Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PERBANDINGAN KADAR ALANINE AMINOTRANSFERASE BERDASARKAN FREKUENSI TRANSFUSI DARAH PASIEN TALASEMIA β MAYOR DI RSD BANJARBARU Rahmawati; Oktiyani, Neni; Kustiningsih, Yayuk; Cahyono, Jujuk Anton
Jurnal Karya Generasi Sehat Vol. 1 No. 1 (2023): Edisi Desember 2023
Publisher : Poltekkes Kemenkes Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31964/jkgs.v1i1.95

Abstract

Talasemia merupakan kelainan darah bawaan yang diakibatkan adanya gangguan sintesis hemoglobin di dalam sel darah merah yang mengharuskan mereka untuk mendapatkan transfusi secara rutin. Transfusi yang berulang-ulang dapat menyebabkan penumpukan zat besi dalam tubuh terutama organ hati, sehingga menyebabkan kadar Alanine Aminotransferase meningkat. Penelitian bertujuan mengetahui perbandingan kadar ALT berdasarkan frekuensi transfusi darah pada penderita talasemia β mayor di RSD Banjarbaru. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survei analitik. Teknik pengambilan menggunakan teknik accidental sampling. Hasil penelitian sebanyak 9 orang (30%) subjek penelitian memiliki kadar ALT diatas normal. Hasil pemeriksaan kadar ALT transfusi darah 2 minggu sekali kisaran 15-70 U/L, 3 minggu sekali kisaran 30-51 U/L, dan 4 minggu sekali kisaran 12-41 U/L. berdasarkan Uji One Way Anova didapatkan signifikansi (p = 0,044) yang berarti terdapat perbedaan bermakna paling tidak antar 2 kelompok. Kesimpulan ada perbedaan yang bermakna antara kadar ALT dengan frekuensi transfusi darah.
SERBUK STROBERI (Fragaria vesca L.) SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA KUALITAS SEDIAAN APUSAN DARAH TEPI METODE GIEMSA Amalia Putri, Nadia; Oktiyani, Neni; Muhlisin, Ahmad; Norsiah, Wahdah
Jurnal Karya Generasi Sehat Vol. 2 No. 1 (2024): Edisi Juni 2024
Publisher : Poltekkes Kemenkes Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31964/jkgs.v2i1.134

Abstract

Pemeriksaan sediaan apusan darah tepi bertujuan untuk mengamati morfologi sel eritrosit, leukosit dan trombosit. Giemsa adalah pewarna yang sering digunakan untuk mewarnai apusan darah. Pewarna Giemsa termasuk pewarnaan sintesis yang sulit terurai, harganya mahal dan tidak ramah lingkungan. Salah satu pewarna alami yaitu serbuk stroberi (Fragaria vesca L.) dapat digunakan sebagai pengganti eosin, karena memiliki zat antosianin yang memberikan pigmen warna merah, memiliki pH berkisar 5,0-6,0, murah dan ramah lingkungan. Tujuan penelitian ini yaitu membandingkan kualitas sediaan apusan darah tepi dengan pewarna Giemsa dan pewarna modifikasi Giemsa dari serbuk stroberi sebagai pengganti eosin. Jenis penelitian adalah Eksperimen dengan rancangan Post test with control group design. Darah yang diambil dari 16 Mahasiswa Poltekkes Kemekes Banjarmasin Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Semester 7, masing-masing darah dibuat 2 apusan, masing-masing apusan diwarnai dengan pewarna Giemsa (Standar) dan pewarna modifikasi Giemsa, sehingga jumlah keseluruhan ada 32 apusan darah yang diperiksa. Berdasarkan hasil penelitian terhadap morfologi sel eritrosit, leukosit dan trombosit pada darah normal menggunakan pewarna Giemsa memiliki hasil pewarnaan dengan kualitas baik memiliki persentase sebesar 95,6%. Sedangkan pada pewarnaan modifikasi Giemsa dengan kualiatas baik memiliki persentase 78,5% pada sel eritrosit, dan sel leukosit dari seluruh morfologi sel yang diamati. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan kualitas pewarnaan, didukung dengan uji statistik menggunakan Wilcoxon test didapatkan signifikasi sebesar 0,002 dimana p < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan bermakna antara sediaan apusan darah yang diwarnai dengan pewarna Giemsa (standar) dan pewarna modifikasi Giemsa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa serbuk stroberi dapat dijadikan sebagai pewarna alami pengganti eosin untuk pewarnaan sel eritrosit dan sel leukosit pada sediaan apusan darah tepi metode Giemsa.
Kualitas Pewarnaan Sediaan Apusan Darah Menggunakan Pewarna Buah Naga Pengencer Air Mineral Bermerek Metode Romanowsky Hidayah, Nurul; Muhlisin, Ahmad; Roebiakto, Erfan; Oktiyani, Neni
Jurnal Karya Generasi Sehat Vol. 2 No. 2 (2024): Edisi Desember 2024
Publisher : Poltekkes Kemenkes Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31964/jkgs.v2i2.75

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas pewarnaan sediaan apusan darah menggunakan pewarna buah naga pengencer air mineral bermerek metode Romanowsky. Jenis penelitian observasional laboratorium dengan rancangan comparative study. Berdasarkan uji Mann-Whitney tidak ada perbedaan kualitas antara zat warna Romanowsky pengencer buffer fosfat pH 6,8 (A) dan zat warna buah naga pengencer buffer fosfat pH 6,8 (B) signifikansi p=1,000. Berdasarkan uji Kruskal Wallis didapatkan signifikansi p=1,000 yang mana tidak ada perbedaan kualitas pewarnaan zat warna Romanowsky pengencer buffer fosfat pH 6,8 (A) dengan zat warna buah naga air mineral bermerek 1 (C), 2 (D), 3 (E), 4 (F) dan zat warna buah naga (B) dengan zat warna buah naga air mineral bermerek 1(C), 2(D), 3(E), 4(F). Persentase masing-masing kualitas pewarnaan didapatkan hasil sebesar 100%, 100%, 100%, 97%, 100%, 97%. Disimpulkan bahwa zat warna buah naga pengencer air mineral bermerek dapat digunakan sebagai alternatif pewarna Romanowsky dan pengencer buffer fosfat pH 6,8.
Perbandingan Kadar Aspartate Aminotransferase (AST) Berdasarkan Frekuensi Transfusi Darah Pada Pasien Talasemia Β Mayor Di Rumah Sakit Daerah Idaman Banjarbaru Rif'ah, Puteri Amalia; Oktiyani, Neni; Kustiningsih, Yayuk; Cahyono, Jujuk Anton
Jurnal Karya Generasi Sehat Vol. 2 No. 2 (2024): Edisi Desember 2024
Publisher : Poltekkes Kemenkes Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31964/jkgs.v2i2.88

Abstract

Transfusi darah rutin pada pasien talasemia menyebabkan terjadinya penumpukkan zat besi di berbagai organ, terutama hati dan jantung, menyebabkan kadar Aspartate aminotranasferase (AST) dapat meningkat. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbandingan kadar AST pasien talasemia berdasarkan frekuensi transfusi darah. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survei analitik. Subjek penelitian berjumlah 30 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling. Hasil penelitian memperlihatkan sebanyak 10 orang (33%) subjek penelitian memiliki kadar AST di atas normal, 7 orang diantaranya melakukan transfusi 2 minggu sekali dan 3 orang lainnya melakukan transfusi setiap 3 minggu sekali. Subjek penelitian yang melakukan transfusi setiap 4 minggu sekali seluruhnya memiliki kadar AST normal. Uji One Way Anova menunjukkan terdapat perbedaan bermakna paling tidak antar 2 kelompok (p = 0,043). Pada uji post hoc LSD menunjukkan terdapat perbedaan bermakna pada kelompok transfusi setiap 2 minggu sekali dan 4 minggu sekali (p = 0,013). Kata Kunci : Talasemia, aspartate aminotrasferase, AST, penumpukkan zat besi
Correlation Between APTT and Anti-Tuberculosis Therapy Stages at Cempaka Health Center Thuraidah, Anny; Oktiyani, Neni; Nurlailah, Nurlailah; Kustiningsih, Yayuk; Meilinda, Intan
Tropical Health and Medical Research Vol. 7 No. 1 (2025): Tropical Health and Medical Research
Publisher : Baiman Bauntung Batuah Center

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35916/thmr.v7i1.126

Abstract

Tuberculosis (TB) is an infectious disease that is still a global health problem. TB treatment with anti-tuberculosis drugs can affect the hemostasis system, one of which is through changes in activated partial thromboplastin time (APTT). However, the relationship between APTT values ??and the phase of TB therapy is still not fully understood. This study aims to analyze the relationship between APTT values ??and the phase of TB therapy and patient characteristics, including age and gender. This study used a cross-sectional design with an accidental sampling technique involving 30 pulmonary TB patients undergoing anti-tuberculosis drug therapy at the Cempaka Health Center. APTT examination was performed using an automatic method with a normal value of 25–43 seconds. Statistical analysis used the Pearson correlation test for normally distributed data and the Spearman test for non-normally distributed data. The results showed that 63% of patients had normal APTT values ??(26.0–41.2 seconds; average 32.7 seconds), while 37% of patients experienced prolonged APTT (44.8–49.7 seconds; average 47.6 seconds). There was no significant relationship between APTT values ??and the TB therapy phase (p=0.165), age (p=0.249), and gender (p=0.630). There was no significant relationship between APTT values ??and TB therapy phase, age, and gender. However, these results indicate that some patients experience changes in the hemostasis system during TB therapy. This study suggests that monitoring APTT in TB patients undergoing anti-tuberculosis drug therapy is still needed to anticipate potential coagulation disorders. Further research with a larger sample size and control of nutritional factors and patient inflammation status is recommended to obtain a more comprehensive understanding of the effects of TB therapy on the hemostasis system.
CEGAH STUNTING DENGAN BEBAS ANEMIA PADA REMAJA DI SMPN 3 BANJARBARU KECAMATAN CEMPAKA KOTA BANJARBARU Oktiyani, Neni; Norsiah, Wahdah; Thuraidah, Anny
JURNAL RAKAT SEHAT (JRS) : Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 4 No 1 (2025): Jurnal Rakat Sehat
Publisher : UPPM Poltekkes Kemenkes Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Stunting is a condition where a child's height is shorter than the appropriate height for their age, which is caused by various factors, especially nutritional intake in the First 1000 Days of Life (HPK). Stunting has a negative impact on children's health and can hamper Indonesia's demographic bonus in the future. To prevent stunting, mothers need to get adequate nutritional intake during pregnancy and breastfeeding. However, preventing stunting must start from adolescence, because the impact of poor nutrition begins preconception. Previous research showed that 65% of female students at SMPN 3 Banjarbaru experienced anemia with hemoglobin (Hb) levels below normal. Therefore, education is needed to increase teenagers' knowledge in dealing with anemia in order to prevent stunting. This community service aims to empower active female students in the Youth Red Cross (PMR) and UKS as CAEM (Prevent Anemia) and Santun (Healthy Anti-Stunting) cadres. This activity is carried out through three stages: planning, implementation, and evaluation. The evaluation results showed that 79% of female students had normal Hb levels and 100% eosinophils within normal limits. The output of this activity includes the formation of youth cadres, increasing knowledge and skills, and improving the health of partners. Apart from that, there is cooperation between the Banjarmasin Ministry of Health Polytechnic and the fostered partners in the form of a Cooperation Agreement (PKS). All achievement targets for this activity were achieved, and it is recommended to involve teenage parents and experts in the field of Midwifery and Nutrition in further service activities.
PERBEDAAN NILAI INDEKS MENTZER, HBA2 DAN STATUS BESI PADA ANEMIA DEFSIENSI BESI DAN THALASEMIA PADA PASIEN ANAK DI RSUD ULIN BANJARMASIN Yanti, Marini Aprida; Norsiah, Wahdah; Oktiyani, Neni; Muhlisin, Ahmad
Jurnal Analis Laboratorium Medik Vol 8 No 1 (2023): JURNAL ANALIS LABORATORIUM MEDIK
Publisher : UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51544/jalm.v8i1.3818

Abstract

Anemia defisiensi besi dan thalassemia memiliki gambaran morfologi darah hipokrom yang sama, oleh karena itu perlu dibedakan dengan dilakukannya sebuah pemeriksaan. Tujuan menggunakan menzter indeks untuk membedakan dan mendeteksi subyek yang memerlukan tindak lanjut yang tepat dan untuk mengurangi biaya yang tidak perlu. Diagnosis banding antara anemia defisiensi besi dan thalassemia didasarkan pada hasil HbA2 elektroforesis, kadar status besi berupa kadar feritin serum, Serum Iron (SI), Total Iron Binding Capacity (TIBC) dan Saturasi Transferin (ST). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan nilai indeks Mentzer, HbA2 dan Status besi antara anemia defisiensi besi dan thalassemia. Manfaat penelitian ini memberikan informasi jika pemeriksaan indeks mentzer dapat digunakan sebagai skrining awal untuk membedakan Anemia Defisiensi Besi dan Thalasemi. Jenis penelitian ini survei analitik dengan rancangan studi komparatif. Sampel diambil secara Total sampling dengan jumlah 20 pasien anak Anemia defisiensi Besi dan 20 pasien anak Thalasemia di RSUD Ulin Banjarmasin pada bulan Juli-Agustus 2022. Hasil analisis statistik menggunakan uji Independent Samples Test menunjukkan nilai signifikansi untuk menzter indeks 0,000, Total iron binding capacity 0,002 dan HbA2 0,000. Dengan menggunakan analisis uji Mann-Whitney menunjukkan nilai signifikansi pada serum iron sebesar 0,000, saturasi transferin 0,000 dan ferritin 0,000. Maka H1 diterima karena nilai sig < 0,05. Kesimpulannya penelitian ini terdapat perbedaan bermakna antara nilai indeks mentzer, HbA2, feritin, serum iron, total iron binding capacity, saturasi transferin antara pasien anemia defisiensi besi dan thalassemia pada pasien anak di RSUD Ulin Banjarmasin