely 5 (10.64%) Ascaris lumbricoides, 5 (10.64%) Trichuris trichiura and 1 (2.13%) were infected with both, with a total of 24 eggs. -48 EPGs. Hemoglobin levels ranged from 11.1 to 14.8 g/dL (mean 13.1 g/dL). Hemogobin levels were less than normal (12.0 gr/dL) in 11 of 47 (23.41%) children and normal hemoglobin levels in 36 (76.59%) children. The results of the Spearman rank coefficient test showed p 0.001, it can be concluded that there is a significant relationship between hemoglobin levels and STH worm infections in elementary school children at SDN Sungai Batang 1, Banjar Regency. It is recommended for future researchers to analyze the relationship between STH infection and erythrocyte index.
PENYULUHAN DAN PELATIHAN PENCEGAHAN MALARIA SERTA DETEKSI DINI MALARIA DAN ANEMIA DENGAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA PEKERJA PROYEK PENGHIJAUAN DI KECAMATAN ARANIO KABUPATEN BANJAR Rifqoh, Rifqoh; Cahyono, Jujuk Anton; Kustiningsih, Yayuk
JURNAL RAKAT SEHAT (JRS) : Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 2 No 2 (2023): Jurnal Rakat Sehat: Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : UPPM Poltekkes Kemenkes Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31964/jrs.v2i2.53

Abstract

Malaria remains a problem in Indonesia and in the world with morbidity and mortality rates quite high, caused by Anopheles mosquitoes which carry the Plasmodium sp parasite. Malaria has an impact on reducing hemoglobin levels in the blood which causes anemia. Forest workers are vulnerable to malaria and anemia. Lack of knowledge can be a factor in increasing the incidence of malaria and anemia. This community service activity aims to increase knowledge about malaria, improve malaria prevention attitudes and behavior, detect malaria and anemia in workers by laboratory examination. Implementation methods include counseling, questionnaires, observations, and laboratory examinations for malaria detection by Rapid Diagnostic Test (RDT) and Microscopic technique, Determine hemoglobin (Hb) levels using Point of Care Testing (POCT) method as an indicator of anemia in blood specimens of 50 forest workers in Aranio District. The results of this activity increased the knowledge, attitudes, and behavior of respondents regarding malaria prevention to 100%, malaria laboratory examinations both RDT and microscopic results were 100% negative. The Hb levels obtained ranged from 8.4 gr/dl to 15.2 g/dl which 35 respondents (70%) were normal and 15 respondents (30%) were below normal or anemia. Another outcome was the formation of the community group “Kelaan Block and Prevent Malaria Transmission“. It is recommended for further community service to continue with other programs based on the Healthy Village concept to prevent and maintain malaria elimination status in the Aranio area that supports the realization of health transformation in Indonesia. Keywords: Counseling, Knowledge, Malaria, Anemia, Forest Workers
Correlation Between APTT and Anti-Tuberculosis Therapy Stages at Cempaka Health Center Thuraidah, Anny; Oktiyani, Neni; Nurlailah, Nurlailah; Kustiningsih, Yayuk; Meilinda, Intan
Tropical Health and Medical Research Vol. 7 No. 1 (2025): Tropical Health and Medical Research
Publisher : Baiman Bauntung Batuah Center

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35916/thmr.v7i1.126

Abstract

Tuberculosis (TB) is an infectious disease that is still a global health problem. TB treatment with anti-tuberculosis drugs can affect the hemostasis system, one of which is through changes in activated partial thromboplastin time (APTT). However, the relationship between APTT values ??and the phase of TB therapy is still not fully understood. This study aims to analyze the relationship between APTT values ??and the phase of TB therapy and patient characteristics, including age and gender. This study used a cross-sectional design with an accidental sampling technique involving 30 pulmonary TB patients undergoing anti-tuberculosis drug therapy at the Cempaka Health Center. APTT examination was performed using an automatic method with a normal value of 25–43 seconds. Statistical analysis used the Pearson correlation test for normally distributed data and the Spearman test for non-normally distributed data. The results showed that 63% of patients had normal APTT values ??(26.0–41.2 seconds; average 32.7 seconds), while 37% of patients experienced prolonged APTT (44.8–49.7 seconds; average 47.6 seconds). There was no significant relationship between APTT values ??and the TB therapy phase (p=0.165), age (p=0.249), and gender (p=0.630). There was no significant relationship between APTT values ??and TB therapy phase, age, and gender. However, these results indicate that some patients experience changes in the hemostasis system during TB therapy. This study suggests that monitoring APTT in TB patients undergoing anti-tuberculosis drug therapy is still needed to anticipate potential coagulation disorders. Further research with a larger sample size and control of nutritional factors and patient inflammation status is recommended to obtain a more comprehensive understanding of the effects of TB therapy on the hemostasis system.
Hubungan dan Cara Kerja Bahasa dengan Otak Manusia Wardhani, Amalia; Erwanto, Erwanto; Anggriani, Melda; Zuraida, Siti; Kustiningsih, Yayuk
JIS: Journal Islamic Studies Vol. 3 No. 1 (2025): January-Maret 2025
Publisher : Yayasan Pendidikan Tanggui Baimbaian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.71456/jis.v3i1.1223

Abstract

Otak berperan penting dalam proses berbahasa pada manusia, baik dalam mengolah informasi lisan maupun tulisan. Dalam informasi lisan, suara diproses di lobus temporal dan diteruskan ke Wernicke area yang akan diinterpretasikan. Jika tanggapan verbal diperlukan, interpretasi ini dikirim ke daerah Broca melalui fasciculus arkuata. Ini berbeda dengan informasi tertulis yang langsung diproses di korteks visual (lobus oksipital) sebelum diteruskan ke daerah Wernicke melalui girus sudut. Selain itu, belahan otak kirinya lebih besar dominan dalam fungsi bahasa. Gangguan pada belahan otak kiri bisa menyebabkan menurunnya kemampuan berbahasa. Sebaliknya, gangguan di sebelah kanan belahan bumi memiliki efek yang lebih besar pada kemampuan narasi dan inferensi. Artikel ini juga membahas tentang gangguan bicara yang terjadi akibat otak kerusakan, seperti afasia yang disebabkan oleh stroke.